Muhammadiyah dan Reformasi Keagamaan : Mencerahkan Semesta

Wiryawan K Wisnu Brata
Mahasiswa dan Biro Humas dan Kerjasama UNIMUDA Sorong
Konten dari Pengguna
5 Juli 2022 13:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wiryawan K Wisnu Brata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Logo Resmi Muktamar 48 Muhammadiyah (Sumber : PSDM Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
zoom-in-whitePerbesar
Logo Resmi Muktamar 48 Muhammadiyah (Sumber : PSDM Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam perkembangan sejarah Islam, modernisme sejalan dengan gerakan kebangkitan Islam, yang dikenal dengan al-Ashraniyah (modernisme) atau al-Ishlahiyah (reformisme), yang secara umum dikenal dengan pembaharuan di dunia Islam. Sebagaimana yang dikumandangkan oleh para pembaharu Islam yang sangat berpengaruh di dalam sejarah pemikiran Islam.
ADVERTISEMENT
Di nusantara sendiri, , Gerakan Reformasi Islam telah dirintis pada abad 19 di Sumatera Barat yang kemudian pengaruhnya berlanjut ke Jawa dan berbagai wilayah nusantara lainnya. Dengan kemunculan kerajaan Islam Samudera Pasai di pulau Sumatera hal tersebut menandakan gerakan pembaharuan Islam tersebut telah diawali. Pada abad 19 gerakan ini cenderung menekankan aspek salafi untuk melawan kaum adat. Kemudian pada abad selanjutnya, gerakan ini lebih cenderung menekankan aspek etika modernitas dalam rangka meng-counter tradisi dan kemunduran Islam serta melawan kaum penjajah atau Belanda.
Reformisme dan modernisme Islam masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Pikiran dan gerakan reformisme dan modernisme yang diterima oleh masyarakat Indonesia, dengan itu muncullah gerakan sosial atau gerakan keagamaan yang modern seperti Muhammadiyah (1912), Nahdlatul Ulama (1926), ataupun yang lainnya. Walaupun secara legal formal seperti Muhammadiyah tidak mendeklarasikan dirinya sebagai gerakan yang reformis dan modernis.
ADVERTISEMENT
Menjelang dan pada awal-awal masa pembaharuan, umat Islam di berbagai negara, telah menyimpang dari ajaran Islam yang bersumber kepada Alquran dan Hadis. Penyimpangan itu terdapat dalam hal : a). Ajaran Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan.
b). Adanya kelompok umat Islam, yang selama hidup di dunia ini, hanya mementingkan urusan akhirat dan meninggalkan dunia. c). Banyak umat Islam yang menganut paham fatalisme, yaitu paham yang mengharuskan berserah diri kepada nasib. d). Dari sisi ekonomi, masyarakat Muslim Indonesia banyak yang miskin. e). Dari segi politik, masyarakat Muslim Indonesia terjajah. f). Dari segi penguasaan ilmu dan teknologi, masyarakat Muslim Indonesia terbelakang.
Lahirnya para tokoh pembaharu pada saat itu dipengaruhi oleh penyimpangan-penyimpangan umat Islam terhadap ajaran agamanya, tokoh-tokoh tersebut yang kemudian berusaha menyadarkan umat Islam agar kembali kepada ajaran Islam yang benar, yang bersumber kepada Alquran dan Assunnah (hadis). Para tokoh pemikiran pembaharu dunia Islam seperti : Ibnu Taimiyah, Muhammad Ibn Abdul Wahhab, Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Berdasarkan buah pemikiran tokoh-tokoh Islam inilah Kemudian berdirilah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, yang bertujuan untuk memperbarui pemahaman keagamaan (keIslaman) yang di sebagian besar Dunia Islam saat itu yang masih bersifat ortodoks.
ADVERTISEMENT
Melihat faktor diatas, maka yang menjadi dasar perlunya pembaharuan Islam di indonesia ialah selain seruan Rasulullah untuk selalu melakukan perubahan juga dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang pada era modern kaum muslim Indonesia mengalami keterpurukan dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu tokoh pembaharuan Islam diindonesia pada era modern yang telah mampu menjawab berbagai persoalan dan tantangan zaman dengan perubahan ke arah kemajuan dalam kehidupan umat/masyarakat ialah Ahmad Dahlan.
