Akibat Virus Corona, China Bakal Pangkas Pertumbuhan Ekonomi 2020

4 Februari 2020 8:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu jalan yang diblokir oleh polisi untuk membatasi orang yang meninggalkan Wuhan di provinsi Hubei, China.  Foto: AFP/Hector RETAMAL
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu jalan yang diblokir oleh polisi untuk membatasi orang yang meninggalkan Wuhan di provinsi Hubei, China. Foto: AFP/Hector RETAMAL
ADVERTISEMENT
China sedang mempertimbangkan untuk memangkas target pertumbuhan ekonomi tahun 2020 akibat wabah virus corona yang merebak. Penurunan proyeksi itu tak lepas dari tinjauan wabah corona yang berpengaruh pada rencana pembangunan pemerintah dan sektor perekonomian.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Business Insider, China yang awalnya menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen tahun ini, mesti menurunkan ambisi sebab angka kematian akibat virus terus mengalami peningkatan. Apalagi, belum ada tanda-tanda penyebaran virus corona mereda.
Analis JPMorgan Haibin Zhu merevisi ekspektasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I lebih rendah menjadi 4,9 persen dari sebelumnya 6,3 persen per 29 Januari 2020.
"Sektor pariwisata, transportasi, ritel offline, dan hiburan menghadapi perlambatan terbesar," ujar Zhu dilansir kumparan dari Business Insider, Selasa (4/2).
Senada, Bloomberg Economics memperkirakan pertumbuhan PDB China akan turun menjadi 4,5 persen pada kuartal I 2020.
"Target negara untuk tahun 2020 dijadwalkan akan diumumkan pada bulan Maret. Ekonomi China tumbuh 6,1 persen pada tahun 2019, baru saja mencapai 6 persen hingga 6,5 persen," tulisnya.
ADVERTISEMENT
Pemerintah China saat ini tengah mengincar tindakan tambahan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Termasuk penjualan surat utang pemerintah khusus serta menaikkan batas atas rasio defisit anggaran terhadap PDB.
Bank Sentral China pun telah mengambil langkah untuk menenangkan pasar keuangan setelah adanya aksi jual besar-besaran pada Senin (3/2). Bank Sentral menyuntikkan 1,2 triliun yuan (USD 174 miliar) ke pasar keuangan melalui operasi pasar terbuka.