'Angin Topan' Global Bikin Rupiah Keok ke Level Rp 15.000 per Dolar AS

3 Oktober 2018 16:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pasar keuangan Indonesia masih bergejolak. Sejak kemarin hingga siang ini, nilai tukar rupiah masih melemah di atas Rp 15.000 terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
Mengutip data perdagangan Reuters, Rabu (3/10), hingga pukul 15.47 WIB, dolar AS bertengger di posisi Rp 15.070. Dolar AS sempat menyentuh level tertingginya di Rp 15.090. Pagi tadi, dolar AS dibuka di level Rp 15.040.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, salah satu faktor pelemahan rupiah adalah karena ada 'angin topan' global yang berpusat di AS. 'Angin topan' ini menghantam semua negara, tidak hanya Indonesia.
Tiupan 'angin topan global' yang dimaksud di antaranya kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed, yang sudah dilakukan 4 kali sejak awal tahun. 'Angin topan' global lainnya adalah perang dagang antara AS dan beberapa negara seperti China dan Meksiko yang berdampak pada negara lain.
ADVERTISEMENT
“Faktor inilah yang menimbulkan dolar AS kuat karena investor asing membawa keluar uang mereka untuk ditaruh di AS. Semua negara menghadapi tiupan angin global ini,” kata Perry dalam seminar di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (3/10).
Ilustrasi pergerakan rupiah. (Foto: Thnkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pergerakan rupiah. (Foto: Thnkstock)
Belum lagi, pertumbuhan ekonomi belakangan tidak merata. Dia menyebutkan, pertumbuhan negara-negara maju tidak naik seperti yang diperkirakan. Sementara pertumbuhan ekonomi AS naik sendirian. Perry menyebut, hal ini menimbulkan ketidakpastian ekonomi secara global.
Bahkan, disebut Perry, kondisi pertumbuhan ekonomi AS sudah melebihi kapasitas outlook-nya. Hal ini dikarenakan kebijakan fiskal yang dikeluarkan Presiden AS Trump.
"Karena memang Trump meggenjot dari stimulus fiskal, pada saat ekonominya juga di atas kapasitas. Ini menimbulkan ketidakpastian," kata dia.
ADVERTISEMENT
Tapi, Perry menyebut, ekonomi Indonesia masih lebih baik dibanding negara lain yang terdampak 'angin topan' global. Perry juga menyebut, pelemahan rupiah di level Rp 15.000 per dolar AS memang karena 'angin topan' tapi bukan berarti kiamat.
Menurutnya, hal ini perlu dilihat secara seksama. Penting bagi Perry untuk melihat negara mana saja yang terdampak 'angin topan' global yang setara dengan Indonesia.
“Kita lihat dulu rupiahnya? Rp 15.000 kita kayaknya kiamatnya banget ya? Kita lihat dulu. Thailand kok kuat? Ya wajar, surplusnya USD 54 miliar kok. Bandingkan dengan negara yang alami defisit serupa seperti Rupee India yang lemah 12,14 persen. Filipina dengan Peso-nya lebih tinggi karena mereka surplus, lebih tingg 9,82 persen dari kita,” kata dia.
ADVERTISEMENT