news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

G30S: Debat Publik, Daur Ulang Ketakutan dan Dagangan Politik

30 September 2018 9:12 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Partai Komunis Indonesia (PKI) (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Partai Komunis Indonesia (PKI) (Foto: Wikipedia)
ADVERTISEMENT
Gerakan 30 September (G30S) 1965 adalah ulah komunisme--Setidaknya begitu cerita yang sering diembuskan, terlebih memasuki pengujung September. Partai Komunis Indonesia (PKI) dituding sebagai pelaku yang harus bertanggung jawab. Menyebabkan komunisme terhempas tak bersisa di tahun 1966.
ADVERTISEMENT
Tragedi G30S menyisakan tanya: Cerita atau fakta? Benarkah PKI harus bertanggung jawab?
Enam user kumparan menulis story soal peristiwa G30S 1965. Mereka adalah Ariel Heryanto, guru besar di Monash University; Wakhyudi Amaliyah, Peneliti LIPI; Iqbal Aji Daryono, penulis; Heru Joni Putra, Mahasiswa Kajian Budaya FIB UI; aktivis HAM, Aura Putri; serta Hersubeno Arief, konsultan media dan politik.
Berikut fragmen dari tulisan mereka. Kamu bisa baca selengkapnya dengan mengeklik tautan masing-masing tulisan mereka.
1. Mengatasi Kejenuhan Debat 1965 (Ariel Heryanto)
Peristiwa berdarah 1965 di tanah air merupakan bagian terpenting sejarah negeri ini selama 70 tahun terakhir. Semasa berkuasa, rezim Orde Baru sibuk menyusun kisah tentang 1965 dengan menempatkan kelompok komunis dan pendukung Sukarno sebagai penjahat utama.
ADVERTISEMENT
Rezim ini juga sibuk menindas segala bentuk kisah-tandingan. Sejak runtuhnya Orde Baru, topik 1965 dibahas jauh lebih terbuka dalam berbagai format dan lingkungan.
2. Peristiwa 1965: Menguatnya Fakta, Meluruhnya Harapan (Wakhyudi Amaliyah)
Tindakan militerisme dan aksi-aksi kekerasan memiliki akar lebih dalam melalui peristiwa 1965, di mana intervensi kekuataan Barat dalam Perang Dingin menjadi titik pijak penting. Namun, sejumlah fakta tersebut dikalahkan oleh politik elektoral untuk meraup suara, yang membuat hantu Komunis akan terus bergentayangan, digunakan oleh predator politik untuk menjatuhkan para pesaingnya.
Akibatnya, kita menjadi seperti keledai, selalu jatuh di lubang yang sama, berkali-kali, dengan membentuk mesin paranoid atas hantu yang terus hadir di bulan September.
3. Palu Arit, Dagangan Laris Para Elite (Iqbal Aji Daryono)
ADVERTISEMENT
Apa yang berhasil diwariskan dari gelapnya sejarah 1965-1966? Apakah sekadar tentang sejarah yang dibengkokkan, juga setumpuk PR penegakan HAM?
Sepertinya tidak. Ada trauma hitam pekat dari masa lalu kita, dan trauma itu selalu berhasil dikapitalisasi oleh para elite, sebagai dagangan laris manis yang amat legit.
4. PKI, PKI, PKI: Tukang Obat Tahunan Datang Lagi (Heru Joni Putra)
September sudah sampai di penghujung. Tukang obat tahunan datang lagi. Di mana-mana mereka akan muncul dengan lagu dagang yang sama: “PKI, PKI, PKI!”. Besar atau kecil, tua atau muda, perempuan atau laki-laki, semua orang mendengar lagu itu ke itu saja, berulang kali, entah kapan berganti.
5. Pasca-G30S: Sudahkah Sektor Keamanan Kita Bereformasi? (Aura Putri)
ADVERTISEMENT
Peristiwa G30S 1965 rasanya tidak cukup dilihat dan diingat sebagai hari pembunuhan tujuh jenderal. Lebih dari itu, peristiwa G30S 1965 perlu disadari sebagai titik mengkristalnya dominasi politik militer. Dominasi ini jelas terlihat melalui terlibatnya militer dalam politik di tahun-tahun tersebut (sampai akhir Orde Baru), yang kemudian mengarah pada supremasi militer atas sipil.
Hal ini pula yang kemudian memantik masyarakat sipil menuntut adanya reformasi sektor keamanan (TNI dan Polri) setelah tumbangnya pemerintahan Soeharto.
6. Hantu Film G30S/PKI yang Menakutkan (Hersubeno Arief)
Cuitan Pemimpin Redaksi TV One, Karni Ilyas, tentang gagalnya stasiun tv berita itu memutar film G30S/PKI membuka sebuah fakta: Ada yang panik, khawatir, bahkan takut dengan penayangan film besutan sineas (Alm) Arifin C Noer itu. Film itu tampaknya sudah menjadi hantu bagi rezim penguasa.
ADVERTISEMENT
Isu ini langsung bergerak menjadi bola liar. Maklumlah, rencana penayangan film tersebut memang tengah banyak ditunggu.
Jika kamu tertarik membaca tulisan lain tentang berbagai isu dari perspektif para ahli, ikuti topik Perspektif di kumparan.