Melalui Tulisan ini, akan dijelaskan selayang pandang. Bagaimana Muhammadiyah bisa dikatakan sebagai organisasi keagamaan yang modern dan gerakannya reformis? Bagaimana Muhammadiyah menjawab tantangan zaman sebagai solusi beragama? Bagaimana Muhammadiyah menjadi organisasi masyarakat Islam yang mencerahkan?
K.H Ahmad Dahlan & Lahirnya Muhammadiyah
Dari waktu ke waktu dinamika zaman terus mengalamai perubahan. Perunbahan kehidupan masyarakat antara lain adlah dapat ditinjau dari aspek sosail, ekonomi politik, spritual dan budaya. Perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dalam aspek-aspek tersebut menekankan seluruh masyarakat tanpa terkecuali, begitu juga dengan Muhamamdiyah, untuk selalu melakukan langkah-langkah antisipasi dan responsif. Karena itu muhammadiyah terus mengupayakan menjadi bagian garda terdepan dalam mengatasi perubahan yang terjadi dimasyarakat.
ADVERTISEMENT
Muhammadiyah adalah salah organisasi pergerak islam terbesar di Indonesia yang telah banyak memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan dan perkembangan keagamaan, pendidikan, dan juga sosisal kemasyarakatan. kelahiran muhamamdiyah banyak dipengaruhi atas kondisi sosial ekonomi, politik, dan keberangamaan menyimpang dan terpuruk yang dilakukan oleh masyarakat islam pada waktu itu (Sutarto et al., 2020). Kehadiran organisasi muhammadiyah tidak telepas dari peran K.H Ahmad Dahlan sosok pemuda yang sangat cerdas dan visioner. K.H Ahmad Dahlan lahir di kauman yogyakrta pada tahun 1868 M yang pertepatan pada 1285 H, dan beliau wafat pada bulan februari tahun 1923 M.
Kauman merupakan suatu kampung yang terletak di seputaran dekat mesjid besar kraton yogyakrta disi barat alun-alun utara kraton yogyakarta. K.H Ahmad Dahlan adalah anak dari seorang pejabat agama kraton yaitu imam sekaligus khatib mesjid besar, yaitu kiai Haji Abu Bakar dan dilahirkan dari rahim seorang ibu yang bernama Siti Aminah, seorang cucu penghulu kraton yaitu kiai Haji Ibrahim. K.H Ahmad Dahlan semasa dalam hidupnya tidak pernah menempuh jalur pendidikan formal dengan belajar disekolah-sekolah tertentu. Akan tetapi K.H Ahmad Dahlan memiliki kempuan banyak hal terhadap ragam ilmu, seperti 1. Nahu (tata bahasa arab), 2. Fiqih, 3. Falaq (Perbintangan), 4. Hadist, 5. Qiroatul Quran, 6. Pengobatan dan Racun, 7. Filsafat, 8. Tasawwuf. Ilmu tersebut banyak dikuasai K.H Ahmad dahlan dengan belajar otodidak, bertemu dengan para guru-guru kiai, dan mebaca beberapa buku dan kitab-kitab. (Mulkhan, 2007)
ADVERTISEMENT
Sebelum berangkat naik haji ke mekkah, K.H Ahmad Dahlan dulunya nama Muhammad Darwis setelah melaksanakan haji ke tanah suci mekkah beliau banyak berintraksi dan berdialog dengan para tokoh ulama dalam negeri maupun luar negeri seperti, Syech Muhammad Khatib dari minang, kiai Nawawi dari banten, kiai Mas Abdullah dari surabaya, kiai Faqih dari Gresik. Kemudian setelah itu, beliau pun mendapat sertifikat Sayyid Bakri Syatha, Seorang Syaikh/Guru untuk berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. beliau juga banyak membaca karya-karya tulisan seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha tokoh pembaharuan Modern yang telah banyak memperngaruhi pemikiran K.H Ahmad Dahlan. Sesudah selesai melaksanakan haji dan menuntut ilmu K.H Ahmad Dahlan pun kembali ke indonesia dan mulai melakukan pembaharuan baik dalam pendidikan, sosial dan juga di bidang keagamaan (Abdullah, 2015).
