Matinya Kerbau Tambun

Jejuru
Jejuru is an online course information with universally accessible to Anyone, Anytime, and Everywhere.
Konten dari Pengguna
8 Juni 2018 11:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejuru tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Matinya Kerbau Tambun
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
oleh: Dr. Arief Munandar
Masih ingat kan paparan saya tentang kancil lincah yang berubah menjadi kerbau tambun? Lazimnya terjadi jika pertumbuhan talent dan peningkatan kapasitas founder tersalip oleh peningkatan volume bisnis. Bagaimana jika sinyal krisis tersebut tidak terbaca, atau founder merasakannya, namun gagal merespon dengan tepat? Krisis akan berekskalasi! Mungkin bisnis masih tumbuh, namun berlangsung acak, lalu tiba-tiba berhenti. Kondisi ini biasa disebut stall-out, dan sangat berbahaya. Mengapa? Ia melanda sekitar 2/3 incumbent di berbagai industri, dan terjadi layaknya petir yang menyambar sangat cepat. Lebih ngeri lagi, 94% eksekutif menunjuk kekisruhan internal sebagai biang keladinya.
ADVERTISEMENT
Umumnya founder atau eksekutif puncak merasakan hilangnya momentum pertumbuhan yang menandai terjadinya stall-out. Namun seolah mereka terpenjara dalam kompleksitas birokrasi, sehingga sulit memutuskan tindakan yang tepat. Jika kondisi ini terus berlangsung, lampu kuning pun berubah menjadi merah: perusahaan mengalami terjun bebas, alias free fall. Model bisnis yang sebelumnya diyakini proven, dihajar habis-habisan oleh para pendatang baru, sehingga kinerja keuangan meluncur ke dasar jurang. Jika tak segera bangkit dan putar haluan, bukan tidak mungkin sang incumbent akan lenyap terdisrupsi. Lokakarya “Winning The Disruptive Challenge” membantu memberi pemahaman terkait permasalahan dan menganalisis penyebab gangguan dalam perusahaan. Nantinya dalam lokakarya tersebut akan dibantu membuat rancangan bagaimana menghindari penyebab gangguan dan bagaimana memanfaatkan teknologi sebagai kekuatan utama di era digital.
ADVERTISEMENT
Harapannya perusahaan yang Anda kelolah tidak berakhir seperti Kodak dan Nokia. Mereka merupakan contoh drama tragedi matinya kerbau tambun. Steve Sasson, salah satu insinyur terbaik Kodak, tahun 1975 sudah menemukan kamera digital. Namun inovasi tersebut tidak di-buy-in oleh manajemen puncak. Saat itu Kodak masih merajai pasar film rol. Sementara itu, rasa percaya diri eksekutif Nokia yang dikomandani Stephen Elops, membuat mereka enggan hijrah dari symbian ke android. Akhirnya, nasib kedua merek tadi sama: RIP. Tentunya bukan rest in peace, melainkan rest in pieces.