Adaro Raup Laba Inti Rp 4,78 T di Semester I 2021, Melesat 45 Persen

31 Agustus 2021 16:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
Emiten pertambangan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan kinerja positif sepanjang semester I 2021. Pada paruh pertama tahun ini, perseroan mencatat laba inti sebesar USD 330 juta atau setara dengan Rp 4,78 triliun (kurs dolar Rp 14.500), naik 45 persen secara tahunan (year on year/yoy). Peningkatan profitabilitas tersebut ditopang oleh kondisi pasar batu bara yang baik dan EBITDA operasional yang solid sebesar USD 635 juta, atau naik 36 persen yoy.
ADVERTISEMENT
“Suplai yang ketat di pasar batu bara mendorong kenaikan dan menopang harga batu bara yang tinggi pada periode laporan ini,” ujar Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ADRO Garibaldi Thohir dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Selasa (31/8).
Boy, sapaan akrab Garibaldi, menjelaskan bahwa pada semester I 2021 ini sempat terjadi hambatan suplai batu bara. Menurut Boy, negara-negara penyuplai utama batu bara tidak mampu memenuhi permintaan yang tinggi berkat pemulihan ekonomi dari dampak pandemi.
Kondisi tersebut menurut Boy membuat harga batu bara mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, sehingga Adaro berhasil membukukan profitabilitas yang baik pada periode ini.
Presiden direktur Adaro energy Garibaldi Thohir Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Adapun sepanjang semester I ini, Adaro mencatatkan pendapatan usaha sebesar USD 1,5 miliar atau naik 15 persen secara tahunan. Kenaikan pendapatan ini terutama disebabkan karena kenaikan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 25 persen.
ADVERTISEMENT
Volume curah hujan dan jumlah jam hujan pada bulan Mei dan Juni yang lebih tinggi daripada perkiraan mempengaruhi operasi penambangan pada semester I 2021 sehingga produksi batu bara pada periode ini tercatat 26,49 juta ton. Realisasi ini turun 3 persen secara yoy.
Sementara itu penjualan batu bara pada semester I ini tercatat sebanyak 25,78 juta ton, atau turun 5 persen yoy.
Sementara itu sepanjang semester I, perseroan mencatat beban pokok pendapatan naik 2 persen yoy menjadi USD 1,064 miliar. Kenaikan beban pendapatan ini disebabkan kenaikan biaya penambangan yang diikuti oleh kenaikan harga bahan bakar maupun pembayaran royalti sebagai akibat kenaikan ASP.
Sedangkan dari pos beban usaha tercatat turun 12 persen yoy menjadi USD 86 juta. Penurunan terjadi karena Adaro mencatat penurunan sebesar 14 persen pada beban umum dan administrasi. Sementara itu EBITDA operasional naik 36 persen yoy, menjadi USD 635 juta. Total aset Adaro tercatat mencapai USD 6,739 miliar atau naik 1 persen dari periode yang sama tahun lalu. Total liabilitas tercatat USD 2,692 miliar relatif stabil secara yoy.
ADVERTISEMENT
“Walaupun kondisi pasar membaik, Adaro akan terus mempertahankan disiplin dan fokusnya pada keunggulan operasional serta efisiensi di sepanjang rantai pasokan batu baranya yang terintegrasi secara vertikal,” tegasnya.