4 Cara Manajemen Stres ketika WFH di Masa Pandemi

1 Oktober 2021 9:24 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bekerja di rumah. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bekerja di rumah. Foto: Shutterstock
Cara kerja masing-masing orang tentu berbeda satu sama lain, terutama di masa pandemi ini. Ada yang menyukai work from home (WFH), dan ada pula yang tak bisa move on dari work from office (WFO).
Mereka yang menyukai WFH merasa dapat bekerja lebih tenang dan memiliki waktu yang cenderung fleksibel. Di sisi lain, tim WFO merasa terbebani dengan jam kerja di rumah yang tak menentu, bahkan merasa tak lagi memiliki keseimbangan hidup dan pekerjaan alias work-life balance.
Sebenarnya terdapat beberapa langkah agar WFH bisa dijalani dengan lebih nyaman, yakni mengetahui pentingnya stabilitas mental, skala prioritas, dan pengertian terhadap diri sendiri.
Kali ini kumparan mencoba untuk merumuskan aspek-aspek di atas ke dalam empat cara manajemen stres yang diadaptasi dari HRM Asia dan Forbes. Bagi Anda para pejuang WFH, simak dan ikuti penjelasannya di bawah ini!

1. Buat daftar pekerjaan setiap pagi

Salah satu penyebab stres yang kerap muncul saat WFH adalah menurunnya produktivitas akibat pekerjaan yang tak teratur, sehingga Anda merasa selalu kehabisan waktu dan bingung bagaimana cara untuk menyelesaikannya.
Nah, Anda dapat meminimalisasi stres kerja dengan cara membuat to-do list harian. Jika perlu, buatlah lengkap dengan rundown detail dan durasi pembatasnya. Lakukan ini setiap pagi agar Anda dapat bekerja lebih mudah dan tetap produktif.

2. Lebih fleksibel soal waktu

Lingkungan kerja WFH dan WFO tentu sangatlah berbeda. Saat WFH, Anda dapat bertemu dengan lebih banyak distraksi, baik itu keharusan untuk mengurus pekerjaan rumah, keluarga, atau bahkan anak-anak.
Ilustrasi perempuan WFH. Foto: Shutter Stock
Pada momen ini, jangan paksakan diri untuk bekerja pagi hingga malam. Lakukan pekerjaan yang memiliki tingkat prioritas lebih tinggi. Jika sudah waktunya untuk beralih ke urusan rumah, tinggalkan pekerjaan Anda dan kerjakan lagi keesokan harinya.
Fleksibel soal waktu di sini berbicara tentang bagaimana Anda dapat mengubah mindset “kerja lembur” dengan “kerja terjadwal”. Hal ini supaya Anda tidak merasa tertekan saat harus melemparkan pekerjaan di keesokan hari.
Mindset fleksibel soal waktu ini juga dapat membantu Anda untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tenang, sehingga waktu kerja juga tidak terasa “terbebani”.

3. Tidak berlebihan ketika bekerja

Tanpa disadari, banyak pekerja yang memaksakan diri saat WFH. Mereka yang berusaha produktif dan melakukan pekerjaan dengan sempurna justru memiliki tingkat stres berkepanjangan. Alhasil, bukan hanya waktu yang habis, mental Anda pun ikut terkikis.
Di masa pandemi ini, jangan lupa untuk senantiasa melakukan raincheck kepada kesehatan mental dan kondisi pikiran, ya, teman kumparan. Anda perlu berhati-hati supaya tak mengalami burnout dan overthinking.

4. Membuat batasan dengan atasan tentang ekspektasi dan limitasi

Yang terakhir dan yang paling sulit, yaitu membuat batasan ekspektasi pada atasan. Jangan lupa untuk berdiskusi dengan atasan tentang target pekerjaan untuk beberapa periode ke depan, lalu lanjutkan dengan pembahasan mengenai kesanggupan dan limitasi Anda.
Jika Anda memerlukan lebih banyak waktu untuk beradaptasi saat WFH, sampaikan batasan ini supaya tidak terjadi kesalahpahaman di masa yang akan datang. Cari waktu yang tepat untuk berdiskusi soal hal ini.
Ilustrasi WFH. Foto: Shutterstock
Meskipun terdapat keraguan dan rasa “tidak enak” untuk menyampaikan limitasi dan batasan ekspektasi pada atasan, hal ini tetap perlu Anda lakukan untuk menghindari miskomunikasi.
Begitu pula yang disampaikan oleh Presiden Direktur Sun Life Indonesia, Elin Waty, tentang komunikasi horizontal atau vertikal di dalam pekerjaan yang merupakan hal penting untuk dijaga. Terlebih lagi di masa pandemi, ketika semua bentuk komunikasi harus beralih ke virtual.
Elin menyadari bahwa setiap pekerja memiliki hak untuk dapat berdiskusi tentang limitasi dan ekspektasi kepada atasan. Sebagai pemimpin dari salah satu perusahaan asuransi jiwa terbesar di Indonesia, Elin memberikan teladan dengan menerapkan caring leadership kepada para karyawannya.
Sosok pemimpin “serba bisa” ini tak segan memberikan dukungan langsung kepada mereka. Namun, di saat yang bersamaan, Elin juga mendorong para pekerjanya untuk melakukan hal yang sama kepada sesama dan kepada atasan. Dengan berterus terang kepada atasan, kedua pihak dapat mencari solusi yang lebih baik.
Dalam video ini, Anda dapat melihat sosok Elin Waty dalam menanggapi pergumulan pekerja ketika harus menghadapi ekspektasi saat WFH di masa pandemi.
Temukan inspirasi manajemen stres yang lebih komprehensif dalam buku “Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier” karya Elin Waty. Buku ini tak hanya menyimpan berbagai pengalaman dan nilai kepemimpinan, tetapi juga hendak memberikan solusi bagi future young leaders untuk dapat melakukan yang terbaik dalam kehidupan pekerjaan maupun keluarga.
Buku “Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier” diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Anda dalam menemukan jawaban. Tak hanya itu, buku ini juga dapat menunjukkan jalan pintas dalam dunia pekerjaan sehingga Anda tak perlu melewati proses panjang untuk mencapai puncak karier.
Melalui kampanye Dogether, Elin Waty dan Sun Life Indonesia ingin mengajak para pembaca untuk membantu sesama di masa pandemi. Sebagian keuntungan dari penjualan buku akan didonasikan kepada Yayasan Wahana Visi Indonesia untuk membantu kemudahan akses pendidikan bagi anak-anak di pelosok negeri.
Buku Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier. Foto: dok. Sun Life
Tunggu apa lagi? Gapai impian dan career goals sejak dini bersama Elin Waty dalam buku “Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier” yang dapat dibeli di sini!
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Sun Life Indonesia
-
Reporter: Rima Mustika