Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Istilah ‘You Only Live Once’, seolah meminta milenial wajib menikmati hasil jerih payahnya di kala muda, sebab hidup hanya sekali. Pada akhirnya, sebagian besar milenial dengan mudahnya mengeluarkan uang untuk memenuhi keinginannya, bukan kebutuhannya.
Karena pola konsumtif itu, kini menabung bukan sebuah pilihan populer bagi milenial. Padahal dengan memiliki tabungan, saat ada kebutuhan yang harus dipenuhi, milenial tak kelimpungan. Jerat pola konsumtif milenial ini bisa tak menguntungkan masa depan mereka, termasuk untuk kebutuhan papan.
“Persoalan gaya hidupnya generasi sekarang itu harus belajar juga dari generasi sebelumnya. Kalau mau sesuatu yang besar seperti rumah ya harus menabung. Enggak bisa dengan sendirinya ada, tiba-tiba muncul kaya cabut rumput,” tegas Head of Research Savills Indonesia, Anton Sitorus.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup tersebut pula yang membuat milenial memiliki kecenderungan menunda beli rumah. Berdasarkan Sentiment Survey 2019 yang dilakukan rumah123.com terhadap 3.007 responden, sebanyak 86,51 persen milenial usia 22-28 tahun masih belum memiliki rumah. Bahkan 41,28 persen yang penghasilannya di atas Rp 30 juta juga belum punya rumah.
Sifat menunda beli rumah dan bergaya hidup konsumtif ini membuat milenial terancam tidak memiliki hunian di hari tua. Selain karena tak punya tabungan yang cukup, semakin hari harga rumah kian melambung.
“Semakin lama harga properti semakin tinggi. Kalau tidak dipersiapkan dengan baik ya susah untuk membelinya,” kata Anton.
Persoalan milenial terancam tak memiliki rumah , turut menjadi perhatian pemerintah. Sebab berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sekitar 81 juta milenial masih belum memiliki rumah.
Menteri BUMN Erick Thohir, tengah melobi Japan Bank for International Cooperation (JBIC) agar mau mendanai program sejuta rumah untuk milenial. Jepang dipilih karena bunganya rendah. Erick sudah bertandang ke Jepang pada 29 Januari 2020 untuk menemui JBIC.
ADVERTISEMENT
“Salah satu upaya yang dilakukan Pak Menteri BUMN itu, ke Jepang untuk menjajaki kemungkinan kerja sama dengan JBIC. Targetnya kalau enggak salah sejuta rumah untuk milenial,” kata Kepala Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN, Faturohman.
Saat disinggung mengenai detail kerja sama yang diajukan, dia enggan membeberkan karena masih tahap penjajakan. Namun, kata dia, pinjaman dari JBIC itu akan dipakai untuk modal BTN memberi kredit rumah yang tak memberatkan bagi milenial.
Berdasarkan informasi dari sumber kumparan, dana dari JBIC akan disalurkan ke BTN agar bisa memberi tenor kredit ke milenial hingga 30 tahun. Tujuannya supaya milenial tak keberatan bayar cicilan. Sejauh ini, tenor yang bisa diberikan BTN hanya sampai 20 tahun.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Faturohman menjelaskan, hunian idaman milenial di tengah kota akan dibangun di tanah nganggur milik BUMN. Sebab jika harus membeli tanah, BUMN pengembang tak bisa memberikan harga yang terjangkau bagi milenial.
Cara ini sebenarnya sudah dilakukan BUMN di era kepemimpinan Menteri BUMN sebelumnya, Rini Soemarno. Ketika itu, Rini meminta lahan kosong KAI dibangun Transit Oriented Development (TOD) atau hunian menempel stasiun oleh BUMN konstruksi seperti Perumnas hingga Adhi Karya.
Ke depan, metode pemakaian lahan nganggur milik BUMN atau instansi pemerintahan lainnya akan dilanjutkan. Dengan begitu, milenial akan mendapatkan hunian tak jauh dari pusat kota, mobilitas mudah karena tersambung transportasi umum, serta harganya terjangkau.
“Salah satu upaya lainnya, mendorong pengembangan TOD di stasiun-stasiun kereta. Lalu di setiap TOD itu harus disediakan untuk subsidi masyarakat berpenghasilan rendah, mungkin salah satunya untuk milenial,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Rencana Erick Thohir itu bukan sebatas masih rencana, melainkan telah mulai dicoba oleh BUMN terkait. Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama Perum Perumnas, Bambang Triwibowo.
Terkait pemakaian lahan pemerintah untuk membangun rumah milenial, Perumnas telah bekerja sama dengan BUMN lain seperti BGR Logistik dan Pertani, serta BUMD seperti PD Pasar Jaya. Perumnas yang tidak memiliki bank tanah yang mencukupi di pusat kota, terbantu untuk merealisasikan keinginan Erick Thohir.
Sementara untuk pembiayaan pembangunannya, Perumnas bekerja sama dengan badan usaha Jepang, yakni IIDA Group Holdings. Dengan kerja sama itu, Perumnas menjadi tidak ngos-ngosan dalam menggelontorkan uang untuk pembangunan.
“Kerja sama dengan Jepang, sekarang fokusnya membangun di Jabodetabek dulu. Karena 62 persen peminat rumah ada di Jabodetabek, sehingga memang konsentrasi pemenuhan itu tadi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Direktur Finance, Planning and Treasury BTN, Nixon LP Napitupulu, menjelaskan saat ini pihaknya memiliki program KPR Gaeesss!, yakni KPR yang skemanya menyesuaikan dengan gaya hidup milenial.
Dalam program ini, milenial dikenakan uang muka mulai 1 persen, bisa cuti bayar pokok cicilan selama 2 tahun, diskon biaya provisi hingga 50 persen, diskon biaya administrasi sebesar 50 persen, hingga suku bunga promo 8,25 persen selama 2 tahun.
“Milenial kan kami ada KPR Gaeesss!. Ini sudah jalan dan memang diperuntukkan bagi milenial,” jelas Nixon.
Sementara untuk program kerja sama dengan JBIC yang tengah diupayakan Erick Thohir, dia juga masih belum mau menjelaskan. Hanya saja ketika kerja sama ini terjalin, cicilan hunian bagi milenial akan lebih ringan.