Ada Ancaman Resesi, Sun Life Proyeksi Industri Asuransi RI Tetap Kuat di 2023

6 Desember 2022 17:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi asuransi. Foto: thodonal88/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi asuransi. Foto: thodonal88/Shutterstock
ADVERTISEMENT
PT Sun Life Financial (Sun Life Indonesia) memproyeksi industri asuransi akan tetap kuat di tengah ancaman resesi global di tahun depan. Chief Distribution Officer Sun Life Indonesia Danning Wikanti mengatakan, diperlukan diversifikasi aset untuk berinvestasi di tengah tantangan global.
ADVERTISEMENT
“Seperti yang diutarakan oleh para pakar keuangan, diversifikasi aset merupakan salah satu siasat investasi dalam menghadapi resesi karena bertindak sebagai check and balances atas kerugian yang terjadi selama resesi,” ujar Danning dalam keterangannya, Selasa (6/12).
Danning mengatakan, asuransi Sun USD Guaranteed untuk memberikan kepastian imbal hasil mata uang dolar AS sebesar 3,1 persen net per tahun.
"Dilengkapi dengan proteksi jiwa, produk ini dapat menjadi alternatif solusi di tengah ketidakpastian perekonomian yang diprediksi akan terjadi di tahun mendatang," jelasnya.
Dia melanjutkan, asuransi Sun USD Guaranteed merupakan jawaban bagi nasabah yang membutuhkan perlindungan asuransi jiwa dengan kepastian imbal hasil tetapi memungkinkan mereka untuk memulai diversifikasi investasi.
Fleksibilitas yang ditawarkan oleh produk ini dan dipadukan dengan manfaat perlindungan jiwa sekaligus investasi di valuta asing menjadikan asuransi Sun USD Guaranteed selaras dengan tujuan keuangan banyak orang di masa-masa penuh ketidakpastian seperti saat ini.
ADVERTISEMENT
Menurut Danning, asuransi Sun USD Guaranteed merupakan asuransi jiwa sekali bayar dengan mata uang dolar AS yang memberikan manfaat meninggal dunia dan manfaat akhir kontrak. Produk ini juga diharapkan memberikan keleluasaan bagi nasabah untuk merencanakan keuangan dan diversifikasi aset, sehingga membantu keluarga mencapai tujuan finansial masa depan dalam mata uang yang kuat dan stabil.
“Krisis yang kita hadapi akibat pandemi COVID-19 telah menjadi momen pembelajaran yang sulit, di mana orang-orang mulai menyadari bahwa siapa pun dapat terdampak oleh risiko keuangan kapan saja,” tambahnya.
Berdasarkan data OJK, akumulasi pendapatan premi sektor asuransi selama periode Januari sampai dengan Oktober 2022 mencapai Rp 255,20 triliun atau tumbuh sebesar 1,81 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (yoy).
ADVERTISEMENT
Demikian pula halnya dengan akumulasi premi asuransi umum yang tumbuh sebesar 16,93 persen yoy selama periode yang sama, hingga mencapai Rp 97,78 triliun per Oktober 2022. Namun demikian, akumulasi premi asuransi jiwa terkontraksi sebesar -5,76 persen yoy dibanding periode sebelumnya, dengan nilai sebesar Rp 157,42 triliun per Oktober 2022.
Sementara itu, permodalan di sektor IKNB terjaga dengan industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan Risk Based Capital (RBC) sebesar 464,24 persen dan 313,71 persen.
Meskipun RBC dalam tren yang menurun dan RBC beberapa perusahaan asuransi dimonitor ketat, namun secara agregat RBC industri asuransi masih berada di atas threshold sebesar 120 persen. Begitu pula pada gearing ratio perusahaan pembiayaan yang tercatat sebesar 2,01 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
ADVERTISEMENT