Mengambil Hikmah Idul Adha di Masa Pandemi ala Prof Rochmat Wahab

SEVIMA
Sentra Vidya Utama (Sevima) adalah Education Technology yang berdiri sejak tahun 2.004, dengan komunitas dan pengguna platform yang tersebar di lebih dari 1.000 kampus se-Indonesia. Bersama kita revolusi pendidikan tinggi, #RevolutionizeEducation!
Konten dari Pengguna
6 Agustus 2021 16:55 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prof Rochmat Wahab menyikapi Idul Adha di masa Pandemi
zoom-in-whitePerbesar
Prof Rochmat Wahab menyikapi Idul Adha di masa Pandemi
ADVERTISEMENT
Momen Idul Adha, ungkap Prof. Rochmat Wahab, merupakan salah satu momen hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah Hijriyah. Setiap negara pun menyambut hari raya iduladha dengan hal yang berbeda. Jika pada umumnya Hari Raya Idulfitri relatif lebih meriah di Indonesia, namun ini berbeda di wilayah Saudi Arabia, khususnya di Makkah al Mukarromah dan sekitarnya. Hari Raya Iduladha di sini justru dirayakan jauh lebih meraih. Ini bersamaan dengan pelaksanaan agenda ibadah haji dan umrah yang diikuti oleh sebanyak 2 jutaan umat Islam dari seluruh belajar Bumi.
ADVERTISEMENT
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, di tahun ini 1441 H, kejadian yang tak pernah diduga. Proses pelaksanaan ibadah haji hanya diikuti sebanyak 10.000 orang muslim dari Saudi Arabia saja. Hal ini dilakukan bertepatan dengan gerakan pencegahan pandemi Covid-19.
Melalui Talkshow yang diadakan oleh SEVIMA, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd.M.A., guru besar Universitas Negeri Yogyakarta mengungkapkan, terlepas dari kondisi dan situasi yang sangat memprihatinkan ini, Idul Adha yang sangat penting bagi umat Islam dulu, kini dan mendatang tetap memiliki banyak hikmah.
“Meskipun dalam kondisi dan situasi yang sangat memprihatinkan ini, Hari raya Idul Adha sangat penting bagi umat Islam dulu, kini dan mendatang. Sehingga tetap akan mendatang banyak hikmah bagi kita semua,” jelasnya.
ADVERTISEMENT

