Konten dari Pengguna

Tanggal Kedaluwarsa: Mitos, Fakta, dan Masalah yang Sebenarnya

Kholil Azis
Dosen Linguistik UNPAM
2 Desember 2024 14:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kholil Azis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Canva Premium
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Canva Premium
ADVERTISEMENT
Tanggal kedaluwarsa di kemasan makanan sering jadi dilema. Di satu sisi, tanggal kedaluwarsa bikin kita merasa tenang karena ada panduan kapan makanan harus dikonsumsi. Di sisi lain, tanggal kedaluwarsa juga bikin frustasi karena sering disalahartikan. Banyak orang berpikir tanggal-tanggal seperti “best by” atau “use by” adalah batas mutlak, padahal enggak selalu begitu. Akibatnya, jutaan ton makanan yang sebenarnya masih layak dimakan berakhir di tempat sampah. Menurut ReFED, sekitar 54 juta ton makanan dibuang tiap tahun karena dianggap “habis tanggalnya.”
ADVERTISEMENT
Mitos: Tanggal Kedaluwarsa Itu Mutlak
Mari luruskan satu hal: sebagian besar makanan memang punya masa aman konsumsi. Kalau sudah busuk atau berjamur, ya jelas enggak boleh dimakan. Tapi, istilah seperti “best by” sebenarnya lebih menunjuk pada kualitas, bukan keamanan. Artinya, setelah tanggal itu, produsen hanya tidak menjamin makanan akan tetap terasa enak atau dalam kondisi terbaiknya, bukan berarti langsung berbahaya.
Misalnya, pada 2019, seorang pria di Maryland mencoba makan makanan yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa, seperti yogurt enam bulan lewat dan daging 15 hari lebih lama dari yang dianjurkan. Dia jelas mengambil risiko, terutama dengan daging. Tapi, dia selalu memeriksa makanan itu—apakah masih terlihat, terasa, dan berbau normal. Hasilnya? Dia baik-baik saja. Tapi, jangan langsung tiru, ya. Ini soal kehati-hatian, bukan tantangan viral.
ADVERTISEMENT
Fakta: Tanggal Kedaluwarsa Tetap Penting
Bukan berarti tanggal kedaluwarsa enggak ada gunanya sama sekali. Beberapa produk, seperti susu formula bayi, diwajibkan secara hukum memiliki tanggal kedaluwarsa karena kandungan nutrisinya harus tetap terjaga. Setelah tanggal itu, nutrisi bisa mulai berkurang. Lalu ada juga daging mentah, di mana tanggal “use or freeze by” adalah panduan keamanan untuk menghindari risiko keracunan makanan.
Namun, ada produk lain, seperti campuran kue, yang tanggalnya lebih berhubungan dengan kualitas daripada keamanan. Ragi dalam campuran mungkin enggak lagi efektif setelah tanggal yang tertera, tapi produknya belum tentu busuk.
Masalah Besar: Salah Paham yang Memicu Pemborosan
Salah interpretasi soal tanggal kedaluwarsa adalah salah satu penyebab utama pemborosan makanan. Banyak makanan yang sebenarnya masih layak dikonsumsi dibuang begitu saja. Padahal, kita bisa lebih bijak dengan memanfaatkan indra penciuman, penglihatan, dan perasaan. Kalau makanan sudah terlihat, terasa, atau berbau aneh, buang saja tanpa ragu.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, enggak semua orang punya kemampuan atau keberanian untuk menentukan apakah makanan masih aman dikonsumsi. Di sinilah sistem penanggalan pada makanan tetap punya peran penting. Tapi, sebagai konsumen, kita juga perlu lebih paham bahwa tanggal-tanggal itu bukan vonis absolut, melainkan panduan.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Mengurangi salah paham soal tanggal kedaluwarsa bisa jadi langkah kecil untuk memerangi pemborosan makanan. Edukasi konsumen adalah kunci. Mulai dari memahami istilah seperti “best by” atau “sell by,” hingga belajar memeriksa kondisi makanan secara mandiri. Dengan begitu, kita enggak cuma menyelamatkan makanan, tapi juga uang dan lingkungan.
Jadi, lain kali lihat tanggal kedaluwarsa di kemasan, ingat: jangan terlalu panik, tapi juga jangan sembrono. Pakai logika dan, tentu saja, hidungmu.
ADVERTISEMENT