Pemberontakan Gwangju, Perjuangan Rakyat Untuk Demokrasi Korea: Bagian 2

KOREA CHOBO
KOREACHOBO, jawaban atas segala rasa penasaranmu tentang Korea!
Konten dari Pengguna
28 Februari 2018 12:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KOREA CHOBO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemberontakan Gwangju, Perjuangan Rakyat Untuk Demokrasi Korea: Bagian 2
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
(Sumber Foto: 518.org)
Baca bagian sebelumnya disini.
Kemunculan Pemberontakan Gwangju
ADVERTISEMENT
Kekuatan militer yang semakin dominan di pemerintahan membuat gerakan demokratisasi semakin banyak. Salah satunya di kota Gwangju. Pada 14 Mei 1980, kurang lebih 60.000 mahasiswa dari Universitas Chonnam mengadakan gerakan di kampus yang kemudian turun kejalanan dengan membawa tulisan "Pertemuan Suci untuk Demokratisasi” ke depan Kantor Pemerintahan Provinsi. Gerakan berlanjut hingga keesokan harinya. Kali ini sekitar 15.000 mahasiswa dari Universitas Chonnam, Universitas Chosun dan Universitas Pendidikan Gwangju. Serta universitas-universitas lainnya.
Gerakan masih berlanjut keesokan harinya. Sekaligus merayakan penggulingan pemerintah dan Presiden Syngman Rhee yang terjadi pada tahun 1961, 30.000 mahasiswa mengadakan demonstrasi dan membakar boneka sebagai simbolnya. Kemudian malam hari dilanjutkan dengan mengadakan demonstrasi menggunakan obor.
Kemudian pada 17 Mei 1980, perintah darurat militer secara resmi diperpanjang, memperkuat militer ke seluruh negeri. Hal ini kemudian diperparah dengan penangkapan Kim Daejung, ikon dari Gwangju serta Mun Ikhwan, aktivis yang dekat dengannya.
ADVERTISEMENT
Pada fajar 18 Mei, tentara udara diutus untuk menangkap mahasiswa yang melakukan protes. Operasi ini disebut dengan “Operasi Semangat Patriotik”. Memasuki pagi hari, sekitar 200 hingga 300 mahasiswa kembali berkumpul di pintu gerbang Universitas Chonnam sembari berteriak “Cabut Perintah Darurat Militer!” dan “Turunkan Chun Doohwan!”. Tentara yang bertugas untuk mengamankan kemudian memukuli mahasiswa dengan tongkat pemukul atau pentungan.
Keadaan menjadi kacau, para demonstran kemudian mulai melempar batu untuk mempertahankan diri yang kemudian dibalas dengan pukulan dari tentara. Pukulan dari aparat keamanan yang tidak main-main, darah kemudian berjatuhan dimana-mana. Banyak tubuh mahasiswa juga diseret dengan tidak manusiawi. Kekejaman tentara juga tidak selesai sampai disitu. Tidak hanya demonstran yang menjadi sasaran, namun masyarakat biasa yang kebetulan berada ditempat kejadian juga menjadi korban. Tentara menarik siswi yang lewat, merobek seragam hingga pakaian dalamnya kemudian meneriaki mereka dengan kata-kata kasar. Tentara juga tidak segan-segan memukul orang tua yang lewat. Hal ini kemudian menyulut amarah dari semua orang. Pemberontakan Gwangju secara resmi dimulai.
ADVERTISEMENT
Nantikan bagian selanjutnya hanya di Koreachobo!
Sumber:
Seo, Joong-seok. 2007. Contemporary History of South Korea (Diterjemahkan oleh: Sohn Jung-in). Seoul: Korea Democracy Foundation.