10 Emiten IPO Pekan Ini, Investor Perlu Pantau Kinerja Fundamental

10 November 2022 14:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (6/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (6/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebanyak 10 emiten telah mencatatkan saham perdana (initial public offering) atau IPO pada pekan ini. Adapun dua emiten yang baru melantai di bursa saham pada Kamis (10/11) adalah PT Bersama Zatta Jaya Tbk (ZATA) dan PT Ketrosden Triasmitra Tbk (KETR).
ADVERTISEMENT
Pada hari Rabu (9/11), Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat dua emiten adalah PT Primadaya Plastisindo Tbk (PDPP) dan PT Puri Sentul Permai Tbk (KDTN). Sedangkan emiten terbanyak melantai di Bursa pada Selasa (8/11).
Terdapat enam emiten yang mencatatkan saham perdana yaitu PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY), PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT), PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR), PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED) dan PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK).
Analis Investment Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan, prospek dari masing-masing emiten yang sudah melaksanakan IPO cukup positif dan terdiri dari berbagai bidang usaha. Dilihat dari rencana penggunaan dana IPO-nya, sebagian besar digunakan untuk ekspansi dan modal kerja sehingga cukup menarik untuk jangka panjang.
ADVERTISEMENT
"Salah satu yang menarik adalah emiten di sektor kesehatan seperti PRAY dan OMED, seiring dengan masih tingginya kebutuhan akan layanan kesehatan yang baik di masa depan," ujar Fajar saat dihubungi kumparan, Kamis (10/11).
Sementara untuk sektor industri dasar, lanjut Fajar, ada PDPP yang bergerak di bidang industri plastik dan kemasan seiring dengan pulihnya permintaan dan perbaikan kondisi ekonomi domestik pasca pandemi.
"Namun demikian, kinerja fundamental dari para emiten tersebut harus terus dipantau dari waktu ke waktu, untuk melihat seberapa besar dampak aksi IPO terhadap kinerja para emiten," sambungnya.
PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli resmi mencatatkan perdana saham atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Foto: Blibli
Fajar mengimbau investor untuk mencermati rencana penggunaan dana IPO dan alokasi sebagian besar akan digunakan untuk ekspansi usaha dan modal kerja, atau justru membayar utang. Pasalnya, rencana penggunaan dana tersebut menentukan gerak harga saham dalam jangka pendek dan menengah.
ADVERTISEMENT
"Untuk jangka panjang, investor perlu memantau kinerja dari waktu ke waktu. PBV OMED 6,24 kali dan PRAY 6,45 kali, di atas rata-rata sektor kesehatan di 4,77 kali," sambungnya.
Sementara itu, Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibnutama merekomendasikan saham BELI yang berfokus untuk mengintegrasikan layanan Online-to-Offline (O2O) menjadi layanan penawaran multi saluran untuk memungkinkan fleksibilitas untuk menjangkau lebih banyak pelanggan melalui saluran yang berbeda.
BELI membukukan jumlah transaksi semester I 2022 meningkat 78 persen YoY dari 3,6 juta menjadi 6,4 juta. Dengan TPV semester 1 2022 mencapai Rp 24,1 triliun, segmen ritel menjadi kontributor utama sebesar 58,9 persen.
"BELI saat ini diperdagangkan 6 PBV dibandingkan 1,09 kali PBV BUKA dan 1,63 kali PBV GOTO. Namun, secara Price-to-Sales (PSR), BELI diperdagangkan dengan valuasi lebih murah dengan 4,23 kali PSR dibandingkan dengan 34,66 kali PSR GOTO dan 8,6 kali PSR BUKA," jelas Ezaridho.
ADVERTISEMENT
Meskipun saat ini mendekati liburan akhir tahun, Ezaridho memperkirakan pemesanan e-commerce menurun dipicu perubahan strategi perseroan untuk menurun burn rate dengan meningkat biaya ke end users. Di tambah dengan inflasi saat ini dan kemungkinan tinggi resesi di tahun depan, daya beli konsumen diperkirakan akan semakin melemah.