news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Adian Napitupulu Cecar Smelter Alumina Inalum Mandek, Potensi Rugi USD 450 Juta

20 September 2022 16:21 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik Asahan Alumunium, Inalum Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik Asahan Alumunium, Inalum Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), anak usaha PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Aneka Tambang (Antam), dicecar anggota Komisi VII DPR soal mandeknya pembangunan proyek Smelter Grade alumina Refinery (SGAR) di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar).
ADVERTISEMENT
Mulanya Direktur Teknik dan Proyek PT BAI Darwin Saleh Siregar menjelaskan adanya keterlambatan progres kontrak konsorsium Engineering, Procurement and Construction (EPC) hingga 81,19 persen atau setara 16 bulan per 9 September 2022.
Dengan keterlambatan tersebut, proyek tersebut memiliki potensi kehilangan pendapatan hingga USD 450 juta, atau USD 28 juta per bulan.
"Sampai dengan saat ini delay-nya 16 bulan, kami menghitung potential revenue loss USD 450 juta," kata Darwin saat rapat dengan Komisi VII DPR, Selasa (20/9).
Anggota Komisi VII DPR Fraksi PDIP Adian Napitupulu mengatakan walaupun kerugian tersebut hanya potensi, namun tetap saja keterlambatan pembangunan proyek tersebut bisa merugikan negara.
Adian Napitupulu, anggota DPR Komisi VII. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
"Negara kan tetap saja dirugikan, yang bertanggung jawab loss ini siapa? Sederhananya begini, ada Antam ada Inalum membentuk BAI, bangun smelter di sana ada konsorsium. Ini proyek mandek lama," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan kumparan, pabrik smelter tahap I harusnya beroperasi produksi 2021. Lalu dilanjut pabrik tahap 2 dengan total kapasitas produksi mencapai 2 juta ton alumina.

Penyebab Smelter Alumina Mandek

Direktur Operasi dan Portofolio Inalum Danny Praditya menyebut progres aktual dari konsorsium EPC yang terdiri dari PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) dan China Aluminum International Engineering Corporation Limited (CHALIECO) per 9 September 2022 baru 14,56 persen.
Dia menjelaskan penyebab pertama yang bikin proyek ini mandek adalah lamanya kesepakatan Red Mud dan Slag Stockyard antara konsorsium EPC yang harusnya ditandatangani pada 29 Mei 2022. Kesepakatan baru diteken di awal September 2022.
Masalah kedua, yaitu adanya dispute antara kontraktor internal di konsorsium EPC, yakni PT PP dengan Chalieco, terkait pembagian kerja. Awalnya, porsi pembagian kerja atau tanggung jawab yakni PT PP 25 persen, sementara Chalieco sebesar 75 persen.
ADVERTISEMENT
Namun, per 19 September 2022 usai pertemuan antara PT BAI dengan konsorsium EPC yang difasilitasi oleh Kementerian BUMN, perubahan porsi pembagian kerja terbaru disepakati yakni PT PP 8,25 persen, sementara Chalieco 91,75 persen.
Direktur Inalum Danny Praditya saat masih di PT PGN. Foto: Edy Sofyan/kumparan
Permasalahan lain, kata Danny, konsorsium EPC mengajukan recovery plan kedua, dengan revisi jadwal serta mundurnya target commercial operating date (COD) dari kuartal III 2023, menjadi Februari 2025 dengan syarat dua faktor bisa diselesaikan antar kontraktor.
"Di 24 Juni, BAI sebagai project owner menolak usulan tersebut dengan pertimbangan harus bertanggung jawab dengan feasibility study, ada potensi loss of opportunity setiap bulan dari COD. Sehingga kami tetap meminta EPC melakukan upaya percepatan targetnya penyelesaian final consortium agreement," tegasnya.
Melihat kondisi itu, kata Danny, berdasarkan pertemuan yang difasilitasi Kementerian BUMN menyepakati jika final consortium agreement tidak kunjung dilakukan hingga Oktober 2022, maka PT BAI akan melakukan terminasi kontrak kepada konsorsium EPC, usai mengeluarkan SP 3.
ADVERTISEMENT