Catatan Ringan dari Kabar Ditolaknya Jenderal Gatot Terbang ke AS

Khairul Fahmi
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS)
Konten dari Pengguna
23 Oktober 2017 18:55 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khairul Fahmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sekadar catatan, karena saya belum tahu apakah ini kekeliruan redaksi kumparan (lihat berita: https://m.kumparan.com/salmah-muslimah/6-fakta-soal-panglima-tni-ditolak-masuk-as) atau memang bersumber dari pernyataan Kapuspen TNI, Jenderal Dunford bukanlah Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. Dia adalah Chairman of The Joint Chief of Staff atau dalam bahasa sering diterjemahkan sebagai Kepala Staf Gabungan.
ADVERTISEMENT
Dua jabatan ini punya makna dan konsekuensi berbeda. Panglima menunjukkan adanya kewenangan memberikan komando atau perintah dalam hal pengerahan kekuatan, sedangkan Kepala Staf menunjukkan kewenangan melakukan koordinasi, pembinaan kemampuan dan kekuatan.
Di Amerika Serikat, otoritas pengerahan kekuatan sepenuhnya berada di tangan Presiden dan dalam perumusan kebijakan sektor pertahanan dibantu oleh Secretary of Defence, alias Menteri Pertahanan. Pola ini menunjukkan bahwa di Amerka Serikat sana, supremasi sipil adalah mutlak dan militer merupakan subordinatnya. Meskipun, Menteri Pertahanannya sering juga berlatar belakang militer seperti di sini.
Catatan lain, keberangkatan Jenderal Gatot Nurmantyo ke Amerika adalah atas undangan. Jenderal Dunford dalam kapasitasnya selaku Kepala Staf Gabungan memang mengundang Panglima TNI untuk menghadiri Chiefs of Defence Conference on Countering Violent Extremism.
ADVERTISEMENT
Violent extremism atau ekstremisme kekerasan adalah kata yang secara internasional didorong digunakan untuk menggantikan penyebutan terorisme yang saat ini bermakna peyoratif, merugikan agama tertentu dan kerap dikaitkan dengan radikalisme secara salah kaprah bin ngawur. Narasi-narasi yang dibangun otoritas di Indonesia, termasuk juga oleh TNI dan media-media pers masih belum menggunakan "violent extremism" ini.
Oh ya, sejak awal isu ini mencuat, saya menyebut 'insiden' misterius ini adalah cara lain Amerika mencintai sahabatnya. Jadi para penggemar beliau jangan ge-er dulu bahwa Panglima kita ini dimusuhi Amerika. Lha wong Kapuspen TNI saja bilang, Dunford adalah sahabat dan senior Panglima TNI.
Kalaupun panglima sekarang ngambek tak mau berangkat hingga masalahnya jelas, biarlah itu diselesaikan secara kekeluargaan antara abang-adek. Kita menyimak saja, seperti tahun lalu ketika Panglima TNI ujug-ujug mengumumkan pembatalan kerjasama militer dengan Australia karena tersinggung Indonesia digunjingkan negatif di kamp latihan militer negara kanguru itu.
ADVERTISEMENT
Padahal, disini kita juga tiap hari gunjingkan negara lain untuk memompa patriotisme. Padahal juga, pembatalan kerjasama yang bikin heboh itu cuma sebuah kerjasama pelatihan bahasa.
"Oh, I love the way you love me..."