20 Tahun Reformasi: Tokoh Reformasi, Lihatlah Mahathir dan Anwar!!!

Komunitas Pemuda Madani
Komunitas Pemuda Madani adalah Komunitas Literasi media yang menjadi wadah diskusi bagi aktivis muda yang berminat mengkaji perkembangan dinamika politik, ekonomi dan hukum terkini di Indonesia
Konten dari Pengguna
24 Juni 2018 21:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Komunitas Pemuda Madani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ket. Foto. Mohammad Mahathir, Anwar Ibraim bersalaman, dan Nur Izzah Ibrahim
ADVERTISEMENT
Komandan.News - Sambil menunggu keberangkatan Pesawat Jakarta-Makassar, saya melihat tayangan berita tentang Mahathir Muhammad dan Anwar Ibrahim. Dua orang ini menjadi pembicaraan banyak orang, khususnya indonesia.
Saya merasa terinspirasi untuk menulis catatan singkat ini, sebagai harapan seorang anak muda kepada tokoh bangsa Indonesia.
Kepada mereka para tokoh reformasi, kami anak muda memiliki harapan, kepada mereka untuk kembali ke Panggung politik, untuk merumuskan kebijakan politik yang sesuai dengan cita-cita bangsa yang diamanatkan konstitusi.
Kami memiliki harapan kepada tokoh-tokoh reformis untuk tidak lagi alergi politik, apalagi membiarkan negara berjalan tanpa keterlibatan mereka. Mereka sudah merubah suasana kebangsaan kita, tentu keberanian itu ada, karena mereka mengerti arah dan cita bangsa itu.
Semenjak reformasi perubahan-perubahan nuansa kehidupan kebangsaan kita berjalan kearah demokrasi. Namun masih banyak tugas dan cita-cita bangsa yang masih belum terwujud, bahkan cita-cita dan tujuan itu seakan-akan sudah menjadi misteri.
ADVERTISEMENT
Untuk mengembalikan itu tentu pemahaman konsep bernegaralah yang mampu mengembalikannya. Pemilu sudah berlangsung beberapa kali, pergantian presiden sudah terjadi dengan jalan demokrasi, namun kehidupan bangsa semakin tidak menentu arah.
Banyaknya tokoh-tokoh politik "siluman" yang tampil dengan identitas dan prestasi yang "tidak jelas" membuat arah kemudi negara menjadi sedikit bergoyang (gaduh). Mereka ini datang dan pergi tanpa membawa kemajuan apa-apa, justru sebaliknya menambah "beban derita" bagi bangsa.
Kemana para reformis yang dulu berjuang? Kenapa mereka berpecah dan saling "ngibul" satu sama lain? Tidak kah mereka melihat keadaan bangsa yang masih merangkak tanpa kemajuan apa-apa?
Saya memiliki saran kepada para tokoh reformis untuk belajarlah pada Mahathir Muhammad dan Anwar Ibrahim di Malaysia. Mereka melupakan segala dendam lama, mereka bersatu untuk menyelamatkan Malaysia. Pada akhir 2016, keduanya bersatu dan mulai berjuang untuk menggulingkan Perdana Menteri Najib Razak,yang dituding koruptor dan kleptokrat. Najib juga dituding membuat kebijakan pajak yang memicu kenaikan harga bahan pokok dan menyengsarakan rakyat.
ADVERTISEMENT
Bersatunya dua tokoh ini, merupakan langkah yang tidak bisa dinilai sebagai sesuatu yang biasa saja. Karena dengan alasan menyelamatkan negara, mereka rela mengubur semua dendam lama yang masih membekas itu.
Sekarang mereka telah berhasil menggulingkan partai yang berkuasa sepanjang sejarah malaysia, menggulingkan perdana menteri dari partai itu, dan memenangkan pemilu raya Malaysia.
Seorang tua renta dengan umur 92 tahun rela kembali ke panggung politik setelah pensiun tahun 2003, hanya demi menyelamatkan bangsa dan negara. Tekad itu haruslah ada pada tokoh-tokoh Indonesia, khususnya tokoh yang terlibat dalam perubahan politik kehidupan bangsa dan negara 20 Tahun yang lalu.
