55 Perusahaan IPO Sepanjang 2019, Dana Terhimpun Rp 14,7 Triliun

30 Desember 2019 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto di penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia, Senin (30/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto di penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia, Senin (30/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, sebanyak 55 perusahaan yang telah melakukan pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) sepanjang tahun 2019. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 57 pencatatan saham baru.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengakui, hal itu akibat berbagai faktor internal dan eksternal yang turut mempengaruhi perusahaan untuk masuk ke pasar modal. Namun ia tak merinci pasti. Ia berdalih, aktivitas pencatatan saham baru tahun ini yang tertinggi di Asia Tenggara.
"Kita tertinggi di antara bursa-bursa di kawasan Asia Tenggara dan peringkat 71 di dunia," kata Inarno di Gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12).
Suasana penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia, Senin (30/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sebab, kata Inarno, jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lain, Indonesia masih lebih baik. Jumlah perusahaan tercatat di Thailand sebanyak 30 pencatatan, Malaysia sebanyak 29 pencatatan, Singapura 11 pencatatan, dan Filipina 4 pencatatan.
"Dengan masuknya 55 perusahaan tercatat tersebut, maka jumlah seluruh perusahaan tercatat saham di BEI (hingga kini) menjadi 668 perusahaan," kata dia.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, dana yang terhimpun dari aktivitas IPO itu mencapai Rp 14,7 triliun.
"Dari pencatatan ini (dihimpun) sebanyak Rp 14,7 triliun," tegas dia.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto di penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia, Senin (30/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Selain pencatatan saham perdana, BEI juga mencatat 14 pencatatan Exchange Traded Fund (ETF) baru, 2 Efek Beragun Aset (EBA), 2 Obligasi Korporasi Baru, 2 Dana Investasi Real Estate Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (DIRE-KIK) dan 1 Dana Investasi Infrastruktur Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (DINFRA).
Dengan demikian, terdapat 76 pencatatan efek baru di BEI sepanjang tahun 2019. Menurut Inarno, capaian ini melebihi dari target 75 pencatatan efek baru yang direncanakan.
Dari sisi aktivitas perdagangan, Inarno mengklaim, mengalami peningkatan. Kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 21 persen menjadi 469 ribu kali per hari. Pada periode yang sama, Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) turut meningkat 7 persen menjadi Rp 9,1 triliun dibandingkan 2018 yang sebesar Rp 8,5 triliun.
Suasana penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia, Senin (30/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dari sisi investor, jumlah investor saham meningkat 30 persen menjadi 1,1 juta investor saham berdasarkan Single Investor Identification (SID). Sampai saat ini, jumlah total investor di Pasar Modal meliputi investor saham, reksa dana, dan surat utang telah mencapai 2,48 juta investor (SID) atau naik lebih dari 50 persen dari tahun 2018 yakni sebanyak 1,62 juta investor.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2020 mendatang, pihaknya menargetkan 78 perusahaan yang melakukan IPO. Baik yang berasal dari saham, obligasi korporasi, Dana Investasi Real Estate berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (DIRE-KIK), Efek Beragun Aset (EBA), Dana Investasi Infrastruktur Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (DINFRA), dan Exchange Traded Fund (ETF).
"Tahun depan ada kenaikan tapi cukup konservatif, kami targetkan 78 secara total," ujarnya.