kumplus-Opini- Pabrik Gula BUMN

Kuburan Massal Pabrik Gula BUMN

Khudori
Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Komite Pendayagunaan Pertanian (KPP), Anggota Kelompok Kerja Dewan Ketahanan Pangan (2010-2020). Penulis buku Ironi Negeri Beras.
16 November 2021 14:19 WIB
·
waktu baca 6 menit
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Musim giling tebu telah usai. Data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian 11 November 2021 menunjukkan ada sejumlah perkembangan positif pada musim giling tahun ini.
Semua indikator produksi tumbuh positif. Luas area bertambah: dari 420.505 hektare (2020) menjadi 447.398 hektare (2021) atau naik 6,39%. Pada periode yang sama, produktivitas tebu naik 2,16% (dari 70,70 ton tebu/ha jadi 72,29 ton tebu/ha) dan rendemen naik 1,39% (dari 7,17 jadi 7,27). Karena luas area, produktivitas tebu, dan rendemen naik otomatis produksi hablur atau gula juga naik: dari 2,13 juta ton (2020) menjadi 2,35 juta ton (2021) atau tumbuh 10,33%. Ini angka pertumbuhan yang cukup bagus.
Akan tetapi, seperti tahun lalu, musim giling tebu tahun ini berlangsung dalam suasana muram. Petani, pemasok utama bahan baku tebu ke pabrik-pabrik gula (PG) BUMN, harus kembali gigit jari. Harapan bisa menjual gula dengan harga tinggi tidak kesampaian. Sejak 2016 harga acuan pembelian gula tidak berubah: Rp9.100/kg. Di supermarket, harga eceran tertinggi dipatok Rp12.500/kg.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten