Ancaman Resesi Makin Nyata, Sri Mulyani Proyeksi Ekonomi Bisa Minus 1,1 Persen

14 Agustus 2020 18:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani mendengarkan paparan tentang APBN KiTA edisi Oktober di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Foto: ANTARA FOTO/ Muhammad Adimaja
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani mendengarkan paparan tentang APBN KiTA edisi Oktober di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Foto: ANTARA FOTO/ Muhammad Adimaja
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani menurunkan kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini. Kali ini, Sri Mulyani memproyeksi ekonomi Indonesia bisa minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.
ADVERTISEMENT
Proyeksi tersebut menurun dibandingkan sebelumnya yang diperkirakan mencapai minus 0,4 persen untuk skenario sangat berat selama 2020.
”Pertumbuhan ekonomi 2020 yang mengalami tekanan, kami melakukan revisi dari Maret-April awal tadinya minus 0,4 persen sampai 2,3 persen. Dengan melihat realisasi kuartal II, kita perkirakan pertumbuhan ekonomi 2020 di minus 1,1 persen sampai 0,2 persen, agak bergeser ke negatif mendekati 0,” ujar Sri Mulyani saat konpers RAPBN 2021 secara virtual, Jumat (14/8).
Adapun perekonomian domestik di kuartal II mengalami kontraksi alias minus 5,32 persen (yoy). Jika kuartal III kembali minus, maka Indonesia akan bergabung dengan negara lain yang telah masuk ke jurang resesi.
Ilustrasi resesi ekonomi. Foto: Pixabay
Menurut Sri Mulyani, kuartal III harus benar-benar diwaspadai. Dia berpesan agar jangan hanya mengandalkan pemerintah untuk mendorong perekonomian.
ADVERTISEMENT
“Tekanan kuartal II dalam, kuartal III harus diwaspadai, tidak hanya bergantung pada pemerintah,” katanya.
Hingga akhir tahun ini, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih mengalami tekanan yang cukup dalam, yakni minus 1,3 persen hingga 0 persen. Sementara investasi diperkirakan akan mengalami kontraksi atau minus 4,2 persen hingga minus 2,6 persen.
“Investasi masih di zona negatif minus 4,2 sampai minus 2,6 persen. Ekspor juga negatif, minus 5,6 hingga minus 4,4 persen, impor negatif 10,5 sampai negatif 8,4 persen,” jelas Sri Mulyani.
Sementara untuk tahun depan, perekonomian yang ditargetkan tumbuh hingga 5,5 persen akan sangat bergantung pada penanganan COVID-19 di tahun ini. Sri Mulyani menekankan pentingnya disiplin masyarakat, sedangkan pemerintah akan tetap melanjutkan ekspansi fiskal untuk mendorong sisi suplai dan demand.
ADVERTISEMENT
“Proyeksi ekonomi tahun depan meskipun akan pulih, tapi tergantung pada penanganan COVID. Disiplin masyarakat dan ketersediaan vaksin dan penemuan vaksin, juga ekspansi fiskal yang akan tetap dilanjutkan dengan melanjutkan Pemulihan Ekonomi Nasional dari sisi demand dan suplai,” tambahnya.