Ada Migrasi TV Analog ke Digital, Bagaimana Prospek Saham MNCN dan SCMA?

8 November 2022 14:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua orang tamu mengamati siaran televisi digital saat penghentian siaran televisi analog di Kompleks Kementerian Kominfo di Jakarta, Kamis (3/11/2022) dini hari. Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Dua orang tamu mengamati siaran televisi digital saat penghentian siaran televisi analog di Kompleks Kementerian Kominfo di Jakarta, Kamis (3/11/2022) dini hari. Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah menyuntik mati TV analog atau Analog Switch Off (ASO) pada Rabu, 2 November 2022. Kebijakan tersebut dinilai berdampak pada kinerja emiten televisi PT Media Nusantara Citra (MNCN) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).
ADVERTISEMENT
Analis Mirae Asset Sekuritas, Christine Natasya, mengatakan meskipun kehilangan sedikit porsi pangsa pemirsa prime time pada September, SCMA masih mempertahankan posisi dominannya di 40,3 persen. Sedangkan MNCN membukukan peningkatan pangsa pemirsa prime time menjadi 35,4 persen.
"Kami melihat bahwa kedua saluran TV tersebut memang memiliki pasar sendiri untuk pemirsa selama bulan tersebut karena keduanya mencatat pangsa pemirsa prime time yang lebih tinggi, sedangkan beberapa saluran TV lainnya mengalami penurunan pemirsa," tulis Christine dalam risetnya, dikutip pada Selasa (8/11).
Christine mengatakan ketatnya persaingan di media TV akan tetap ada karena TV bakal terus memproduksi drama segar menyusul turunnya tingkat PPKM. Ia mencatat ada lagging effect pada pendapatan perusahaan media setelah kenaikan pangsa pemirsa di TV.
ADVERTISEMENT
Christine menyebut, saluran TV unggulan MNCN naik sebesar 380 bps MoM menjadi 22,8 persen pada bulan September. Sedangkan SCTV sebagai saluran TV utama SCMA meningkat sebesar 170 bps MoM menjadi 20,6 persen.
"Di September, MNCN membukukan peningkatan besar dalam pangsa pemirsa non-prime time sebesar 300 bps MoM menjadi 37,6 persen. Sementara itu, pangsa pemirsa non-prime time SCMA turun 90 bps MoM menjadi 32,6 persen di bulan yang sama, karena penurunan kinerja IVM (Indosiar) sebesar 100 bps MoM menjadi 18,2 persen," ujar Christine.
Saluran TV non-unggulan MNCN lainnya, yaitu Global TV (GTV) dan MNCTV, mendukung peningkatan dalam pangsa pemirsa non-prime time September yang meningkat di bulan tersebut masing-masing sebesar 140 bps dan 170 bps MoM. Sementara itu, pangsa pemirsa non-prime time RCTI sedikit turun 10 bps MoM menjadi 14,9 persen di bulan September.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora, mengungkapkan penghentian TV analog tidak akan menekan pergerakan saham emiten TV karena harganya telah ditetapkan. Selain itu, masyarakat juga nantinya secara bertahap ke TV digital.
"Investor perlu mencermati emiten TV yang sudah mempunyai platfond media berbayar. Penghentian TV analog hanya sentimen negatif jangka pendek saja," ujar Andhika.
Andhika menuturkan, masyarakat yang tinggal di pedesaan akan terdampak penghentian TV analog untuk saat ini. Meski begitu, ia memastikan masyarakat perlahan akan beralih ke TV digital karena menggunakan Set Top Box (STB).

TV Analog Disuntik Mati

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) resmi melakukan transisi siaran TV analog ke digital (analog switch off atau ASO) di Jabodetabek pada Rabu (2/11). Mulanya, ASO di Jabodetabek akan dieksekusi pada 5 Oktober 2022, tetapi pihak Kominfo mengubahnya ke 2 November 2022.
ADVERTISEMENT
Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, mengatakan nantinya ASO akan dilakukan di 292 kota dan kabupaten lain pada waktu yang belum ditentukan karena menyusul sesuai kesiapan daerah, salah satunya berdasarkan ketersediaan set top box.