4 Fakta Industri Penerbangan RI Terdampak Virus Corona

23 Juli 2020 8:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Terminal Kedatangan Internasional di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Terminal Kedatangan Internasional di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
ADVERTISEMENT
Industri Aviasi atau penerbangan dalam negeri tertekan cukup dalam akibat pandemi virus corona. Penurunan jumlah penumpang menjadi salah satu faktor yang paling terlihat.
ADVERTISEMENT
Meskipun sudah diberlakukan new normal, namun Angkasa Pura I mencatat belum terlihat adanya peningkatan keterisian penumpang pesawat yang signifikan.
Masyarakat masih rasa khawatir untuk bepergian di era new normal. Berikut kumparan merangkum fakta-fakta angkutan udara RI yang terdampak corona, Jumat (23/7):
Keterisian Pergerakan Penumpang Hanya 17 Persen
Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi, mengatakan pergerakan penumpang di 15 bandara yang dikelola Angkasa Pura I hanya 17 persen.
"Alhamdulillah saat ini situasi membaik, sampai bulan Juli rata rata penerbangan 35 persen dari normal. Namun penumpang baru 17 persen," katanya dalam webinar transportasi di era new normal, Rabu (22/7).
Faik mengakui jika saat ini penumpang masih ragu menggunakan pesawat. Dalam kondisi normal, terdapat 7,5 juta penumpang per bulan di seluruh bandara yang dikelola.
ADVERTISEMENT
"Yang paling parah bulan Mei. Biasanya per bulan melayani 7,5 juta per bulan. Mei itu hanya 75 ribu penumpang, jadi bisa dibayangkan hampir 99 persen traffic menurun signifikan," ujarnya.
Menhub Akui Sektor Transportasi Udara Terdampak Signifikan
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, mengakui transportasi udara menjadi sektor yang cukup terdampak signifikan dengan adanya pandemi COVID-19.
"Kalau kita melihat hari-hari ini maka pergerakan daripada transportasi begitu bermasalah. Sehingga kita perlu melakukan upaya-upaya agar kita bisa tetap eksis," ujarnya.
Secara umum, dia menilai sektor transportasi memiliki peran penting menopang perekonomian. Dengan adanya pembatasan transportasi, pertumbuhan ekonomi pun ikut terkoreksi.
"Kami tentu melihat bahwa apa yang terjadi membuat shock, karena transportasi adalah darah daripada roda perekonomian, sehingga banyak insan transportasi yang tak bisa berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari," lanjutnya.
Petugas KKP Semarang memindai penumpang pesawat asal Singapura menggunakan alat deteksi suhu tubuh di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang. Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Angkutan Umum Jateng Masih Sepi, Ganjar Sebut Gubernur Saja Takut Naik Pesawat
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan, secara umum kondisi transportasi pada era new normal di Jawa Tengah masih belum pulih. Ia menilai saat ini masyarakat masih khawatir menggunakan transportasi umum.
Berdasarkan catatannya, rata-rata keterisian penumpang angkutan umum di Jawa Tengah selama era new normal masih di bawah 50 persen.
"Bandara Ahmad Yani ya masih ada minus-minus, posisi menunjukkan belum pulih. Load factor di bawah 50 persen, meskipun maksimal load factor 70 persen. Masih ada 20 persen gap belum optimal,” katanya melalui webinar transportasi di era new normal secara virtual, Rabu (22/7).
"Ini mungkin masyarakat masih khawatir pakai angkutan umum. Terus kondisi perekonomian belum membaik, bahan pokok lebih penting dibanding pergi-pergi," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Dia mengakui untuk saat ini dirinya masih enggan naik pesawat. “Gubernur aja naik pesawat masih takut, masih naik mobil,” timpalnya sambil tertawa.
Penerbangan Dikurangi, Jasa Pengiriman Logistik Beralih ke Jalur Darat
Perusahaan logistik atau jasa pengiriman logistik atau barang mencatat ada perubahan operasional bisnis yang terjadi di era new normal. Misalnya seperti JNE, saat ini lebih sering mengirim barang menggunakan transportasi darat.
"Pengurangan jumlah penerbangan ini berdampak dengan adanya jenis layanan yang tidak bisa memenuhi. Terjadi shifting beberapa tujuan. Kami terimakasih pemerintah bangun tol jadi solusi yang kita tempuh di mana kiriman banyak dari melalui udara, (sekarang) banyak melalui darat," urai Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi dalam webinar transportasi di era new normal secara virtual, Rabu (22/7).
ADVERTISEMENT
Dia mencatat dalam sehari, JNE mampu mengirim barang sebesar 1.000 ton. Dari jumlah tersebut, jasa pengiriman kurir terbesar melalui transportasi darat atau sebanyak 77,24 persen.
"Dengan kereta api ada 0,24 persen, darat 77,24 persen, laut 1,62 persen dan udara 17,10 persen dan freighter 3,8 persen," ujarnya.