Penyakit Hipertensi Sebagai 'the Silent Killer'

Aristyawati
Profesi Epidemiolog, ASN
Konten dari Pengguna
22 Januari 2021 7:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aristyawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hipertensi. Foto: rawpixel via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hipertensi. Foto: rawpixel via Pixabay
ADVERTISEMENT
Pola penyakit di Indonesia mengalami transisi epidemiologi selama dua dekade terakhir, dari penyakit menular yang semula menjadi beban utama kemudian mulai beralih menjadi penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular yang utama di antaranya hipertensi, diabetes melitus, kanker, jiwa, dan penyakit paru obstruktif kronik. Hipertensi cenderung meningkat dan mulai mengancam masyarakat di semua jenjang usia.
ADVERTISEMENT
Hipertensi sering disebut sebagai ‘the silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi. Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke. Berbagai upaya telah dilakukan dalam upaya pengendalian penyakit Hipertensi, namun belum menunjukkan hasil yang signifikan.

Deteksi Hipertensi

Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah secara menetap. Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
ADVERTISEMENT
Tingkat prevalensi hipertensi diketahui meningkat seiring dengan peningkatan usia dan prevalensi tersebut cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah atau masyarakat yang tidak bekerja. Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 34,1 % (Riskesda 2018).
Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Gejala yang dirasakan di antaranya sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ielah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.
Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang dikelompokkan menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah di antaranya adalah jenis kelamin, umur, dan keturunan. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah diantaranya pola makan (banyak mengkonsumsi garam, kolesterol, kafein, alkohol), kebiasaan olahraga, merokok, obesitas, dan stres.
ADVERTISEMENT
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia > 55 tahun, mempunyai riwayat keluarga hipertensi, pola makan tinggi natrium dan lemak, mengalami obesitas dan tidak melakukan aktivitas fisik, mempunyai risiko yang lebih besar untuk terkena hipertensi. Harus diakui sangat sulit untuk mendeteksi dan mengobati penderita hipertensi secara adekuat.

Cegah Hipertensi melalui Pendekatan Keluarga

Pengobatan hipertensi merupakan pengobatan yang lama dan terus menerus sepanjang hidup. Di samping itu harga obat-obatan hipertensi tidaklah murah, obat-obat baru amat mahal, dan mempunyai banyak efek samping. Untuk alasan inilah, pengobatan hipertensi dianggap sangat penting.
Selain itu, tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor risiko juga harus dilakukan. Pencegahan sebenarnya merupakan bagian dari pengobatan hipertensi, karena mampu memutus mata rantai hipertensi dan komplikasinya.
ADVERTISEMENT
Pencegahan hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan di antaranya: Pertama, pemberian edukasi tentang hipertensi. Munculnya masalah kesehatan seperti hipertensi tidak hanya disebabkan oleh kelalaian individu, namun dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat sebagai akibat dari kurangnya informasi tentang suatu penyakit.
Masih kurangnya informasi seperti perbaikan pola makan bagi penderita hipertensi juga membuat pengetahuan masyarakat tentang perbaikan pola makan masih rendah. Pemberian informasi kesehatan diharapkan mampu mencegah dan mengurangi angka kejadian suatu penyakit serta sebagai sarana promosi kesehatan. Pemberian edukasi mengenai hipertensi terbukti efektif dalam pencegahan hipertensi.
Kedua, modifikasi gaya hidup. Gaya hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi misalnya aktivitas fisik, pola makan, dan stres, dan lain-lain. Risiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara memeriksa tekanan darah secara teratur; menjaga berat badan ideal; mengurangi konsumsi garam; jangan merokok; berolahraga secara teratur; hidup secara teratur; mengurangi stress; jangan terburu-buru; dan menghindari makanan berlemak.
ADVERTISEMENT
Menjalankan pola hidup sehat setidaknya selama 4-6 bulan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Yang terpenting adalah Pencegahan sejak dini dengan penerapan pola hidup sehat yang dimulai dari keluarga.
Peran keluarga menjadi sangat penting karena cikal bakal generasi dimulai dari keluarga.
Keluarga dianggap memiliki peran paling penting untuk mencegah dan mengendalikan hipertensi. Kebiasaan atau gaya hidup dalam keluarga menentukan kelak seseorang berisiko atau tidak terhadap hipertensi, membiasakan hidup sehat dalam keluarga adalah langkah awal yang baik untuk menghindari ancaman hipertensi.
Orang tua memegang peranan mencegah hipertensi sejak dini kepada anak-anak dengan memberikan contoh perilaku hidup sehat, dengan membiasakan konsumsi garam dan gula tidak berlebihan, membiasakan olahraga, tidak merokok, dan memeriksakan kesehatan secara berkala. Ada pepatah ”buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Kiasan ini menggambarkan kebiasaan orang tua akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap anak-anaknya.
ADVERTISEMENT