ADVERTISEMENT
Kondisi umat islam indoneisa sebelum masa kemerdekaan banyak mengalami kemunduran dalam berbagai bidang kehidupan, seperti bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan keagamaan. Kemunduran ini lah yang membuat umat islam sulit untuk bangkit melawan penjajah. Pendirian organisasi muhammadiyah yang di lakukan K.H Ahmad Dahlan pada tanggal 18, November, 1912 M bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 H, dilatar belakangi atas dua faktor yaitu subjektif, adalah keinginan K.H Ahmad Dahlan untuk Mengimplementasikan Nilai-Nilai Alquran dan faktor objektif yang dikelompokkan dalam dua yaitu Internal kondisi yang datang dari dalam umat islam itu sendiri dan ekternal, kondisi yang dipengaruhi dari luar umat islam.
Kondisi Keberagaman pada masa Sebelum Kemerdekaan
Kondisi umat islam pada waktu itu mengalami yang nama nya kemunduran dalam semua sektor kehidupan.kemunduran ini yang kemudian membuat sulit indonesia bangkit dan mengusir penjajah. Jauhnya masyarakat islam dari pengajaran agama yang sesunggunya, disebebkan oleh adanya singkritisme, yakni pencampur-adukan ajaran agama islam dengan tradisi yang berkembang dimasyarakat dalam melaksanakan ibadah. Praktik keagamaan yang dilakukan oleh umat islam masih menunjuk kan adanya tradisi Tahayyul, Bid’ah, khurafat syirik atau biasa disingkat dengan TBC. Kepercayaan terhadap kisah Nyai Roro kidul (Ratu Pantai Selatan) yang dikatajkan dapat memberikan mamfaat dan juga mudharat, sehingga harus diberi sesaji.
ADVERTISEMENT
Disi lain keadaan umat islam yang mayoritas saat itu masih dipandang rendah oleh pihak penjajah belanda. Dari sisi ekonomi, kedudukan umat islam pada umum nya berada dlam keadaaan yang terbelakang, hanya sebagian kecil yang mampu mengembangkan ekonominya. Terjadi nya dualisme sistem pendidikan, yaitu sistem pendidikan hindia belanda dan sistem pendidikan pesantren. Pemerintah hindia belanda tidak pernah memikirkan pendidikan bagi pribumi. Sedangkan disi lain pendidikan pesantren merupakan lembaga pendidikan umat islam yang sudah cukup tua usianya. Pendidikan yang diselenggarakan umat islam melalui pesantren, berfungsi sebagai pusat dakwah islam yang membentuk kelompok ekslusif(Tertutup) dimana para lulusan-lusan pesantren tersebut belum mampu untuk menjawab tantangan zaman.
Menurut James L. Peacock dalam(Abas, 2018) kondisi umat islam terdiri dari masyarakat yang masih banyak menganut pemahaman Animisme, hinduisme dan merebabnya budaya barat. Paradigma umum yang dipakai umat islam pada waktu itu ialah Taqlid, yaitu suatu sikap penerimaan pasif yang mutlak, penerimaan dan mengikuti sesatu hal secara membuta. Pendapat ulama dan kiyai adalah suatu hal yang sangat mutlak, pendapat atau fatwa tersebut harus di ikuti sekalipun itu bisa di bantah secara ilmiah, akan tetapi itu merupakan suatu tindakan yang tidak sopan kala itu. Kehadiran Muhammadiyah merupakan suatu angin segar yang membawa semangat pembaharuan, reformis, dan modern, dimana gerakan organisasi islam tersebut tidak hanya berorientasi pada pemahaman agama akan tetapi pemahahan agama tersebut harus di orintasikan kepada gerakan praksis sosial, untuk menjawab persoalan-persoalan yang terjadi ditengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Reformasi Pemikiran
Secara ringkas tajdid beriorentasi praksis, merupakan aktualisasi dari iman dan amal shaleh. Dimana keimanan yang benar harus terpancar dan teraktualisasi dalam amal perbuatan yang benar.(Ali, 2017). K.H Ahmad Dahlan merupakanseorang pragmatis yang lebih mementingkan praksis dan tindakan nyata dari pada menyususn rumusan-rumusan konseptual sistematik di atas kertas. Paradigma pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran islam ini lah yang pada perjalanan nya dapat memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan yang menimpa kaum pribumi. Akan tetapi jawaban strategis yang di sampaikan itu tidak hanya sekedar pemikiran teoritis, tetapi dalam bentuk praksis sosial berupa tindakan dan aksi langsung ditengah-tengah masyarakat.
