Apindo Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 4,8-5,2 Persen di 2024

21 Desember 2023 11:33 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia Shinta W. Kamdani dalam konferensi pers Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin Indonesia di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Kamis (7/15/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia Shinta W. Kamdani dalam konferensi pers Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin Indonesia di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Kamis (7/15/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di rentang 4,8-5,2 persen di tahun 2024, dalam outlook ekonomi dan bisnis sebagai gambaran perekonomian makro serta iklim bisnis-investasi di tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menuturkan secara makro Apindo memprediksi kondisi ekonomi relatif resilien di tengah ketidakpastian global, sehingga pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen dapat dipertahankan di tahun 2023.
Proyeksi ini berdasarkan analisa data pertumbuhan secara kuartalan yang relatif kuat, melampaui 5 persen pada kuartal I dan II 2023 masing-masing sebesar 5,03 persen dan 5,17 persen, meskipun menurun di kuartal III menjadi 4,94 persen.
Meski demikian, Shinta memprediksi capaian di kuartal IV alias di akhir tahun masih bisa menopang proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di atas 5 persen untuk keseluruhan tahun 2023 melalui percepatan belanja pemerintah.
"Proyeksi rentang pertumbuhan terendah yang melemah di bawah level 5 disebabkan faktor tren perlambatan ekonomi global akibat situasi geopolitik, inflasi dan suku bunga yang masih tinggi," ujarnya saat konferensi pers, Kamis (21/12).
Potret Jalanan dan Gedung Bertingkat di Semanggi. Foto: Reuters/Beawiharta
Shinta menuturkan, suku bunga kredit di Indonesia yang tinggi turut berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi, sejalan dengan meningkatnya biaya operasional pelaku usaha.
ADVERTISEMENT
"Merujuk survei internal APINDO terhadap sekitar 2000 pelaku usaha lintas sektor dan lintas skala usaha, pertumbuhan 2024 diprediksi ada kisaran 5 persen," tambah Shinta.
Dia memaparkan, sektor dengan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di tahun 2024 akan kembali didominasi oleh industri pengolahan, pertanian, perdagangan, pertambangan dan konstruksi, di mana setiap sektor diproyeksikan menguasai lebih dari 10 persen porsi distribusi dalam PDB tahun 2024.
Sementara itu, sektor manufaktur juga masih akan terus berada di level ekspansif, sedangkan transportasi dan pergudangan, serta sektor akomodasi-makan minum akan menjadi sektor dengan laju pertumbuhan terpesat.
"Sektor pariwisata diprediksi dapat merealisasikan target untuk berkontribusi 4,5 persen dari PDB nasional seiring dengan peningkatan mobilitas kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara," tutur Shinta.
ADVERTISEMENT
Shinta melanjutkan, prediksi Apindo terhadap inflasi tahun 2024 yakni akan terjaga di kisaran 3,0 persen, sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS tahun 2024 berada di kisaran Rp 15.100-15.600 per dolar AS.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta W. Kamdani, dalam Forum Diskusi dan Konferensi Pers Post COP 28: Peluang bagi Dunia Usaha Indonesia di Menara Kadin Indonesia pada Jumat (15/12/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan
"Proyeksi penguatan didasarkan pada perkiraan inflasi yang terkendali dan kebijakan moneter BI tahun 2024 untuk berfokus pada pro stability. Namun, tren higher for longer yang bertahan sampai pertengahan tahun 2024 masih memungkinkan tergerusnya nilai tukar hingga di atas Rp 15,500," jelasnya.
Dia menilai, realisasi APBN menjadi pendorong yang signifikan untuk pertumbuhan ekonomi di tahun depan. Kendati begitu, investasi dan kinerja ekspor tahun 2024 kurang baik imbas pelemahan realisasi investasi di tahun politik, perkembangan ekspor Indonesia yang turun, perlambatan kinerja perdagangan, dan penurunan harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global.
ADVERTISEMENT
"Melalui alokasi dana yang tepat pada sektor strategis, APBN dapat menjadi instrumen penting memicu investasi, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan lapangan kerja," terangnya.
Shinta melanjutkan, faktor yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi adalah kondisi saat ini total saving (tabungan bruto) hanya 39 persen dari PDB, dan total kapitalisasi pasar modal hanya 49 persen dari PDB
"Dengan Investment Capital Output Ratio (ICOR) yang tinggi di angka 7,6 (2023), pertumbuhan ekonomi yang jauh melampaui 5 persen tidak akan dapat tercapai. Jika target pertumbuhan 6 persen, maka dibutuhkan rasio investasi terhadap PDB sekitar 36 persen," tuturnya.