Konten dari Pengguna

UIN Jakarta Dorong Kurikulum Berbasis Cinta untuk Pendidikan Damai

SEVIMA
Sentra Vidya Utama (Sevima) adalah Education Technology yang berdiri sejak tahun 2.004, dengan komunitas dan pengguna platform yang tersebar di lebih dari 1.000 kampus se-Indonesia. Bersama kita revolusi pendidikan tinggi, #RevolutionizeEducation!
12 September 2025 11:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
UIN Jakarta Dorong Kurikulum Berbasis Cinta untuk Pendidikan Damai
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam memperbaharui sistem pendidikan nasional melalui forum akademik bertajuk "Implementasi Kurikulum Berbas
SEVIMA
Tulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Jakarta, 19 Agustus 2025 – Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam memperbaharui sistem pendidikan nasional melalui forum akademik bertajuk "Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta untuk Dunia yang Damai." Acara ini digelar pada Selasa, 19 Agustus 2025, di Gedung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK), UIN Jakarta, dan dihadiri oleh sejumlah akademisi, pejabat pemerintah, serta pemangku kebijakan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag).
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya, Rektor UIN Jakarta, Prof. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., mengungkapkan pentingnya pendidikan Islam sebagai kekuatan moral dalam menciptakan dunia yang damai. “Pendidikan Islam harus tampil sebagai garda terdepan dalam membangun perdamaian dunia. Kurikulum berbasis cinta ini adalah manifestasi dari Islam rahmatan lil-‘alamin, yang membawa pesan kasih sayang, kedamaian, dan kebermanfaatan bagi seluruh umat manusia,” ujar Prof. Asep.
Ia juga menambahkan bahwa pendidikan yang berbasis cinta harus menanamkan empati dan nilai kemanusiaan universal dalam diri mahasiswa. "Pelajar dan mahasiswa perlu dibentuk menjadi generasi yang berkarakter, berakhlak mulia, dan mampu menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk membangun peradaban yang damai,” katanya.
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Jakarta, Prof. Siti Nurul Azkiyah, M.Sc., Ph.D., menekankan bahwa kurikulum berbasis cinta bukanlah utopia. Ia menjelaskan, konsep ini dapat diwujudkan dalam pembelajaran sehari-hari melalui sikap guru yang penuh kasih sayang, penggunaan metode pembelajaran kolaboratif, dan penghargaan terhadap perbedaan di kelas. “Cinta bisa diimplementasikan dalam pembelajaran sehari-hari. Ini bukan hanya teori, tetapi praktik nyata yang bisa dilakukan oleh setiap pengajar,” katanya.
ADVERTISEMENT
Dr. Yogi Anggraena, M.Si., dari Pusat Kurikulum Kemendikdasmen RI, menjelaskan bahwa Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 memfokuskan pada "deep learning," yakni pembelajaran yang tidak hanya mengajarkan teori tetapi juga mendorong siswa untuk mengaplikasikan dan merefleksikan ilmu dalam kehidupan nyata. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa untuk mendukung perkembangan digital dan keterampilan masa depan, mata pelajaran pilihan seperti Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI) akan mulai diterapkan pada tahun ajaran 2025/2026.
“Pendidikan harus relevan dengan transformasi global. Kami ingin menyiapkan generasi yang kritis, logis, dan tetap beretika di era digital. Pendidikan berbasis cinta akan menjadi jembatan untuk mencapainya,” jelas Dr. Yogi dalam presentasinya.
Kementerian Agama melalui Zulkifli, M.Si (Kasubdit KSKK Madrasah), turut mengapresiasi peran UIN Jakarta dalam mendorong implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Menurut Zulkifli, kurikulum ini merupakan landasan penting dalam pendidikan di madrasah yang sejalan dengan visi Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, yang menekankan prinsip "Humanity is only one," bahwa harmoni kehidupan harus berakar pada cinta.