Senada dengan yang di sampikan oleh Syahruddin darwis dalam(Ali, 2017), bahwa kalau kita memperhatikan K.H Ahmad Dahlan dari kejauhan yang terlihat begitu fenomel dari beliau adalah, gerakan nya yang berupa praksis sosial, atau gerakan amal dan sosial. Kesaksian dan peryataan kiai Mas Mansyur terhadap K.H Ahmad Dahlan terhadap substansi pemikirian nya adalah salah satu ciri agama yang berkemajuan itu ialah kemampuan untuk mendapatkan pesan esensial ajaran agama sebagai mana tertuliskan & tersirat dalam alquran. Agama berkemajuan tidak berhenti pada pencarian pesan-pesan esensial Al-Quran dan sunnah, dan juga pemurnian agama, akan tetapi yang menjadi tidak kalah penting nya dari seluruhnya itu adalah bagaimana pesan-pesan esensial dan otentitas ajaran agama tersebut bisa digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan manusia dimuka bumi.
ADVERTISEMENT
Beragama yang Mencerahkan
Beragama merupakan praktik hidup pemeluk agama yang jiwa, sikap, pikiran dan aktivitas nya senua bersumber dari agama nya di peluk nya. Dengan beragama, manusia itu beriman sekaligus berilmu dan juga beramal kebaikan sesuai dengan nilai-nilai dasar dari agama itu sendiri. Beragama yang mencerahkan dalam islam harus mengembangkan dan membiaskan tradisi iqra (bacalah) sebagaimana wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di goa hira. Tradisi iqra yang memiliki ciri transformasial itu akan menciptakan pencerahan alam pikiran, keilmuan dan peradaban. K.H Ahmad dahlan menyerukan pengunaan akal yang suci murni, sedangkan matan keyakinan dan cita-cita hidup muhamamdiyah dikenal akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran islam. Islam merupakan agama yang mendukung akan pikiran, mendukung ilmu pengetahuan, serta semua aktivitas berpikir dan berzikir yang menciptakan generasi ulul albab dan memajukan peradaban di era kejayaan islam.
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini organisasi muhammadiyah melihat ada nya sebuah fenomena keberagamaan yang tidak konstruktif, pertama meningkatnya gejala spritualisasi agama. umat islam indonesia memiliki ketaatan dan sedaran beragama yang sangat tinggi khusus nya ibadah madhlah seperti shalat berjamaah, puasa sunnah, ibadah umarah, dan ibadaha lain nya. Fenomena ini berkembang begitu pesat mulai dari kalangan muslim menengah perkotaan. Akan tetapi meningkatnya tren spritualisasi tersebut belum seirama dengan keshalehan sosial, seperti moralitas publik disisi lain tren spritualisasi agama memunculkan kembali gejala fatalisme, mistisisme, ekstremisme, dan domestikasi agama. Gejala spritualisasi bisa merupakan eskapisme dimana agama dijadikan sebagai panacea spritual tetapi tidak mampu menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi saat ini.
