Iwan Fals Ungkap Pentingnya Dokumentasi Karya Musik

Khusnul Khatimah
Pustakawan di Perpustakaan Nasional RI
Konten dari Pengguna
27 Mei 2022 19:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khusnul Khatimah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Iwan Fals saat webinar bertajuk "Penghimpunan dan Pelestarian Karya Anak Bangsa dari Masa ke Masa", Jumat (27/5). Foto: Dokumentasi Perpustakaan Nasional
zoom-in-whitePerbesar
Iwan Fals saat webinar bertajuk "Penghimpunan dan Pelestarian Karya Anak Bangsa dari Masa ke Masa", Jumat (27/5). Foto: Dokumentasi Perpustakaan Nasional
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Karya musik penting untuk didokumentasikan dan diceritakan dari generasi ke generasi karena potret zaman bisa dilihat dari musik. Hal ini diungkapkan Iwan Fals pada webinar bertajuk "Penghimpunan dan Pelestarian Karya Anak Bangsa dari Masa ke Masa", yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional, Jumat (27/5).
ADVERTISEMENT
Menurut Iwan, perpustakaan berperan melestarikan dan menyediakan akses karya musik tanah air, termasuk instrumen-instrumen tradisional, agar generasi muda mengenal Indonesia yang kaya dengan ragam bunyi-bunyian.
“Musik-musik tradisi diangkat lagi supaya anak-anak kita akrab dengan musik tersebut. Jadi, begitu dia berkarya, tumbuh warna musik yang khas Indonesia,” jelas Iwan.
Pentingnya fungsi penghimpunan serta pelestarian karya cetak dan karya rekam juga disampaikan oleh sejarawan JJ Rizal. Menurutnya, dengan adanya penghimpunan karya, maka kemajuan yang dicapai suatu bangsa dapat diketahui. Selain itu, penghimpunan karya membangkitkan kesadaran publik bahwa bangsa Indonesia memiliki koleksi nasional yang dapat dibanggakan.
“Selama ini, ada pandangan seolah-olah jika ingin belajar sejarah harus ke Belanda. Padahal, ketika saya meneliti tentang Batavia dari litografi Johannes Rach, koleksinya yang paling banyak justru ada di Perpustakaan Nasional,” ujar Rizal.
ADVERTISEMENT
JJ Rizal mengingatkan bahwa bangsa ini didirikan oleh para pembaca buku. Para pendiri bangsa ini sadar bahwa kolonialisme adalah pembodohan dan harus dilawan dengan pencerdasan. Perpustakaan adalah institusi yang sangat penting dalam mendukung cita-cita itu. “Kita akan jadi bangsa yang durhaka terhadap pendiri bangsa kalau tidak memandang penting buku dan perpustakaan," kata Rizal.
Menurut JJ Rizal, keteladanan dari para elite bangsa dalam kegiatan membaca juga penting. Keteladanan ini diperlukan jika kita ingin menjadi bangsa pembaca.
JJ Rizal menghimbau agar perpustakaan menjadi ruang pertemuan di mana orang dapat bercakap-cakap sehingga masyarakat tercerahkan. Selain itu, perpustakaan harus didukung dengan politik perbukuan nasional untuk menjawab survei minat baca yang rendah.
Mengenai dunia perbukuan, penulis dan ketua Smart Learning and Character Center (SLCC) Persatuan Guru Republik Indonesia, Richardus Eko Indrajit, membagikan pengalamannya mengajar guru di daerah 3T selama masa pandemi. Karena tidak didukung dengan kapasitas bandwidth yang memadai, proses pembelajaran itu berlangsung melalui percakapan lewat aplikasi pesan singkat.
ADVERTISEMENT
Di akhir pembelajaran, Eko menantang para guru yang diajarnya untuk membuat tulisan dari tema yang disukai. Dari tulisan-tulisan tersebut, kata Eko, telah terkumpul sekitar 60 judul buku. Salah satunya bahkan mendapat penghargaan terbitan terbaik dari Perpustakaan Nasional.
Menurut Direktur Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Nasional, Emyati Tangke Lembang, karya cetak dan karya rekam adalah hasil cipta rasa dan karya manusia serta merupakan salah satu hasil budaya bangsa yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional, khususnya dalam bidang pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian, penyebaran informasi, serta pelestarian kekayaan budaya bangsa.