ADVERTISEMENT
“Kurikulum berbasis cinta akan menanamkan nilai-nilai empati, toleransi, kasih sayang, dan tanggung jawab dalam pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Keberhasilan implementasi KBC bergantung pada kolaborasi yang kuat antara guru, kepala madrasah, orang tua, dan masyarakat,” ungkap Zulkifli.
Prof. Asep Jahar juga menyampaikan bahwa pendidikan berbasis cinta bukan hanya sebagai pendekatan untuk menghasilkan mahasiswa yang cerdas secara intelektual, tetapi juga membentuk karakter yang memiliki kepemimpinan yang berintegritas. “Pendidikan berbasis cinta ini adalah upaya kita untuk mengembangkan generasi yang tidak hanya berprestasi secara akademis, tetapi juga berperan sebagai agen perubahan positif yang membawa kedamaian bagi masyarakat,” tegasnya.
Penerapan kurikulum berbasis cinta ini, menurut Prof. Asep, juga sejalan dengan visi UIN Jakarta untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan yang mengedepankan prinsip-prinsip Islam yang moderat dan humanis. Dengan ini, diharapkan UIN Jakarta akan terus menjadi pusat pengembangan pendidikan yang relevan dan berkontribusi besar bagi pembangunan sosial dan peradaban dunia.
ADVERTISEMENT
Bersamaan dengan implementasi kurikulum berbasis cinta, forum ini juga menyoroti pentingnya pendidikan inklusif yang bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali. Konsep ini menekankan pada penerimaan terhadap keragaman yang ada di dalam masyarakat Indonesia dan dunia pada umumnya. Di dalam konteks ini, pendidikan yang berbasis pada nilai cinta diharapkan mampu menciptakan ruang yang aman dan inklusif bagi semua mahasiswa, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang yang berbeda.
Salah satu agenda utama dari kegiatan ini adalah memastikan bahwa kurikulum berbasis cinta dapat diimplementasikan tidak hanya sebagai proyek jangka pendek, tetapi sebagai bagian dari perubahan sistem pendidikan nasional yang berkelanjutan. UIN Jakarta dengan dukungan penuh dari Kemendikdasmen dan Kemenag berkomitmen untuk menciptakan program-program pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai kedamaian, kebersamaan, dan toleransi yang esensial dalam membentuk masa depan bangsa yang harmonis.
ADVERTISEMENT
“Pendidikan yang berlandaskan cinta tidak hanya menciptakan individu yang berpengetahuan, tetapi juga individu yang memiliki rasa empati terhadap sesama. Kami percaya bahwa pendidikan berbasis cinta dapat menjadi landasan bagi generasi muda untuk menghadapi tantangan global dengan sikap yang lebih terbuka dan menghargai perbedaan,” pungkas Prof. Asep.
“Cinta adalah nilai yang harus menjadi dasar dalam pendidikan. Itu bukan sekadar teori, tetapi harus tercermin dalam setiap tindakan kita sebagai pendidik,” ujar Prof. Asep Saepudin Jahar, Rektor UIN Jakarta.
Dengan komitmen yang kuat dari semua pihak, diharapkan Kurikulum Berbasis Cinta ini dapat diterapkan secara luas di seluruh lembaga pendidikan di Indonesia, menjadi model pendidikan global yang tidak hanya menghasilkan individu berkompeten, tetapi juga berkarakter dan berakhlak mulia.
ADVERTISEMENT
Forum ini menandai langkah penting menuju pengembangan pendidikan yang lebih manusiawi dan berorientasi pada nilai cinta yang dapat mengatasi permasalahan sosial dan membangun masa depan yang damai. Implementasi kurikulum berbasis cinta di UIN Jakarta menjadi langkah awal untuk mewujudkan tujuan tersebut, seiring dengan upaya menciptakan Indonesia yang lebih inklusif, berkeadilan, dan penuh kasih sayang.
Sumber: uinjkt.ac.id