Hikmah Idul Adha di masa pandemi

Pertama, dalam ibadah haji, proses thawaf dan sai menjadi salah dua dari rukun haji lainnya harus dijalani oleh setiap jamaah haji dan umrah. Thawaf yang merupakan gerakan mengitari tujuh putaran Rumah Allah (Ka’bah) yang menggambarkan gerakan menyatu dengan Allah. Sebagai umat manusia dari Allah swt dalam keadaan fitrah dengan mengenakan pakaian hitam putih yang menggambarkan dalam kondisi fitrah siap kembali kepada Allah swt dan menyatu kembali dengan Allah swt.
Sai sendiri merupakan gerakan jalan dan lari antara bukit Shafa dan Marwa, yang dilakukan bolak tujuh kali tempuh menggambarkan tentang sebuah kehidupan dunia yang diwarnai dengan ikhtiar mencari nafkah dan aktivitas bisnis untuk kehidupan.
Kegiatan thawaf dan sai tersebut dapat menggambarkan kehidupan akhirat, yang mana membangun hubungan dengan Allah swt (hablum minallah) dan kehidupan dunia, membangun hubungan horizontal antara manusia dan alam (hablum minan naas dan hablum minal ‘alam). Keduanya harus diupayakan dengan maksimal dan seimbang, sehingga bisa saling melengkapi. Dengan begitu terjadi proses kehidupan yang utuh.
ADVERTISEMENT
Kedua, pengorbanan Ibrahim dan Ismail sangat penting untuk dijadikan teladan inspirasi. Betapa tidak? Jika tidak ada iman dan takwa yang tertanam di dalam hati Ibrahim dan Ismail, maka tidak mungkin ketaatan itu muncul untuk mewujudkan impiannya.
Perintah Allah untuk menyembelih Ismail melalui mimpi yang dibenarkan oleh Ibrahim. Kesiapan tersebut untuk memenuhi perintah yang menggambarkan betapa taat dan cintanya kedua insan ini (antara Ayah dan Anak). Disinilah kita bisa memetik hikmah bahwa ketaatan kepada Allah dari seorang anak Adam, serta ketaatan seorang anak kepada ayahnya adalah penting sekali.
Di sini kuncinya juga kejujuran sang Ayah dalam menyikapi impian dari Allah. Ketaatan yang total kepada Allah SWT ternyata balasannya sangat cepat, tidak perlu menunggu di akhirat. Melihat ketulusan dan keikhlasan Ibrahim dan Ismail, Allah SWT kemudia memberikan spontan balasan kebaikan dengan mengirimkan, seekor gibas (kambing). Sungguh membahagiakan semua.
ADVERTISEMENT
Ketiga, berpakaian ihram di tengah- tengah padang Arafah ketika wukuf, berhenti sejenak di Arafah untuk berkontemplasi. Bahwa di Arahan, semua orang berpakaian sama dan sederhana. Menggambarkan bahwa di hadapan Allah swt kita semua sama. Tidak ada yang berbeda, jenis suku/bangsa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status sosial dan ekonomi, dan sebagainya. Hanya tingkat ketakwaan yang membuat mulia di sisi-Nya.
Keempat, bahwa dalam memenuhi perintah dari Allah swt, jalan yang dilalui Ibrahim tidaklah alami dengan mulus. Apalagi digoda dengan keberadaan Ismail anak yang paling dicintai yang dinanti selama beratus-ratus tahun. Bujukan syaitan pun juga tak menghentikan niat dan tekadnya untuk melawan syaitan yang terlemah berhenti mengganggu.
Akhirnya Ibrahim pun menghadapi syaitan adalah melawannya. Salah satu cara yang dilakukan Ibrahim dengan mencari batu kerikil sebagai senjatanya di malam hari. Untuk tidak mudah diketahui strategi yang akan dipakai dalam melawan musuh (syaitan). Kita dalam meraih kebaikan seringkali dihadapkan banyak rintangan. Kita tidak boleh menyerah dan menghindar, tetapi harus kita hadapi dengan menguasai persoalannya dan strateginya, sehingga dapat kita raih kesuksesannya.
ADVERTISEMENT
Kelima, kesempatan dan kemampuan untuk bisa menunaikan ibadah haji (utamanya tahun ini dalam era pandemi convid-19) merupakan suatu kenikmatan yang sangat banyak dan tak terhingga. Karena itu sangat perlu disyukuri, dengan cara salat dan berkorban. Kedua hal ini sangat penting, bahwa shalat dan ibadah mahdhah lainnya memiliki makna yang sangat penting, di samping melakukan korban sebagai upaya untuk mewujudkan dan meningkatkan tauhid personal (ibadah) dan sosial (muamalah). Amaliah yang seimbang ini perlu terus terus dipupuk dan ditingkatkan sehingga bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat secara seimbang.
Idul Adha tahun ini memang memiliki cerita yang sangat unik, memiliki tantangan yang berat namun kita bisa mengambil hikmah yang besar. Adanya pandemi ini membuat perubahan perilaku dan ibadah yang dilakukan akhirnya berbeda dengan sangat signifikan. Kita sebagai umatnya lebih memprioritaskan keselamatan daripada lainnya. Peristiwa yang mengena seseorang dan berakhir dengan korban memiliki cerita tersendiri, bukan hanya bagi yang bersangkutan saja, melainkan juga bagi keluarga dan kolega atau handai taulan.
ADVERTISEMENT
Keadaan pandemi sekarang merubah proses beribadah yang sudah berjalan semestinya. Bukan perkara kemampuan dan harta, namun kini dikaitkan dengan kesehatan, terutama upaya pencegahan dari penularan Covid-19 yang sangat membahayakan kehidupan banyak orang. Walaupun dalam segala keterbatasan kita usahakan untuk bisa memetik hikmah sebanyak-banyaknya dari kejadian tersebut.