Haringga Sirla, Potret Krisis Kemanusiaan Suporter Sepak Bola

26 September 2018 15:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pendukung klub sepak bola Persija melakukan ziarah ke makam Haringga Sirla di Indramayu, Jawa Barat, Senin (24/9).  (Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pendukung klub sepak bola Persija melakukan ziarah ke makam Haringga Sirla di Indramayu, Jawa Barat, Senin (24/9). (Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fenonema kebrutalan suporter sepak bola harus kembali menelan korban. Kali ini menimpa suporter Persija, Haringga Sirla. Ia dihajar oleh puluhan suporter Persib dengan menggunakan kayu, balok, hingga senjata tajam di stadion Gelora Bandung Lautan Api, Minggu (23/9). Ia tewas dengan luka di sekujur tubuhnya. Takayal, kejadian itu menyita perhatian dari berbagai lapisan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tak terkecuali para user kumparan. Ada sembilan user yang menuangkan prespektifnya guna menanggapi peristiwa nahas tersebut. Di antaranya adalah Rizaldy Rivai Football enthusiast, memegang lisensi kepelatihan D PSSI; Zein permana, Dosen Fakultas Psikologi UNJANI Akademisi relasi sosial; dan Victor Kamang, Legal Conselor; Doctor of Philosophy (Ph.d) Petroleum of Investment.
1. Penganiayaan Suporter yang Berujung Maut
Dunia persepakbolaan Indonesia kembali berduka, setelah pengeroyokan yang terjadi sebelum pertandingan Persib Bandung melawan Persija Jakarta menyebabkan tewasnya satu orang suporter, pada Minggu (23/9). Peristiwa ini kemudian menjadi problematika tersendiri dunia sepak bola yang tak pernah lepas dari masalah fanatisme suporter, termasuk sepak bola Indonesia.
Sejarah persepakbolaan Indonesia mencatat ada banyak kasus terjadi akibat fanatisme suporter, di antaranya perusakan stadion, abainya suporter mengenai tiket masuk pertandingan, perusakan fasilitas umum saat konvoi, hingga penganiayaan suporter klub lawan.
ADVERTISEMENT
2. Siapkah Sepak Bola Indonesia untuk Naik Kelas?
“Football is a gentleman’s game played by ruffians, and rugby is a ruffian’s game played by gentlemen.”
Pepatah di atas apabila diterjemahkan kira-kira berarti, “sepak bola adalah permainan para pria priyayi yang dimainkan oleh para preman, dan rugby adalah permainan para preman yang dimainkan oleh para pria sopan.” Tidak diketahui siapa persisnya yang mengucapkan ungkapan tersebut, namun banyak yang meyakini bahwa pepatah tersebut diucapkan oleh Oscar Wilde, pujangga dan penulis sandiwara asal Irlandia.
3. Haruskah Kehilangan Nyawa karena Pergi Nonton Sepak Bola ke Stadion?
Tentu saja jawaban saya: TIDAK.
Bagi saya pribadi, sepak bola adalah salah satu cabang olahraga favorit karena satu hal yaitu tidak ada yang tahu tim mana yang akan memenangkan pertandingan sampai wasit meniup peluit akhir pertandingan. Tim yang memiliki squad berisikan pemain-pemain bintang yang bergaji miliaran Rupiah per bulan, sarat pengalaman bertanding, dan pelatih berstrategi jitu pun belum tentu senantiasa menang di setiap pertandingannya.
ADVERTISEMENT
Tengok saja kiprah Jerman di Piala Dunia 2018 kemarin yang tersingkir di fase awal penyisihan grup setelah kalah dua gol tanpa balas dari Korea Selatan, tim yang di atas kertas ‘seharusnya’ mudah dikalahkannya. Apa daya pertandingan tidak berlangsung di atas kertas namun di atas lapangan.
4. Kekerasan Suporter Bola itu 'Hate-Crime', Hukuman Bukan Obat Mujarab
Sepak bola nasional lagi-lagi tercederai oleh ulah suporter. Haringga Sirla, seorang warga 'Jakmania' (nama kelompok pendukung klub Persija Jakarta), tewas dikeroyok sekelompok orang yang diduga adalah warga 'Viking' (nama kelompok pendukung klub Persib Bandung), menjelang laga Persib versus Persija di Gelora Bandung Lautan Api, pada Minggu (23/9).
