Pesan untuk Anies Baswedan

KH M. Cholil Nafis
Dosen Tetap Program Doktor FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok
Konten dari Pengguna
16 Maret 2018 14:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KH M. Cholil Nafis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
KH. M Cholil Nafis bertemu dengan Anies Baswedan. (Foto: Dok: KH. M Cholil Nafis)
zoom-in-whitePerbesar
KH. M Cholil Nafis bertemu dengan Anies Baswedan. (Foto: Dok: KH. M Cholil Nafis)
ADVERTISEMENT
Siang ini jadwal khutbah saya di Masjid Raya Pondok Indah. Saat mau naik ke mimbar khutbah, ada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan duduk di sebelah saya untuk shalat Jum’at berjemaah. Ketepatan ada Gubernur sekalian saya menyinggung soal kebangsaan.
ADVERTISEMENT
Saya mengulas firman Allah SWT surat Ali Imran ayat 102 yang biasa dibaca khathib setiap jum’atan tapi acapkali tak diresapi. Dalam ayat itu Allah memanggil orang-orang beriman dengan dua pesan untuk hidup di dunia dan bekal di akhirat.
Pesan pertama, Taqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Pesan ini sulit dilaksanakan, kalau diartikan bahwa mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangannya sehingga tak pernah maksiat, selalu bersyukur tak pernah kufur nikmat dan ingat kepada Allah, tak melupakannya.
Kalau riwayat Ibnu Abbas dalam mengartikan taqwa sebaik-baik taqwa ialah berjihad di jalan Allah dengan sebaik-baik jihad. Maka, berjihad itu menebarkan kebaikan. Tak cukup hanya berupaya jadi orang baik (shalih) tapi juga harus memperbaiki (muslih). Orang baik disenangi banyak orang tapi jadi pejuang kebaikan khususnya mencegah kemungkaran, menolak korupsi dan menjaga lingkungan dg menolak reklamasi pasti banyak yg nyinyir, memusuhi bahkan diancam jiwanya.
ADVERTISEMENT
Orang yang benar-benar bertaqwa tak pernah gentar dengan persepsi orang lain, bahkan dihadang pun ia siap menghadapinya. Tapi ingat seorang yang bertaqwa itu harus bisa berbuat adil untuk dirinya sendiri, kepada keluarganya dan kelompoknya bahkan kepada siapan pun dalam memimpinnya.
Pesan kedua, Jangan engkau mati kecuali mati Islam. Bagaimana bisa mati Islam, wong malaikat yang mencabut nyawa tak pernah berdialog dan menawarkan cara matinya. Makanya, Ibnu Katsir mengutip dari Ali bin Tholhah menyebutkan, hendaklah dipelihara cara hidup yang Islami dalam keadaan normal dan sehatnya agar mati dengan membawa Islam.
Sebab, Allah SWT telah memberi hukum kausalitas bahwa cara hidup seseorang adalah pengantar terhadap kematiannya. Penyakit yang mengakibatkan pada kematian seseorang biasanya tak jauh-jauh dari gaya hidup dan profesi hidupnya.
ADVERTISEMENT
Karenanya, mari kita peduli kepada orang lain saat hidup. Yang baik, manusia hidup itu bukan karena dirinya memperoleh kesejahteraan tetapi manakala bisa bermanfaat kepada orang lain. Makin banyak memberi kebaikan kepada manusia maka nilai hidup kita tambah berarti di mata Allah SWT.
oleh. Cholil Nafis