Ancaman Inflasi di Depan Mata, Kemenkeu Pastikan Daya Beli Tetap Terjaga

13 Mei 2022 13:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani berkunjung ke Pasar Santa, Jakarta Selatan, untuk berbelanja dan menjelaskan PPN Sembako (14/6). Foto: Instagram/@smindrawati
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani berkunjung ke Pasar Santa, Jakarta Selatan, untuk berbelanja dan menjelaskan PPN Sembako (14/6). Foto: Instagram/@smindrawati
ADVERTISEMENT
Lonjakan harga komoditas dan konflik geopolitik yang saat ini memanas memberikan ancaman terhadap tingginya laju inflasi, termasuk di Indonesia. Kendati begitu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu optimistis daya beli masyarakat akan tetap terjaga.
ADVERTISEMENT
“Harus kita antisipasi ke depan, dalam konteks harga komoditas, baik energi maupun bahan pangan, dampaknya terhadap inflasi harus bisa kita mitigasi. Sejauh ini bisa kita mitigasi sehingga transmisi dampak ke rumah tangga bisa terjaga,” kata Febrio pada konferensi virtual BKF, Jumat (13/5).
Febrio menjelaskan, saat ini negara maju mengalami kenaikan inflasi, seiring dengan pulihnya ekonomi. Adanya konflik Rusia-Ukraina yang kian memanas, menambah lonjakan inflasi. Di Amerika Serikat misalnya, saat ini laju inflasi mencapai 8,3 persen (yoy) pada April 2022.
Febrio menjelaskan, saat ini harga komoditas pangan maupun energi yang meningkat imbas konflik di Rusia-Ukraina, menambah gangguan pasokan yang sudah terjadi akibat pandemi.
“Hal yang sama terjadi di Indonesia, sehingga ini jadi penentu demand terjadi disrupsi sisi suplai, sebab 2 tahun tersebut, sisi suplai berkurang terutama produksi dan tenaga kerja menyebabkan inflasi cukup tinggi di banyak negara, bahkan sebelum terjadi konflik di Rusia dan Ukraina,” jelas dia.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kondisi ini diperparah dengan sanksi global yang dikenakan pada Rusia, yang mana Rusia merupakan pemasok energi ke Eropa dan negara-negara lainnya.
Di tengah ketidakpastian global itu, Febrio mengatakan bahwa inflasi di Indonesia masih dalam perhitungan aman. Dia juga mengaku selalu melihat perkembangan yang terjadi, terutama pergerakan harga pangan dalam negeri.
Adapun di April 2022, laju inflasi RI sebesar 0,95 persen secara bulanan (mtm) dan 3,47 persen secara tahunan (yoy). Tingkat inflasi secara tahunan ini merupakan yang tertinggi sejak awal pandemi COVID-19 melanda di Indonesia.
“Inflasi sampai saat ini masih sesuai outlook range 2 sampai 4 persen. Ke depan sudah detail lihat harga yang harus dilihat, beras, bawang, cabai, minyak goreng, gula, semua kami pantau teliti,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, dia mengatakan sebagai prioritas pemerintah adalah bagaimana tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Sehingga kebijakan yang diambil pemerintah adalah mengarah ke sana.
“Dan kedua yang tidak kalah penting, prioritas ketika pertumbuhan ekonomi terjadi baik dan disertai harga meningkat, kita pastikan pemerintah menjaga daya beli masyarakat. Dalam konteks ini tugas APBN jadi berat,” pungkasnya.