Alasan Luhut Dukung Masuknya Pekerja Asing: Kita Kan Mesti Win-win

13 Agustus 2020 15:59 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan melakukan rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (9/9). Foto: Fanny Kusumawardhani
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan melakukan rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (9/9). Foto: Fanny Kusumawardhani
ADVERTISEMENT
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui dirinya sering dikritik bahwa dirinya sebagai 'pembuka jalan' tenaga kerja asing (TKA) masuk ke Indonesia. Ia menjelaskan alasannya mendukung TKA masuk. Luhut menegaskan, tindakannya itu demi kepentingan nasional, bukan untuk kepentingan asing.
ADVERTISEMENT
"Banyak yang suka kritik saya memberikan kesempatan pada tenaga kerja asing, enggak betul lah itu. Kan kita mesti win-win," ujar Luhut dalam rakernas Apindo secara virtual, Kamis (13/8).
Dia menjelaskan, pekerja asing hanya sebatas jembatan untuk melancarkan investasi asing dan menciptakan lapangan kerja untuk pekerja lokal. Setelah itu, investasi itu diwajibkan melakukan transfer teknologi kepada pekerja dari dalam negeri.
"Tenaga asing itu hanya menjembatani untuk ciptakan lapangan kerja untuk teknologi transfer dan meyakinkan bahwa orang yang punya uang itu, uangnya memang diinvestasikan dengan benar," jelasnya.
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (6/1) Foto: Darin Atiandina/kumparan
Menurut Luhut, ada beberapa kriteria yang harus dipatuhi investor asing untuk masuk ke Indonesia. Utamanya adalah wajib mendidik tenaga kerja lokal dan transfer teknologi.
ADVERTISEMENT
"Mereka wajib mendidik tenaga kerja lokal. Misalnya seperti di Morowali ada politeknik, nah ini bagus 600 orang per tahun. Yang mengajar dari ITB, UI, UGM, senior-senior mengajar di sana. Ada praktik, tersedia industrinya. Di mana lagi dapat politeknik seperti ini?“ kata Luhut.
Untuk transfer teknologi, menurut Luhut saat ini yang menyanggupi hal itu adalah China. Yakni berupa ekstraksi nickel menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.
“Kemudian transfer teknologi, kita minta perusahaan-perusahaan asing yang mau transfer teknologi kita ke depankan. Nah yang mau ini Tiongkok. Misalnya apa? Bagaimana ekstrak dari nickel ore, itu bahan untuk lithium baterai. Nah mereka mau,” katanya.
Luhut pun menegaskan pihaknya tak ingin lagi ada ekspor bahan mentah. Luhut ingin Indonesia bisa membuat lithium baterai yang nantinya akan digunakan banyak negara.
ADVERTISEMENT
“Kita mau membuat lithium baterai, lalu kita buat lagi recycling lithium baterai, sehingga kita bisa gunakan lagi itu nanti. Ini sekarang yang berpuluh-puluh tahun enggak pernah kita buat. Ini kan butuh teknologi, kita kan engga bisa sendiri,” tegas Luhut.
“Kalau orang marah-marah kenapa enggak mempekerjakan tenaga kerja kita? Orang profesor ITB saja bilang sama saya, kita ada bidang studinya, tapi tidak ada praktiknya. Nah sekarang ada praktiknya. Ini adalah fakta, enggak perlu malu kita mengakui itu,” tambahnya.