95 Persen yang Janji Turunkan Emisi Masih Konsumsi Batu Bara, Termasuk Indonesia

15 November 2022 20:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kapal tongkang membawa batu bara di sungai Mahakam. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal tongkang membawa batu bara di sungai Mahakam. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) meluncurkan laporan terbaru dengan judul ‘Batu Bara dalam Transisi Nol Bersih: Strategi untuk Perubahan yang Cepat, Aman, dan Berpusat pada Manusia’.
ADVERTISEMENT
Laporan tersebut mengungkap 95 persen konsumsi batu bara terjadi di negara yang sudah komitmen menurunkan emisi. Laporan ini berisi analisis komprehensif tentang apa yang diperlukan untuk menurunkan emisi di sektor batu bara secara global secara cepat, demi memenuhi target sasaran iklim internasional.
Dalam laporan tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang diklaim akan mengalami kesulitan dalam transisi energi.
“Indeks eksposur transisi batu bara IEA yang baru menyoroti negara-negara di mana ketergantungan batu bara tinggi dan transisi cenderung paling menantang, di antaranya Indonesia, Mongolia, China, Vietnam, India, dan Afrika Selatan yang paling menonjol,” tutur Executive Director Birol Fatih Birol dalam konferensi pers peluncuran laporan IEA tersebut, Selasa (15/11).
Ia mengatakan, permintaan batu bara global telah stabil mendekati rekor tertinggi selama satu dekade terakhir, terutama di negara-negara yang berjanji turunkan emisi. Ia menyebut jika tidak ada tindakan lanjutan, emisi dari batu bara akan membuat suhu dunia memanas melampaui batas 1,5 celsius.
ADVERTISEMENT
“Meskipun sejumlah pemerintah telah membuat kebijakan yang akan memperluas energi bersih di tengah krisis energi saat ini, masalah utama yang belum terselesaikan adalah bagaimana menangani aset batu bara yang ada di seluruh dunia dalam jumlah besar,” tuturnya.
Fatih menyambut baik Indonesia yang memutuskan untuk bekerja sama dengan IEA dalam komitmennya untuk mempercepat transisi energi. Ia mengaku telah bertemu dengan Menteri ESDM Arifin Tasrif untuk merancang laporan yang digunakan untuk rangkaian penyelenggaraan G20.
Kendati begitu, Fatih juga memuji Indonesia sebagai negara yang patut dicontoh dalam membangun peta jalan menuju transisi energi bersih. Ia berharap semangat menuju dapat dilanjutkan pada presidensi G20 berikutnya yang akan diselenggarakan di India.
“Kami bekerja sama dengan Kementerian ESDM Indonesia dan kami bisa katakan, harus lebih banyak negara yang mencontoh Indonesia. Jika kita punya Indonesia, kita dapat gunakan sebagai contoh untuk negara-negara berkembang percepat program energi bersih mereka, terutama di Afrika,” tutupnya dalam sesi tanya jawab.
ADVERTISEMENT