AirAsia Sudah PHK 6 Ribu Pekerja, Berharap Penerbangan Antarnegara Dibuka

1 September 2020 6:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendiri dan CEO AirAsia Group, Tony Fernandes. Foto: Maharani Sagita/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Pendiri dan CEO AirAsia Group, Tony Fernandes. Foto: Maharani Sagita/kumparan.
ADVERTISEMENT
AirAsia Group telah mem-PHK sekitar 6 ribu pekerja mereka sebagai dampak terpuruknya industri penerbangan akibat pandemi virus corona. Pendiri AirAsia Group, Tony Fernandes, meminta pembatasan penerbangan antarnegara segera dibuka, agar kasus PHK tak berlanjut.
ADVERTISEMENT
"Saya harap (penerbangan) tidak dibatasi. Itu pun kami tetap harus memperhitungkan banyak faktor lain. Jadi kami mungkin tidak punya pilihan lain (kecuali PHK)," kata Tony Fernandes dalam pernyataan pers di Kuala Lumpur, Malaysia, dikutip kumparan dari Nikkei, Selasa (1/9).
Nikkei menyebut AirAsia Group telah memangkas sekitar 30 persen dari total pekerja sepanjang 2020 ini. Pada Januari, jumlah karyawan AirAsia Group sebanyak 20.000, artinya ada 6 ribu pekerja yang sudah di-PHK. Terutama posisi awak kabin dan pekerja di kantor.
Kondisi ini dialami juga di maskapai AirAsia yang melayani penerbangan jarak menengah, yakni AirAsia X. AirAsia Group beroperasi di sejumlah negara khususnya Asia Tenggara, yakni Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina. Selain itu juga di Jepang dan India .
ADVERTISEMENT
AirAsia X bahkan telah mengajukan restrukturisasi utang kepada krediturnya melalui bursa Malaysia. Mereka sedang menjajaki pinjaman baru untuk membantu kas perusahaan.
AirAsia berharap penerbangan antarnegara bisa segera dibuka agar PHK pekerja tak berlanjut. Foto: Instagram @airasia_bhsindonesia
"Dalam jangka pendek, perusahaan perlu mencari kesepakatan dengan kreditor utama untuk merestrukturisasi utang jatuh tempo yang belum dibayar sejak terjadi pandemi COVID-19," ujar Tony Fernandes.
AirAsia memperkirakan lalu lintas penerbangan Asia Tenggara akan tetap ditutup untuk perjalanan internasional hingga akhir tahun. Karenanya Tony Fernandes meminta para pemimpin negara Asia Tenggara harus berani mengambil langkah maju untuk mulai membuka penerbangan internasional.
"Itu harus dimulai dari satu negara, jadi mari kita selangkah lebih maju dengan hati-hati," tandasnya.
Sebagai permulaan, Fernandes mengatakan negara-negara dengan kasus corona harian yang kecil harus membuka perbatasan untuk perjalanan lintas batas. Menurut dia, pembukaan perbatasan Malaysia-Thailand bisa dipertimbangkan, seperti saat pembukaan perbatasan Malaysia-Singapura pada 17 Agustus untuk keperluan penerbangan terbatas.
Deretan pesawat AirAsia terparkir di Bandara. Foto: AFP/MOHD RASFAN
"Thailand memiliki kurang dari 10 kasus sehari. Mengapa Malaysia dan Thailand tidak bisa mengatur jalur hijau?" ujarnya. "Saya tidak melihat orang Malaysia atau Thailand sebagai ancaman perjalanan, mengingat protokol kesehatan ketat yang kami miliki," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Meski berupaya menekan biaya, AirAsia mengalami kerugian besar selama enam bulan pertama tahun ini. Sepanjang semester I 2020, AirAsia Group mencatatkan kerugian bersih USD 432 juta, dibandingkan periode sama 2019 yang masih meraup laba bersih USD 26,8 juta.
Sementara untuk kuartal kedua yang berakhir pada 30 Juni 2020, AirAsia melaporkan kerugian bersih sebesar USD 237 juta. Posisi itu anjlok dibandingkan periode sama 2019 yang meraup laba bersih USD 4,16 juta.
Tony Fernandes dan pendiri AirAsia lainnya, Kamarudin Meranun, sepakat untuk tidak digaji sementara waktu, sementara gaji karyawan dipotong hingga 70 persen. Segala bonus dan fasilitas lain pun dipangkas.