Akibat Corona, Pendapatan Negara Diperkirakan Anjlok 10 Persen

6 April 2020 15:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pendapatan negara dalam APBN 2020 diproyeksikan tak akan mencapai target karena adanya pandemi virus corona. Bahkan defisit anggaran diproyeksi melebar hingga 5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pendapatan APBN 2020 akan mengalami penurunan 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, pendapatan negara hanya akan mencapai target sebesar 78,9 persen atau Rp 1.761,9 triliun di tahun ini.
"Dengan kebijakan fiskal untuk siap mendukung dan membuat masyarakat maupun ekonomi dan negara bisa merespons, baik pusat dan daerah, maka sudah bisa diprediksi APBN kita mengalami tekanan luar biasa," ujar Sri Mulyani dalam video conference dengan Komisi XI DPR RI, Senin (5/4).
Lebih lanjut dia menjelaskan, penerimaan perpajakan (pajak dan bea cukai) turun 5,4 persen dibandingkan tahun lalu. Secara rinci, penerimaan pajak yang dikelola Ditjen Pajak akan turun 5,9 persen, sementara penerimaan bea cukai juga akan turun 2,2 persen di tahun ini.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani saat melantik Kepala BKF dan Dirut LMAN. Foto: Dok. Kemenkeu RI
Untuk penerimaan pajak, proyeksi penurunan tersebut juga disebabkan oleh penurunan pertumbuhan ekonomi dan turunnya harga minyak global. Tak hanya itu, dalam menghadapi pandemi COVID-19, pemerintah juga mengguyur insentif pajak bagi dunia usaha.
ADVERTISEMENT
Sedangkan penerimaan bea dan cukai yang turun tersebut juga disebabkan oleh dampak stimulus pembebasan bea masuk untuk 19 industri.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bahkan diperkirakan turun 26,5 persen dari realisasi tahun lalu. Sri Mulyani menyebut, salah satu penyebab penurunan itu karena adanya perubahan asumsi ICP yang lebih rendah dari target APBN 2020.
Sementara belanja negara diperkirakan meningkat hingga Rp 102,9 persen dari pagu menjadi Rp 2.643,32 triliun.
"Dengan outlook belanja melebihi APBN, defisit diperkirakan mencapai 5,07 persen dari PDB atau meningkat dari Rp 307 triliun jadi Rp 853 triliun," jelasnya.
Defisit APBN yang melebar itu juga akan meningkatkan pembiayaan sebesar Rp 545,7 triliun, yang terdiri dari pembiayaan utang Rp 654,5 triliun dan pembiayaan non-utang Rp 108,9 triliun. Pembiayaan utang akan dipenuhi dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan penarikan pinjaman.
ADVERTISEMENT
"Pembiayaan ini akan kami upayakan mendapatkan financing dari berbagai sumber yang paling aman dan tingkat biaya paling kecil, terutama pertama dari SAL (Sisa Anggaran Lebih), kita bahkan sudah akan pertimbangkan seluruh dana abadi pemerintah dan dana-dana yang dikelola BLU sudah masuk first line financing untuk pembiayaan yang diperkirakan meningkat," tambahnya.
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!