Ada 3 Nasabah Korporasi Bermasalah, Rasio NPL BRI Naik Jadi 2,5 Persen

24 Oktober 2018 19:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Bank BRI (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Bank BRI (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kembali mencatatkan kinerja positifnya dari sisi penyaluran kredit. Hingga September 2018, BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 808,9 triliun atau naik sebesar 16,5 persen dibandingkan periode September 2017 sebesar Rp 694,2 triliun. Angka tersebut juga lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit perbankan nasional pada September 2018 sebesar 12,6 persen.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) Gross BRI tercatat sebesar 2,5 persen. Angka ini memang di bawah NPL industri yang mencapai 2,7 persen. Namun, NPL tersebut naik dari tahun sebelumnya yang hanya 2,33 persen.
Direktur Corporate Banking Bank BRI Kuswiyoto menjelaskan, kenaikan NPL tersebut karena adanya kenaikan NPL segmen menengah dan korporasi di kuartal III 2018.
“Memang ada kenaikan NPL korporasi karena ada 3 nasabah kita yang triwulan ini mengalami penurunan kolektivitas. Pertama perusahaan yang berelasi dengan services untuk perusahaan minyak,” ungkap Kuswiyoto di Gedung BRI I, Jakarta, Rabu (24/10).
Ilustrasi mata uang Rupiah. (Foto: AFP/Adek Berry)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mata uang Rupiah. (Foto: AFP/Adek Berry)
Sebagai gambaran, harga minyak beberapa waktu yang lalu sempat jatuh. Hingga saat ini, imbas tersebut membuat kinerja perusahaan bersangkutan belum seutuhnya pulih.
ADVERTISEMENT
“Hari ini kami upayakan recovery karena ini sindikasi, yaitu menyangkut juga source bank. Jadi mungkin kami agak lama menyelesaikannya. Untuk tahun ini sepertinya belum selesai, Insyaallah pertengahan tahun depan semuanya bisa terselesaikan,” ujarnya.
Selain perusahaan yang berelasi dengan perusahaan minyak, Kuswiyoto menyebutkan, ada juga BUMN di bidang benih yang mengalami permasalahan. Saat ini, pihaknya tengah mengupayakan restrukturisasi kredit sebab jumlahnya cukup besar.
Sedangkan nasabah ketiga yang mengalami masalah merupakan nasabah asing. Kuswiyoto berharap, kredit bermasalah ini segera selesai. Pihaknya pun tengah menimbang untuk menentukan langkah terbaik guna menyelesaikan masalah tersebut.
“Mudah-mudahan karena ini prospeknya masih ada semua, jadi kami mau segera restrukturisasi. Kami sedang mencari cara yang pas karena untuk sindikasi, kami harus melakukan koordinasi dengan anggota sindikasi lainnya,” tutupnya.
ADVERTISEMENT