
ADVERTISEMENT
Palu – Pantai Talise ini berada di sisi utara Kota Palu, Sulawesi Tengah. Letaknya sekitar 2 Km dari pusat kota sehingga sangat mudah untuk dijangkau. Pantai Talise berada di sepanjang Jalan Rajamoili hingga Jalan Kp. Nelayan, Palu, Sulawesi tengah, yang langsung di depan Teluk Palu yang dikelilingi pegunungan Gawalise. Biaya yang murah serta pemandangan yang ditawarkan di pantai ini cukup mempesona, meskipun hanya dengan mengendarai motor atau mobil berkeliling disepanjang ruas jalan teluk Palu kita sudah bisa menikmati keindahannya.
ADVERTISEMENT
Pantai Talise menjadi salah satu tempat favorit masyarakat setempat maupun pendatang. Kondisi ombak yang cukup tenang serta panorama perbukitan yang disajikan cukup mempesona. Dahulu, sebelum peristiwa gempa Palu-Donggala pada tahun 2018, di area Pantai Talise tertata apik dengan sedemikian rupanya. Terdapat Anjungan Nusantara yang biasanya dijadikan tempat untuk nongkrong sambil menikmati senja di sore hari, masyarakat sekitar juga menjajakan makanan kecil dan minuman khas Palu disekitaran Anjungan. Contohnya seperti sarabba, pisang eppe, pisang goreng, jagung bakar/rebus, kacang rebus, durian, serta teh/kopi. Tak jauh dari area Anjungan, kita juga bisa melihat megahnya jembatan lengkung pertama yang dibangun di Indonesia yaitu Jembatan Ponulele.

Jembatan Ponulele ini sering disebut masyarakat sekitar yaitu Jembatan IV Palu ataupun Jembatan Kuning karena warnanya yang cukup mencolok sehingga menjadi iconic. Pada sore menjelang malam hari lampu-lampu hias yang berada di sepanjang jembatan Ponulele akan dinyalakan. Hal ini menjadi daya Tarik tersendiri karena sorotan lampu warna-warninya. Jika berjalan dari arah Anjungan hingga melewati jembatan Ponulele ini, tak jauh dari bibir pantai kita dapat melihat masjid Arkam Babu Rahman yang berdiri kokoh. Masjid ini dikenal dengan sebutan Masjid Apung karena letaknya yang berada di atas air di bibir pantai.

Namun semenjak dihantam gempa dan tsunami Palu pada tahun 2018 silam, Kota Palu menjadi porak-poranda. Sore itu, sedang digelar perhelatan tahunan pariwisata dalam rangka memperingati HUT ke-40 Kota Palu. Festival Palu Nomoni III ini bertempat di Anjungan Nusantara yang dihadiri ribuan undangan, dari kalangan pejabat, tokoh masyarakat, umum, serta para pengisi acara yang berasal dari berbagai lapisan. Anjungan yang awalnya berdiri megah seketika luluh lantak akibat tsunami yang menerjang, gempa dengan kekuatan 7,4 Sr diikuti dengan tsunami yang menerjang pantai, menghantam pemukiman, hingga gedung-gedung dan fasilitas umum. Jembatan Ponulele yang setinggi 20 m pun tak tahan akan kerasnya hantaman tsunami dan berakhir runtuh total.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masjid Arkam Babu Rahman yang awalnya berdiri kokoh juga ikut roboh masuk ke dalam laut Sebagian, tiang-tiang penyangganya tak kunjung kuat lagi. Seketika warung, kios, dan fasilitas umum yang berjejer di sepanjang bibir pantai menjadi rata dengan tanah seusai diterjang tsunami.

Hingga beberapa bulan setelah kejadian gempa dan tsunami tersebut, sisa-sisa reruntuhan dan puing puing bangunan yang berada disekitar bibir pantai masih dibiarkan. Meskipun kini sudah tak ada lagi Anjungan, Jembatan Kuning, soki-soki (taman miniatur buatan rumah adat Kaili, bertempat di kaki jembatan Ponulele), Masjid Apung, dan seluruh kenangan yang ada di sepanjang garis pantai Talise ini, Senja dengan latar pegunungan Gawalise ini masih sama hangatnya.
ADVERTISEMENT
Bagi para korban dan semua pihak yang terdampak, harapnya terus berbesar hati. Sekian tahun telah terlewati, kini Kota Palu terus berbenah menata diri. Palu Kuat, Palu Bangkit!
Penulis
Khusnul Muyas Syaroh
Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya