Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus

Khairunnisa Sipahutar
Mahasiswi Psikologi Pendidikan dan bimbingan Universitas Negeri Medan
Konten dari Pengguna
14 April 2021 9:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khairunnisa Sipahutar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di bidang pendidikan, terkadang kita lupa bahwa anak berkebutuhan khusus juga harus mendapatkan pendidikan yang layak. Kita sering mendengar dan bahkan menyaksikan anak-anak berkebutuhan khusus digiring ke sekolah luar biasa, namun terkadang kita tidak memahami apa itu sekolah luar biasa yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Pernyataan H. Sugiarto dari S.Pd dan M.Si mengatakan bahwa setiap orang di dunia ini memiliki kelebihan yang berbeda-beda, dan setiap orang memiliki IQ dan EQ yang berbeda. Akan lebih baik jika kita sebagai orang tua atau dalam masyarakat tidak membandingkan, apalagi menggeneralisasi antara satu anak dengan anak lainnya. Sebagai orang tua, kita hendaknya secara psikologis dan fisik memahami kekurangan, keterbatasan dan keistimewaan anak kecil.
sumber foto: meenta
Dibandingkan dengan anak luar biasa, pengertian anak luar biasa (ABK) yang lebih luas merupakan awal dari penjelasan H. Sudardjo. Ia yakin, berbeda dengan anak biasa, anak berkebutuhan pendidikan khusus membutuhkan layanan khusus. Jika ada yang kurang atau bahkan lebih pada diri anak, dikatakan anak berkebutuhan khusus. Menurut para ahli (Heward), ABK sendiri dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu ABK permanen (akibat penyakit tertentu) dan ABK sementara (mengalami hambatan belajar dan perkembangan akibat kondisi dan keadaan lingkungan). Bagi ABK yang bersifat sementara, jika tidak mendapat perlakuan atau intervensi yang tepat dan mengalami ketidakmampuan belajar, kemungkinan besar mereka akan menjadi permanen.
ADVERTISEMENT
Beberapa faktor penghambat dalam belajar mereka antara lain adalah faktor lingkungan, faktor internal, dan gabungan antara faktor lingkungan dan faktor internal. Sedangkan penyakit atau penyakit ABK dapat dibagi menjadi beberapa aspek, seperti aspek fisik / motorik, seperti cerebral palsy, polio, dll; Gangguan kognitif seperti keterbelakangan mental, atau anak superior (diberikan), bahasa dan bicara, gangguan kognitif, pendengaran, penglihatan dan emosi sosial.
Masih menurut H. Sudardjo, untuk mencapai perkembangan yang optimal, anak berkebutuhan khusus metode, materi, layanan dan metode terkait dengan perbedaan kecepatan belajar (pemahaman kurikulum) dan metode pembelajaran (cara memahami materi) masing-masing anak berkebutuhan khusus. kurikulum). Pengaturan profesional. . Meski potensi dan kemampuannya berbeda dengan anak biasa, namun harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Bisa dimulai dengan merujuk pada anak berkebutuhan khusus. Pada sebagian orang, istilah ABK masih dianggap sama sebagai istilah anak berkebutuhan khusus atau anak cacat adalah sama. Asumsi ini tentu saja tidak tepat, karena konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas, yaitu anak tunagrahita dan anak tunadaksa, termasuk anak tunalaras. penyandang cacat. Mereka perlu memberikan layanan khusus di bidang pendidikan untuk menghilangkan hambatan belajar untuk memenuhi kebutuhan mereka.
ADVERTISEMENT
H. Sudardjo juga menambahkan bahwa saat ini sedang terjadi proses perubahan pola pikir dari konsep pendidikan luar biasa (pendidikan khusus) menjadi konsep pendidikan kebutuhan khusus. Juru bicara tersebut mengatakan: “Arah pendidikan khusus berbeda dengan pendidikan kebutuhan khusus. Saat ini, konsep pendidikan kebutuhan khusus dianggap sebagai pemikiran yang holistik, dan anak-anak dianggap sebagai satu kesatuan, dan setiap anak memiliki gangguan tumbuh kembang. dan ketidakmampuan belajar". Menurut pemahaman tersebut, pembelajaran harus berpusat pada anak untuk membantu menghilangkan hambatan belajar dan tumbuh kembang, sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar setiap anak. Ia menambahkan: “Anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan Benar dan pemahaman yang benar, serta melaksanakan pendidikan kebutuhan khusus. "
Melalui uraian ini, saya berharap setiap orang memiliki sikap dan keyakinan yang positif terhadap keberagaman setiap anak. Hal ini merupakan kenyataan yang harus diterima dengan baik dan disesuaikan dengan pembelajarannya di sekolah.
ADVERTISEMENT

Pengelompokan Anak Berkebutuhan Khusus

Berikut pengelompokan anak berkebutuhan khusus:
ADVERTISEMENT

Berbagai Model Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Pasal 32 UU Sistem Pendidikan Nasional mengatur: Pendidikan khusus diperuntukkan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan mengikuti proses pembelajaran akibat cacat fisik, emosional, psikologis, sosial dan / atau potensi kecerdasan dan bakat khusus.
Banyak dari kita meratakan anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa (SLB). Namun, ternyata ada banyak pilihan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, yaitu:
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, opsi di atas memungkinkan Anda untuk fokus pada pendidikan orang yang Anda cintai yang membutuhkan perawatan khusus.
Hampir semua orang tua menginginkan anaknya mencapai kesempurnaan fisik, psikis, dan akademis, namun keterbatasan orang tua menyebabkan anaknya kurang memahami potensi dirinya.
Kita bisa menemukan anak-anak berkebutuhan khusus umum di sekolah luar biasa, tetapi banyak dari kita yang belum memahami sekolah luar biasa yang sebenarnya, jadi kita akan membahas sekolah luar biasa (SLB).
Sekolah Luar Biasa (SLB) dikenal sebagai lembaga pendidikan tertua, artinya sekolah diselenggarakan dari tingkat persiapan hingga lanjutan. Implementasi dilakukan antara satu unit sekolah dengan kepala sekolah. Pada awalnya penyelenggaraan sekolah dalam bentuk satuan ini dikembangkan berdasarkan keadaan abnormal yang ada (hanya satu kekhususan), oleh karena itu satu SLB tunagrahita disebut SLB-C, dan satu SLB disabilitas disebut SLB-D dan SLB-D disabilitas. diterima oleh SLB. Orang tuli disebut SLB-B, SLB orang tunanetra disebut SLB-A, dan SLB tuna disebut SLB-E.
SLBN Kabanjahe
Setiap SLB memiliki beberapa tingkatan yaitu: tingkat persiapan, tingkat dasar dan tingkat lanjutan. Sistem pengajaran lebih ditujukan pada sistem personal. Selain itu, beberapa SLB hanya dapat mengajarkan satu penyakit, dan beberapa SLB-BC hanya dapat mengajarkan satu penyakit, maka dari itu muncul lah SLB-BC yaitu SLB untuk anak tunarungu dan tunagrahita: SLB-ABCD yaitu SLB untuk anak tuna netra. Cacat, gangguan pendengaran, retardasi mental dan quadriplegia. Hal ini terjadi karena jumlah anak pada jenjang ini sedikit dan fasilitas sekolah terbatas.
ADVERTISEMENT