Yi Kwang-su, Penulis Modern Pertama Milik Korea

KOREA CHOBO
KOREACHOBO, jawaban atas segala rasa penasaranmu tentang Korea!
Konten dari Pengguna
23 April 2017 23:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KOREA CHOBO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengulik tentang Yi Kwang-su, Bapak Literatur Modern Korea.
Yi Kwang-su (Photo: KTLIT)
ADVERTISEMENT
Korea punya banyak nama penulis ternama yang sampai saat ini sangat dihormati dan dijunjung tinggi. Menggunakan sastra sebagai sarana penyampaian perasaan, banyak karya sastra Korea sangat berhubungan dengan situasi social politik yang terjadi pada masanya. Inilah Yi Kwang-su, salah satu nama penulis yang masih populer meski ia berkarya hampir seratus tahun yang lalu. Yuk simak!
Yi Kwang-su adalah seorang penulis yang lahir pada 1 Februari 1882. Ia tumbuh sebagai salah satu pengikut Donghak. Donghak merupakan salah satu gerakan di Korea pada akhir 1800-an, dengan ajaran Neo Konfusianisme para pengikutnya menolak ajaran yang datang dari barat. Setelah meletusnya peristiwa Revolusi Petani Donghak, Yi Kwang-su kemudian pergi ke Seoul untuk menghindari pihak berwenang yang berusaha mengejar para pengikut Donghak. Setahun kemudian ia pergi ke Jepang untuk mengenyam pendidikan disana, 8 tahun kemudian ia kembali untuk bersekolah di Korea. Namun pada tahun 1915, penulis yang memiliki nama lahir Yi Bogyeong ini kembali pergi ke Jepang untuk mempelajari filsafat di Universitas Waseda.
Mujong atau The Heartless (Photo: Cornell University)
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1917, Yi Kwang-su menerbitkan karya novelnya yang berjudul Mujong atau The Heartless. Diterbitkan di Maeil Sinbo atau dalam bahasa Inggris Daily News, novel Mujong ini mengukuhkan Yi Kwang-su sebagai “Bapak Literatur Modern Korea”. Meskipun tumbuh dalam lingkungan pengikut Donghak, dalam novelnya yang berjudul Mujong ini Yi Kwang-su memberikan kritiknya mengenai masyarakat tradisional dan kepercayaan Korea. dikutip dari KTLIT, pada saat itu Yi Kwang-su menyampaikan bahwa Korea sudah seharusnya mengadopsi dan menerima pandangan modern yang tidak lain datang dari barat.
Karyanya yang berjudul Mujong bercerita mengenai seorang pria bernama Hyong-sik yang bertemu kembali dengan teman masa kecilnya yang bernama Yong-chae. Yong-chae dewasa telah tumbuh menjadi seorang kisaeng atau penghibur. Meskipun memiliki ikatan sejak kecil, Hyong-sik kemudian lebih memilih menikah dengan perempuan bernama Sonhyong, seorang putri dari mantan diplomat yang kaya raya.
ADVERTISEMENT
Meskipun cerita terlihat sebagai kisah klasik mengenai cinta segitiga. Rupanya novel yang satu ini punya banyak pesan dan kritik tersembunyi. Dikutip dari buku Modern Korean Literature: An Anthology karya Peter H.Lee, diungkapkan bahwasannya novel ini mengkritik tentang tradisi pernikahan tradisional. Novel ini juga menunjukkan mengenai Sinyeoseong atau wanita modern Korea. Menunjukkan tokoh perempuan terpelajar yang berani menentang dan menolak berbagai tradisi yang merugikan perempuan sebagai manusia yang setara dengan laki-laki.
Meskipun dengan karya tersebut berhasil mengukuhkan nama Yi Kwang-su sebagai penulis populer, pada tahun 1920an sampai 1930an, Yi Kwang-su berubah menjadi penulis yang nasionalis dan beberapa saat kemudian karya Yi Kwang-su berubah menjadi lebih fokus pada agama Buddha.
Selain menulis, Yi Kwang-su juga telah menjadi presiden dari salah satu suratkabar di Shanghai bernama The Independent tepat setelah ia lulus dari universitas. Selain menjadi presiden suratkabar ia juga bekerja pada Pemerintah Provinsional Korea di Shanghai sana. Setelah beberapa tahun di Shanghai, penulis ini kemudian kembali ke Korea dan bekerja sebagai jurnalis di berbagai surat kabar seperti Dong-a Ilbo dan Chosun Il-bo. Pada tahun 1938 ia sempat dipenjara oleh pemerintah Jepang, namun setahun kemudian penulis yang satu ini malah mengadopsi nama Jepang. Dengan nama Jepang, Kayama Misturo, ia kemudian menjadi penulis Pro-Jepang dan menulis berbagai propaganda untuk negara yang menjajah Korea tersebut.
ADVERTISEMENT
Meskipun karirnya dalam bidang literature terbilang cemerlang, akhir hidup penulis yang satu ini cukup menyedihkan. Saat perang Korea meletus pada tahun 1950, Yi Kwang-su tertangkap oleh tentara Korea Utara dan meninggal di Manpo pada 25 Oktober.
Nah jadi itulah salah satu penulis representatif Korea. Untuk informasi tentang Korea lainnya, nantikan terus di Koreachobo!
Source: KTLIT (1), (2), Modern Korean Literature: An Anthology oleh Peter H. Lee