AS-China Perang Dagang, Kenapa RI Tidak Bisa Ambil Peluang?

4 September 2019 20:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
ADVERTISEMENT
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, mengakui hingga saat ini pengusaha lokal masih belum bisa mengambil peluang bisnis perang dagang China-Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Kadin, Shinta Kamdani, mengatakan Indonesia masih memiliki masalah dalam kebijakan perdagangan. Saat ini Indonesia masih belum menjadi bagian dari rantai pasok (supply chain) ekonomi dunia.
"Memang kalau dilihat seberapa banyak kita jadi bagian dari supply chain, unfortunately not. Kita bukan bagian dari supply chain. Itu (kebijakan) harus dibenahi dulu," katanya saat konferensi pers di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Rabu (4/9).
Untuk itu, Indonesia masih membutuhkan waktu untuk membenahi kebijakan mengenai perdagangan dan ekonomi secara lebih baik.
Sementara saat ini, negara-negara lain seperti Thailand, Vietnam dan Filipina yang lebih memiliki kesiapan bisa mengambil peluang dari perang dagang.
Salah satu upaya yang saat ini dilakukan oleh Kadin, kata Shinta, pro aktif melakukan misi bisnis ke negara-negara alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk peluang ekspor.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia, Shinta Kamdani. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
"Pelaku usaha Indonesia siap mengadakan kerja sama. China beberapa industri relokasi dan ada delegasi besar China sudah spesifik melihat segmen tertentu untuk investasi di Indonesia. Kami coba targeted," katanya.
ADVERTISEMENT
Adapun Kadin Indonesia akan mengadakan misi bisnis ke 14 negara Eropa dan Amerika Serikat untuk memperkuat hubungan investasi dan perdagangan.
Misi bisnis ke Eropa akan diadakan dari 13 September hingga 7 Oktober 2019 dengan mengunjungi Turki, Bulgaria, Yunani, Serbia, Rumania, Belanda, Slovakia, Polandia, Swiss, Jerman, Italia, Inggris, Belgia dan Prancis.
Sementara untuk misi bisnis ke Amerika Serikat akan diadakan dari 23 September hingga 9 Oktober 2019 dengan mengunjungi New York, Washington, Atlanta, dan Los Angeles.