Pola Komunikasi Blunder dan Media (Orang Madura Sakti-sakti)

Khoirul Anam
Peneliti PUSAD UMSurabaya
Konten dari Pengguna
7 Juni 2021 18:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khoirul Anam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.com
ADVERTISEMENT
Media sosial termasuk Whatsapp group saya secara mendadak ramai oleh berita tentang lonjakan kasus COVID-19 di Bangkalan. Bahkan, pada tanggal 5 Juni 2021 Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Bangkalan tutup untuk sementara waktu karena banyaknya kasus COVID-19 yang dirujuk ke RS tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Dirut RSUD Syamrabu Bangkalan, dr H Nunuk Kristianti, lonjakan kasus COVID-19 ini terjadi karena masyarakat Madura khususnya kabupaten Bangkalan sudah abai dalam menerapkan protokol kesehatan.
Melihat fenomena ini saya jadi teringat statement salah satu tokoh nomor satu di Jawa Timur pada tanggal 17 Mei bulan lalu di hadapan beberapa media nasional bahwa "Orang Madura itu sakti-sakti," dari statement itu kalau dikaji akan menjadi sebuah isu yang menarik apalagi jumlah kasus yang terjadi di pulau madura khususnya di Bangkalan naik.
Ketika statement tersebut dipahami sebagai kebenaran mutlak, maka menjadi wajar ketika jumlah pasien yang terpapar COVID-19 di pulau madura menjadi naik, karena masyarakat menganggap bahwa hal itu sebuah kebenaran, dengan kesaktiannya dianggap tidak penting untuk menerapkan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Sebagai pejabat publik seharusnya paham bagaimana kondisi sosial di pulau Madura, Karena di setiap situasi menghasilkan pola komunikasi yang berbeda, kalaupun sama konteksnya harus di sampaikan dengan pola yang berbeda.
Akan tetapi setiap pola komunikasi yang sampaikan pejabat publik dengan masyarakat sebagai khalayak sebenarnya harus memiliki ciri-ciri tertentu yang menunjukkan bahwa pernyataan tersebut layak untuk disampaikan kepada kelompok masyarakat.
Lalu timbul beberapa pertanyaan seperti, Jangan-jangan abainya masyarakat madura terhadap protokol kesehatan ini, salah satu penyebabnya adalah statement tersebut ?

Pola komunikasi dan Media

Pola komunikasi merupakan cara seseorang atau kelompok untuk berkomunikasi, dan didasarkan pada teori-teori komunikasi yang jelas, beberapa penelitian komunikasi memiliki pandangan tentang media massa. Salah satunya adalah LIPI, Penelitiannya menunjukkan bahwa informasi media massa dapat membawa perubahan bagi khalayak.
ADVERTISEMENT
Beberapa studi lain juga mengakui bahwa media massa memiliki pengaruh yang kecil dalam mempengaruhi khalayak, lalu media massa dianggap hanya memiliki kekuatan untuk memperkuatnya, bukan kekuatan untuk menciptakan perubahan bagi khalayak.
Hal ini didukung oleh perbedaan perspektif tentang kecenderungan khalayak dalam mengkonsumsi informasi media massa. Di satu sisi, khalayak dianggap pasif ketika menerima terpaan media massa, sehingga tampak tidak berdaya dalam menerima informasi media,
Dalam kondisi tertentu media dipandang sangat kencang memberitakan statement itu sehingga khalayaknya menerima begitu saja isi statement tersebut tanpa berusaha memeriksa tingkat kebenarannya, maka kecenderungan sikap pasif khalayak seperti itu diasumsikan sebagai jalan masuk bagi kuatnya pengaruh media atas diri individu khalayak.
Teori tindakan sosial Max Weber menjadi dasar saya mengatakan bahwa pola komunikasi yang seperti ini dapat mengubah kondisi atau perilaku masyarakat, dalam teori ini Max Weber membagi empat tipe tindakan yang dibedakan dalam konteks motif para pelaku yaitu : Tindakan tradisional, tindakan afektif, rasionalitas instrumental, dan rasionalitas nilai.
ADVERTISEMENT
Di dalam tindakan afektif, menurut teori ini, berlangsungnya sebuah tindakan atau perilaku ditentukan oleh kondisi-kondisi dan orientasi-orientasi emosional si pelaku. Di sini kita akan melihat bagaimana sikap emosional ini memiliki peran penting terhadap para khalayak khususnya masyarakat Madura.
Maka kemudian ada yang namanya efek emosional yang berkaitan dengan emosi, perasaan dan sikap. Informasi media massa yang dikonsumsi oleh khalayak membangkitkan sikap, perasaan atau orientasi emosional tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek emosional termasuk kondisi emosional, dan konten paparan media.
Kalau merujuk pada teori di atas kemungkinan besar khalayak menganggap bahwa statement gubernur Jawa Timur tersebut benar adanya bahwa orang Madura sakti-sakti sehingga tidak dapat terpapar COVID-19.
Oleh sebab itu menjadi penting untuk kita semua tahu bahwa terpapar COVID-19 bukan persoalan sakti atau tidak sakti, akan tetapi bagaimana kita tetap konsisten menerapkan protokol kesehatan yang telah di tetapkan oleh pemerintah maupun WHO.
ADVERTISEMENT
Pejabat publik harus memberikan contoh yang baik serta memberikan statement yang baik untuk tetap menjaga protokol kesehatan bukan memberikan statement blunder dan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.
Dengan demikian menyesuaikan kondisi sosial dengan pola komunikasi yang tepat akan memiliki potensi yang besar bagi khalayak untuk mempengaruhi masyarakat secara kolektif, demikian juga sifat masyarakat terbentuk menjadi sebuah terwujudnya tujuan tertentu.