Airlangga Proyeksi Harga Batu Bara Bagus di 2023: China Butuh Pasokan Lebih

2 Desember 2022 18:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam jamuan makan malam di Pendopo Gubernur Kalbar, Jumat (25/11). Foto: Dok. Kemenko Perekonomian
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam jamuan makan malam di Pendopo Gubernur Kalbar, Jumat (25/11). Foto: Dok. Kemenko Perekonomian
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memproyeksi, permintaan batu bara akan tetap tinggi di tahun depan. Menurutnya, China akan membutuhkan lebih banyak pasokan batu bara untuk pembangkit listrik, ditambah negara-negara di Eropa mulai mengaktifkan pembangkit listrik mereka.
ADVERTISEMENT
Kondisi itu menurutnya akan menguntungkan Indonesia, karena batu bara merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor. Untuk itu, dia memproyeksi setidaknya tahun depan harga batu bara akan tetap bagus.
"Kelihatannya batu bara harganya akan tetap bagus karena China akan double kapasitas PLTU mereka, dan kemudian beberapa negara termasuk negara Eropa menghidupkan kembali batu bara mereka, sehingga dalam jangka pendek satu tahun batu bara harga akan stay," kata Airlangga dalam acara Kompas100 CEO Forum Tahun 2022 di Istana Negara, Jumat (2/12).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor batu bara mencapai USD 4,42 miliar pada Oktober 2022, naik 37,13 persen (year on year) dari Oktober 2021 sebesar USD 3,21 miliar.
Total ekspor batu bara pada periode Januari-Oktober 2022 mencapai USD 38,86 miliar. Negara-negara tujuan ekspor batu bara terbesar adalah India, China, Jepang, Filipina, dan Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Sementara, harga batu bara meningkat 63 persen dari USD 199,7 per metric ton pada bulan Oktober 2021 menjadi USD 326,6 per metric ton pada Oktober 2022.
Selain batu bara, Airlangga juga menyebut harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) masih akan stabil, meskipun telah turun setelah menyentuh level USD 1.400-1.500 per ton.
"Ini juga akan tetap harga stay, walaupun harga CPO sekarang sudah tertekan, sekitar USD 800-an, USD 850, di mana pada puncaknya mencapai USD 1.400-1.500," pungkasnya.