Ada Panel Surya, Warga Dusun Bondan Cilacap Bisa Jualan Kerupuk

24 Oktober 2019 16:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembangkit listrik kincir angin dan panel surya di Dusun Bondan Cilacap. Foto: Moh Fajri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pembangkit listrik kincir angin dan panel surya di Dusun Bondan Cilacap. Foto: Moh Fajri/kumparan
ADVERTISEMENT
Dusun Bondan, Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mungkin masih asing di telinga masyarakat. Selain asing, untuk mencapai Dusun Bondan tidaklah mudah.
ADVERTISEMENT
Diperlukan naik kendaraan laut dari Cilacap yang memakan waktu hampir 90 menit dari Dermaga Sleko. Selain jauh, Dusun Bondan juga belum teraliri listrik. Warga sebenarnya sudah meminta bantuan listrik ke pemerintah.
Namun, jumlah KK yang hanya 80 dan akses yang sulit membuat menjadi kendala.
“Mereka terkendala masalah jalur jauhnya, di sini KK cuma beberapa (80 KK). Sedangkan jarak dari kampung sampai 7 kilo dan mereka itu terbebani masalah tiangnya dan jalurnya, makanya mereka enggak bisa. Bahkan tahun 2013 ada (program) penerangan cepat saya langsung ke rayon, saya ajukan tetap tidak (bisa),” kata Apudin, salah seorang penggerak di Dusun Bondan, Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (24/10).
Pembangkit listrik kincir angin di Dusun Bondan Cilacap. Foto: Moh Fajri/kumparan
Apudin tidak menyerah begitu saja. Ia berupaya dengan mendatangi Pertamina yang memiliki program CSR. Apudin mengungkapkan, di tahun 2017 masyarakat mendapatkan bantuan berupa fasilitas teknologi hybrid atau perpaduan antara panel surya dan kincir angin.
ADVERTISEMENT
“Cuma setelah masuk Pertamina oleh CSR membantu PLTH Alhamdulillah perkembangan Dusun Bondan lebih signifikan,” ujar Apudin yang sekarang menjadi pengelola PLTH di Dusun Bondan.
Saat ini, dari 80 KK, sudah ada 37 yang teraliri listrik. Apudin menjelaskan, pihaknya tidak ingin berpuas diri dengan dusun yang mulai terang. Ia membuat kelompok UKM agar produk-produk lokal bisa berkembang dengan adanya energi tersebut.
Kelompok tersebut juga didukung oleh Pertamina Refinery Unit IV Cilacap yang saat ini dikenal dengan program Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (Emas Bayu) dan Energi Mandiri Tambak Ikan (Embak Mina).
“(Produk) Itu ada di sana ada stik ikan dan udang, ada kerupuk ikan, kerupuk udang, kepiting, kerupuk kerang totok, ada rengginang rasa udang,” ungkap Apudin.
Pembangkit listrik kincir angin dan panel surya di Dusun Bondan Cilacap. Foto: Moh Fajri/kumparan
Apudin merasa produk-produk yang dihasilkan masyarakat itu tidak bisa berkembang kalau tidak ada bantuan aliran listrik. Sebab, kata Apudin, masyarakat juga membutuhkan mesin pendingin untuk memaksimalkan produk yang ada.
ADVERTISEMENT
“Hubungannya yang pertama mungkin untuk masalah pengemasan atau pun penyimpanan bahan baku, kita dibantu freezer dari Pertamina. Jadi ketika butuh bahan baku kita ambil. Kedua untuk alat-alat produksi seperti mixer, blender, plastik dan lain-lain itu menggunakan aliran listrik dari PLTH,” terang Apudin.
Apudin menuturkan, produk yang diolah masyarakat Dusun Bondan masih dipasarkan di beberapa area di Cilacap saja. Ia berharap dengan langkah itu bisa membuat masyarakat semakin mandiri. Apalagi, menurut Apudin, omzet dari penjualan setiap produk itu sudah bisa mencapai Rp 2 juta setiap bulannya.
“Kita analisis sudah ada per bulan bisa mencapai Rp 2 juta untuk saat ini satu produk. Ada stik kerupuk udang, ikan kepiting totok dan lain-lain. Cuma produk andalan kita stik udang,” tutur Apudin.
Pembangkit listrik kincir angin dan panel surya di Dusun Bondan Cilacap. Foto: Moh Fajri/kumparan
Sementara itu, Unit Manager Comm, Rel & CSR Refinery Unit IV Cilacap Laode Syarifuddin mengatakan, saat ini pihaknya telah membangun instalasi 5 kincir angin dan 24 panel surya di Dusun Bondan. Bantuan tersebut dimulai sejak proses pertama tahun 2017 dan diserahterimakan pada tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Laode menjelaskan, program tersebut juga menjadi salah satu komitmen Pertamina dalam mengembangkan energi baru terbarukan. Dengan energi tersebut, kata Laode, masyarakat tidak lagi menggunakan pelita saat malam hari.
“Kapasitas pembangkit listrik ini sebesar 12.000 WP dan mengalir ke rumah 37 Kepala Keluarga yang mencakup 242 orang, 1 unit masjid, 1 unit sekolah dan 2 rumah produksi. Dan 100 persen anak usia pelajar yang sebelumnya tidak bisa belajar di malam hari kini sudah bisa leluasa belajar di malam hari karena sudah diterangi oleh cahaya lampu,” terang Laode.
“Selain itu, energi terbarukan ini juga berhasil mengurangi emisi hingga 7,51 ton C02 eq per tahun,” tambahnya.
Mengenai perekonomian karena adanya listrik, Laode mengungkapkan, sudah ada peningkatan pendapatan sebesar 50 persen atau sekitar Rp 1.000.000 setiap anggota kelompok. Mulanya, Laode membeberkan ada 90 persen lahan tambak yang belum dikelola secara maksimal karena belum teraliri listrik.
ADVERTISEMENT
“Sekarang tambak-tambak yang ada juga sudah produktif dan teraliri listrik,” tutur Laode.