Ancaman Resesi dan Naiknya Imbal Hasil Treasury AS Picu Pelemahan Wall Street

20 Oktober 2022 5:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang sedang bekerja di lantai New York Stock Exchange (NYSE). Foto: Getty Images/Spencer Platt
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang sedang bekerja di lantai New York Stock Exchange (NYSE). Foto: Getty Images/Spencer Platt
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran investor terkait ancaman resesi dan kenaikan imbal hasil treasury Amerika Serikat, memicu pelemahan di bursa saham AS, Wall Street.
ADVERTISEMENT
Pada perdagangan Rabu (19/10), ketiga indeks saham utama AS melemah, sementara imbal hasil treasury melonjak hingga menyentuh level tertinggi selama 14 tahun terakhir.
Dikutip dari Reuters, Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 99,99 poin, atau setara 0,33 persen, menjadi 30.423,81, S&P 500 (.SPX) kehilangan 24,82 poin, atau 0,67 persen, menjadi 3.695,16 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 91,89 poin, atau 0,85 persen, menjadi 10.680,51.
Kenaikan imbal hasil tersebut telah membebani saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga, seperti saham real estate (.SPLRCR) yang turun 2,56 persen sebagai sektor S&P berkinerja terburuk.
Tekanan juga dirasakan oleh perusahaan dengan pertumbuhan megacap seperti Microsoft Corp (MSFT.O) dan Amazon.com Inc (AMZN.O). Hanya saham Energi (.SPNY) yang menjadi satu-satunya sektor S&P yang mengakhiri sesi di wilayah positif dengan kenaikan 2,94 persen.
ADVERTISEMENT
David Keator, partner dalam Keator Group, perusahaan manajemen keuangan di Lenox, Massachusetts, mengatakan pasar masih ragu apakah Federal Reserve (The Fed) menyadari bahwa usahanya menekan inflasi terlalu jauh hingga ekonomi global terkena dampaknya.
"The Fed menjalankan mandatnya untuk menangani inflasi dengan serius, tetapi ada terlalu banyak obrolan tentang pengetatan," kata David.