news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

42 Jam Lawatan Menperin ke Jepang Hasilkan Puluhan Triliun Komitmen Investasi

14 Maret 2021 9:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang saat konferensi pers terkait dampak virus corona di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang saat konferensi pers terkait dampak virus corona di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Menperin Agus Gumiwang melakukan lawatan ke Jepang selama dua hari sejak Rabu (10/3). Berbagai komitmen investasi diraih dalam pertemuan dengan para pengusaha Jepang selama 42 jam tersebut.
ADVERTISEMENT
Lawatan dilakukan setelah Duta Besar luar biasa dan berkuasa penuh (LBBP) RI-Jepang, Heri Akhmadi, menandatangani jaminan tertulis untuk menjalankan semua prosedur yang diminta Pemerintah Jepang agar pertemuan dengan sejumlah pengusaha dan pejabat tinggi di Negeri Sakura dapat terlaksana di tengah keadaan darurat yang diberlakukan akibat pandemi COVID-19.
Dikutip dari Antara, pertemuan yang digelar di lantai 4 Hotel Imperial. Misi utama yakni melobi prinsipal industri otomotif Jepang agar memberikan izin kepada industrinya yang ada di Indonesia agar memperluas pasar ekspor. Caranya, dengan menambah investasi untuk memproduksi jenis kendaraan listrik.
Indonesia ingin segera memaksimalkan kerja sama ekonomi komprehensif dengan Australia dalam kerangka Indonesia-Australia Comprehensive Economic Agreement (IA-CEPA). IA-CEPA memberikan keistimewaan bagi Indonesia untuk mengekspor mobil listrik dan hybrid ke Australia.
ADVERTISEMENT
Keistimewaan itu tercermin dari Qualifying Value Content (QVC) produk mobil listrik dan mobil hybrid yang lebih rendah untuk RI ketimbang negara-negara lainnya.
QVC adalah perhitungan nilai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Di dalam IA-CEPA, Australia memperbolehkan Indonesia mengekspor mobil listrik dan hybrid dengan QVC sebesar 35 persen. Padahal, Australia mematok syarat QVC kepada negara lain sebesar 40 persen.
Namun, keistimewaan itu tidak diberlakukan bagi ekspor mobil biasa dari Indonesia. Australia masih membebankan nilai QVC sebesar 40 persen bagi impor mobil konvensional asal Indonesia.
Tetap saja, kekhususan itu menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor otomotifnya. Apalagi, tren pasar otomotif dunia ke depan akan bergerak dari mobil bertenaga bahan bakar fosil menuju bahan bakar ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Pada hari pertama kedatangannya di Jepang, yakni Rabu (10/3), Menperin menggelar pertemuan dengan produsen sepatu asal Jepang ASICS, asosiasi bisnis Jepang Keidanren, Japan External Trade Organization (Jetro), dan perusahaan otomotif Mitsubishi Motor Corporations.
Dari hasil pertemuan dengan Mitsubishi, prinsipal otomotif asal Jepang tersebut berkomitmen menambah investasi sebesar Rp 11,2 triliun pada akhir 2025 dengan proyeksi terjadi peningkatan kapasitas produksi dari 220 ribu menjadi 250 ribu unit.
Mitsubishi disebut akan mengembangkan dua model mobil electric vehicle (EV), yaitu sport utility vehicle (SUV) Xpander jenis hybrid dan plug in hybrid. Khusus untuk electric vehicle (EV), Mitsubishi masih melakukan studi terhadap model-model yang akan dikembangkan, namun mereka berkomitmen melakukan pengembangan jenis kendaraan EV.
ADVERTISEMENT
Pada hari kedua, pertemuan digelar dengan Suzuki Motor Corp (SMC) menghasilkan komitmen tambahan investasi sebesar Rp 1,2 triliun. Suzuki akan mengembangkan kendaraan jenis Ertiga juga XL7 yang basisnya adalah mild hybrid.
Mild Hybrid merupakan teknologi yang dimiliki Suzuki dengan sistem Integrated Starter Generator (ISG). Dengan ISG, Suzuki mampu memproduksi mobil dengan menghemat bahan bakar hingga 15 persen dan mengurangi emisi gas buang hingga 20 persen.
Teknologi tersebut dinilai memadai untuk pasar Suzuki di Indonesia yang menengah ke bawah. Dalam hal tersebut, Kemenperin berkomitmen mendukung rencana Suzuki mengembangkannya di Indonesia.
Perbincangan dengan Honda menghasilkan komitmen tambahan investasi sebesar Rp 5,2 triliun hingga 2024 untuk mengembangkan mobil berbasis elektrik. Honda bahkan berencana merelokasi pabriknya dari India ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada pertemuan tersebut, Honda juga disebut berkomitmen menambah jumlah negara tujuan ekspor di Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan, dengan total penambahan menjadi 31 negara. Model kendaraan baru yang akan diekspor ke 31 negara itu, rencananya akan diproduksi di Indonesia.
Selanjutnya, dalam pertemuan dengan Toyota Motor Corporation (TMC), Menperin mendorong agar TMC mengizinkan pabrik Toyota di Indonesia untuk memproduksi kendaraan yang kemudian akan diekspor ke Australia.
Pengunjung melintasi deretan mobil baru siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Dari sisi komitmen investasi, Toyota masih berpegang pada rencana sebelumnya, yakni akan menggelontorkan USD 2 miliar atau sekitar Rp 28 triliun hingga 2024. Toyota juga berkomitmen akan mengembangkan kendaraan hybrid dan menambah tujuan ekspornya hingga ke 100 negara.
Secara eksplisit, Menperin meminta Toyota memberikan gambaran atas rencananya tersebut secara detail kepada Pemerintah Indonesia. Dalam hal ini, Toyota menyanggupinya, sehingga pada kedatangan Menperin kembali ke Jepang pada Mei 2021, hal tersebut diharapkan sudah dapat dipenuhi.
ADVERTISEMENT
Menperin juga sempat bertemu dengan Mazda Motor Corporation. Mazda merupakan salah satu otomotif Jepang yang belum memiliki pabrik di Indonesia. Namun, produknya cukup dikenal masyarakat Tanah Air.
Dia bahkan menyampaikan bahwa terdapat Mazda Fans Club di Ibu Kota Jakarta yang anggotanya cukup aktif. Hal itu disampaikan untuk meyakinkan Mazda bahwa pasar di Indonesia sangat potensial. Terlebih, rasio kepemilikan mobil di dalam negeri masih kecil.
Rayuan Menperin tersebut dilancarkan lantaran rencana bisnis Mazda yang hanya akan memproduksi mobil listrik pada 2030. Sebuah peluang potensial yang enggan dilewatkan.
Untuk itu, Indonesia akan melanjutkan pertemuan dengan Mazda dan terus mensosialisasikan insentif yang akan diberikan oleh Indonesia, sehingga Mazda mau mendirikan pabriknya di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Dari pertemuan 42 jam di Jepang, terlihat bahwa Pemerintah Indonesia mengakomodir setiap rencana investasi pengembangan kendaraan listrik, baik itu hybrid, plug-in hybrid, ataupun EV.
Kriteria ukur dalam pengembangan mobil listrik di Indonesia adalah bukan sekadar persoalan listrik atau bukan listrik. Namun, lebih jauh adalah soal emisi karbon yang dapat dikurangi.
Jika terealisasi, Indonesia bukan hanya mampu meningkatkan ekspor kendaraannya ke Australia, namun juga memiliki industri otomotif yang ramah lingkungan dan berkontribusi dalam mengurangi pemanasan global.