Selain mempersoalkan penyelenggaraan pengamanan yang kurang antisipatif dan kurang responsif, persoalan kekerasan yang berulang dalam kancah persepakbolaan nasional kita tentu menarik dicermati. Bagaimanapun praktik yang berulang telah menunjukkan adanya ketidakberesan dan kegagalan para pemangku dalam mengelolanya. Bahkan bisa jadi, ketidakpahaman atas persoalan.
ADVERTISEMENT
5. Fanatisme dan Hilangnya Nalar
Kematian Haringga Sirla, salah satu anggota 'The Jak Mania', benar-benar di luar nalar. Betapa sadis penyiksaan yang begitu nyata dipertontonkan, direkam, dan dipublikasikan seolah-olah sebagai tontonan hiburan yang layak dinikmati.
Pelaku-pelaku yang masih kelihatan sangat muda sama sekali kehilangan rasa keprikemanusiaan, empati, dan belas kasihan hanya karena fanatisme olahraga yang berlebihan.
6. Haringga dan Fanatisme Brutal yang Tak Kunjung Hilang
Awan mendung kembali menyelimuti dunia persepakbolaan Tanah Air.
Haringga Sirla, mungkin, hanya ingin menikmati pertandingan tim kesayangannya sore itu. Namun, di satu sisi ia terbilang nekat, karena pergi ke markas Maung Bandung untuk mendukung Persija.
Bagiku Haringga tidak salah sama sekali. Dia hanya pendukung yang senang apabila tim kesayangannya menang dan kecewa jika Macan Kemayoran kalah. Ajal memang tak ada yang tahu. Namun, kematian Haringga seharusnya tidak dengan cara seperti itu. Apa salahnya dukung Persija? Sehingga ia harus diteriaki, dicegat, dipukuli, dikeroyok hingga mati.
ADVERTISEMENT
7. Korban Bola dan Jurnalisme Warga
Saya tahu gambaran detail pengeroyokan suporter bola yang tewas di Bandung dari komentar seorang kawan di FB. Dia menonton video itu dan berkomentar “RIP Hatinurani” Saya sendiri sama sekali tidak tertarik untuk melihatnya. Cukup menyimak pemberitaan media massa (betulan), tanpa mesti melihat adegan lengkapnya yang sudah di luar nalar.
Belum lama berselang setelah sportivitas para pendukung pada kekalahan atau kemenangan Timnas di beberapa pertandingan Asean Games begitu mengharukan, mental anak bangsa ini seolah mundur lagi pada pentas yang levelnya lebih rendah.
8. Ini (Layak Disebut) Pembunuhan
Persib. Terhitung sudah dua kali tim ini membuat saya sesak napas. Pertama, di tahun 80-an, ketika Persib tumbang dalam drama adu penalti melawan PSMS. Kedua, sesak napas akibat tragedi di luar lapangan yang pecah beberapa hari lalu.
ADVERTISEMENT
Skor akhir 3-2 untuk kemenangan Persib di hari jahanam itu. Tapi mengapa (sebagian) suporter-nya tetap melakukan aksi kekerasan? Ini menjadi petunjuk bahwa perilaku pendukung sepak bola tidak serta-merta sebangun apalagi ditentukan oleh performa tim yang mereka dukung.
9. Memahami Suporter, Lalu Melakukan Edukasi dan Menegakkan Regulasi
Stakeholder yang ada langsung merespons dengan cepat kasus kematian Haringga. Melibatkan dua klub bersejarah dengan suporter besar, kabar menyebar dengan cepat. Video penganiayaan yang sangat tidak manusiawi bisa disaksikan di berbagai platform media sosial.
Penyebaran video tersebut bisa berimplikasi pada dua hal. Pertama, membuat orang yang melihat begitu miris karena benar-benar dilakukan secara sadis. Bisa jadi mereka yang melihat, jika tak kuat batinnya, bisa terganggu secara psikologis. Ketakutan pun akhirnya menyebar.
ADVERTISEMENT