Amblas Rp 2.000 T, Kapitalisasi Pasar Modal Diprediksi Masih Bakal Tergerus

21 April 2020 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kebersihan melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (31/3). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kebersihan melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (31/3). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
ADVERTISEMENT
Kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) merosot karena laju dana asing yang terus mengalir keluar dari pasar modal Indonesia. Jika dibandingkan dengan akhir 2019, secara total kapitalisasi pasar telah tergerus hingga Rp 2.045 triliun. Pada 30 Desember 2019, kapitalisasi pasar BEI tercatat sebesar Rp 7.265 triliun. Adapun pada hari ini, Selasa (21/4), kapitalisasi pasar BEI tersisa Rp 5.220 triliun.
ADVERTISEMENT
Anjloknya kapitalisasi pasar di bursa terjadi seiring dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga anjlok 28,56 persen sejak awal 2020 (year to date). Hal ini tak lain disebabkan oleh sentimen negatif dari pandemi virus corona (COVID-19).
Analis PT Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji mengatakan, penyebaran pandemi COVID-19 masih jadi biang kerok utama tertekannya pasar modal domestik. Bahkan menurutnya, tekanan ini masih akan berlangsung hingga kuartal III. Artinya, kapitalisasi pasar bursa masih belum akan mengalami peningkatan dalam jangka waktu dekat.
“Kalau selama pandemi berlangsung hingga kuartal II maupun kuartal III, maka berpotensi membuat market tertekan,” ungkap Nafan kepada kumparan, Selasa (21/4).
Ilustrasi Pasar Modal. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Selain itu, menurut Nafan, saat ini para investor juga cenderung memilih mengoleksi saham-saham dengan market cap kecil. Hal ini pun membuat kapitalisasi pasar BEI jadi sulit merangkak naik.
ADVERTISEMENT
“Mereka pilih saham-saham market cap kecil bisa juga. Mereka pilih berinvestasi instrumen yang bersifat safe heaven yang paling krusial di tengah terjadinya pandemi,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus juga mengamini bahwa pandemi COVID-19 masih jadi sentimen nomor satu yang membuat IHSG tertekan. Menurutnya pandemi ini membuat semua kegiatan ekonomi terhenti. Alhasil kinerja emiten-emiten juga ikut merosot. Inilah yang juga mengakibatkan kapitalisasi pasar jadi merosot jauh.
Dengan kondisi saat ini, Nico memprediksi kapitalisasi pasar di pasar modal masih akan mengalami penurunan dalam beberapa waktu ke depan. “Sejauh ini dalam jangka pendek sangat besar kemungkinan tersebut (penurunan kapitalisasi market) terjadi,” ujarnya.