Fenomena politisasi agama juga menjadi hal yang akhir-akhir ini sering terjadi, beberapa muslim berpendapat kalau islam itu merupakan kesatuan agama, dunia, dan pemerintahan. Islam memiliki sistem politik, hukum dan negara yang harus diterapkan secara utuh(kaffah). Bagi kelompok ini bentuk negara dan hukum yang tidak berdasarkan islam adalah taghut yang harus di tolak dan diganti dengan syariah. Kelompok ini secara ideologis membawa paham agama seperti ini kepolitik, sebagai bentuk apirasi cita-cita untuk meraih kekuasaan. Polarisasi politik juga terjadi di banyak kalangan masyarakat, polarisasi politik ini terjadi atas fanatisme yang berlebihan terhadap salah satu calon pasangan presiden. Seluruh yang berkaitan dengan lawan politik, dianggap salah semua, begitu juga dengan sebaliknya, calon yang di dukung di anggap ma’sum atau sempurna tiada cela. Polarisasi politik dapat dilihat menguatnya kampaye negatif dengan mengkritik kebiajakan dan kelemahan lawan, serta kampaye hitam saling menyalahkan. Media sosial menjadi arena pertarungan yang sangat seru saling menjatuhkan fitnah, pelintir dan juga Hoaks. Dalam kaitannya dengan politik, Muhammadiyah sendiri dalam bernegara sudah tentu sering bersinggungan dengan politik akan tetapi Muhammadiyah tentu memiliki ketentuan-ketentuan baik dalam bentuk maklumat atau lebih sering disebut dengan ijtihad politik. Dikatakan oleh Al-Barbasy (2017) “Sejak kelahirannya hingga saat ini Muhammadiyah tak mampu melepas sepenuhnya dalam relasinya dengan politik. Dalam relasinya dengan politik, Muhammadiyah selalu mengalami pasang surut, yang dapat ditilik dari sejarah perjalanan panjang Muhammadiyah sejak lahir pada tahun 1912 hingga saat ini. Adakalanya mencoba untuk menjauh dari kekuasaan dengan berusaha menjaga jarak yang sama, namun adakalanya berusaha mendekat dengan berusaha menjaga kedekatan yang sama dengan semua kekuatan politik yang ada”.
ADVERTISEMENT
Fenomena-fenomena beragama tersebut dapat memunculkan segregasi dan perpecahan umat dan bangsa. Oleh karena nya Muhammadiyah harus menjadi gerakan pencerahan bagi umat islam untuk memposisikan dan mengangkat agama pada posisi yang tertinggi. Beragama yang mencerahkan merupakan pilihan yang memposisikan agama sebagai jalan terang, pedoman kehidupan, dan nilai kemuliaan yang menjadikan manusia terbuka, berpikir positif berbuat bak untuk kemajuan bersama. Agama mengangangkat manusia melampaui sekat-sekat primordial dan supermasi diatas kekuasaan. Beragama yang mencerahkan merupakan peta jalan yang membawa indonesia meraih kemajuan.
Agama yang mencerahkan, perlu meneguhkan dan mencerahkan akal sehat dan nurani yang waras. Agama perlu menjadi sandangan umat dalam menegakkan nalar keberagamaan inklusif dan kemanusian. Keberagaman yang inklusif memungkinkan seluruh umat dari berbagai latar belakang, dan pemahaman agama yang bersatu, bertindak dan bergandengan tangan dan hati untuk memajukan bangsa. K.H Ahmad Dahlan bersama Muhammadiyah dapat menyerap puncak-puncak peradaban tanpa memandang agama, sehingga melahirkan keberagamaan yang rahmatan lil alamin, berdasarkan inilah kita dapat mengambil pelajaran kenapa manusia beragama tidak mencerahkan, mungkin saja selama ini agama terlalu dipahami sebagai insitusi atau sebatas identitas saja. Keberagamaan belum menyentuh intuisi atau hati nurasi. Maka dari itu hati suci dan hati nurani perlu kita hidupkan kembali, agar menjadi suluh kebergamaan, sehingga melahirkan keberagamaan yang Rahmatan lil alamin.
ADVERTISEMENT
================================================Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi FISIP UMJ dan Bekerja sebagai Tendik di Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong.