news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ada Ancaman Resesi, GAPKI Optimistis Industri Sawit Bisa Bertahan

2 November 2022 19:59 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). Foto: Syifa Yulinnas/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). Foto: Syifa Yulinnas/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ketua Bidang Perpajakan dan Fiskal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Bambang Aria Wisena mengatakan, perang geopolitik Ukraina - Rusia telah mengubah tatanan perdagangan sawit dan minyak kelapa di dunia.
ADVERTISEMENT
"Yang tadinya musuhan sama sawit, Eropa pakai sawit dengan segala macam alasannya. Sejak kita alami kesulitan resesi tahun 1998 dan krisis lainnya, sawit di Indonesia adalah sektor paling survive," ujar Bambang di Bali, Rabu (2/11).
Bambang membandingkan negara lainnya akan kesulitan dalam menghadapi ancaman resesi, sedangkan Indonesia tidak paling survive. Pasalnya, devisa yang diperoleh dari penjualan sawit menembus Rp 500 triliun atau USD 30-40 miliar.
"(Devisa) ini melebihi komoditi apa pun. Yang harus kita jaga adalah industri yang perlu dikuatkan lagi, termasuk sawit," sambungnya.
Ketua Bidang Perpajakan dan Fiskal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Bambang Aria Wisena. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
Agar industri sawit tetap kuat, lanjut Bambang, Indonesia harus bersama-sama dalam melawan perang kompetisi dagang dari luar yang selalu menyerang. Ia menganggap NGO yang anti sawit adalah perang dagang, karena Indonesia adalah produsen minyak nabati yang paling efisien dan hemat lahan dibandingkan lain.
ADVERTISEMENT
"Kita (industri sawit) 10 kali lebih produktif dibanding dengan soybean misalnya. Mudah-mudahan tidak jadi resesi. Tapi kalau terjadi, mudah-mudahan industri Ini bertahan untuk memberi manfaat ke Indonesia," katanya.
Bambang menekankan kewaspadaan terhadap ancaman resesi tetap harus ada, termasuk oleh institusi pemerintah dan kementerian terkait. Ia mengimbau institusi untuk tidak mengulangi dalam mengeluarkan kebijakan yang kontra produktif terhadap daya saing sawit.
"Kita mengalami sebagian pasar kita yang sudah kita mati-matian seperti Pakistan dan India. Dalam satu kebijakan sekali, pindah semua ke negara tetangga. Merebutnya bukan hal yang gampang," jelasnya.