Mahatir Muhammad dengan usia yang begitu sangat tua, bersemangat kembali ke panggung politik untuk menyelamatkan negaranya. Anwar Ibrahim dengan semangat reformisnya menerima kehadiran Mahathir dan siap berkoalisi untuk menumbangkan pemerintahan dengan langkah konstitusional yang sah. Sebuah perjalanan sejarah yang tak terduga.
ADVERTISEMENT
Mungkinkah di Indonesia, setelah 20 Tahun Reformasi akan ada semangat persatuan dari tokoh-tokoh reformis dan organisasi politik yang lahir pasca reformasi untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan kebangsaan kita?
Bagi saya momen 20 tahun reformasi adalah momen refleksi yang paling baik untuk melihat sisi-sisi tertentu bagi kemajuan bangsa. Tekad untuk menciptakan demokrasi, membangun bangsa dan negara dengan semangat gotong royong harus diingat kembali.
Reformasi adalah nuansa baru setelah lama menghadapi kungkungan kekuasaan lama yang dipenuhi oleh kecurangan. Reformasi adalah melanjutkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945. Bahwa tujuan bernegara itu untuk mewujudkan negara yang bersatu berdaulat, adil dan makmur yang diridhoi Allah Swt, dengan melindungi rakyat dan segenap tumpah darah Indonesia.
Reformasi adalah "kejengkelan" akan kediktatoran penguasa. Reformasi adalah kegundahan akan kleptokrasi yang menjamur. Reformasi adalah kecemasan akan masa depan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tapi kenapa semua itu justru terulang kembali pasca reformasi, bahkan sudah 20 Tahun reformasi? Kita bahkan kelihatan belum memiliki langkah secara nyata dan komprehensif akan hal ini. Kecemasan semakin menjadi-jadi, kegundahan menambah frustasi kita.
Mana partai reformis yang lahir dari semangat reformasi? Tidakkah mereka menyadari bahwa mereka memikul beban sejarah yang besar dan tanggungjawab yang besar pula untuk kembawa negara ini?
Mana tokoh reformasi yang dahulu bersatu dalam nafas perjuangan demi bangsa, bahkan rela menukar ketenangannya dengan kesengsaraan demi memperbaiki bangsa? Mana aktivis muda dengan semangat heroisme 20 tahun lalu, yang memiliki idealisme demi bangsa?
Mereka kita lihat masih ada, tapi banyak diantara mereka yang terlena dengan tahta dan kekuasaan. Ada pula diantara mereka yang sudah lelah. Sedikit diantara mereka yang masih memiliki semangat seperti 20 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam kondisi demikian, hanya satu pinta kami, kembalilah menghiasi perjalan bangsa ini, bersatulah dalam satu panggilan tanah Air yang "sudah mulai mengering" akibat sedotan asing. Kembalilah mencarikan solusi bagi harga kebutuhan pokok yang meningkat tajam. Kembalilah untuk menyelesaikan amanat reformasi, selesaikan wabah korupsi, hentikanlah segala keributan yang menegankan ini. Apabila kalian kembali maka kami akan mengikuti kalian untuk saling memberikan dukungan bagi bangsa ini kedepan yang lebih baik dan lebih berkemajuan.
Pada tanggal 21 Mei 2018 kita merayakan reformasi yang sudah berusia 20 tahun, dan kami mengharapkan perubahan terbaik bagi bangsa ini untuk kedepan. Secara pribadi saya menyarankan jadilah seperti Mahathir dan Anwar, bersatu dalam tajamnya permusuhan demi bangsa dan negara, melakukan oposisi demi menyelamatkan cita-cita dan tujuan bangsa.
ADVERTISEMENT
Kami akan siap seirama untuk mengikuti perubahan nyata setelah 20 Tahun. Reformasi ini".
*Furqan Jurdi adalah Ketua Umum Komunitas Pemuda Madani