AS hingga Inggris Jegal Produk Logam Rusia, Harita Beberkan Dampaknya

25 April 2024 19:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memeriksa hasil leburan logam di sebuah pabrik tembaga di Kota Ventanas di Chile. Foto: REUTERS/Rodrigo Garrido
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memeriksa hasil leburan logam di sebuah pabrik tembaga di Kota Ventanas di Chile. Foto: REUTERS/Rodrigo Garrido
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Inggris melarang London Metal Exchange (LME) menerima logam hasil produksi Rusia mulai 13 April 2024 dalam sistemnya. Keputusan ini demi sebagai sanksi baru dari AS dan Inggris karena Rusia menyerang Ukraina.
ADVERTISEMENT
Sanksi tersebut bertujuan untuk membatasi pendapatan Rusia, dari ekspor logam yang diproduksi oleh perusahaan seperti Rusal dan Nornickel yang membantu mendanai operasi militernya di Ukraina.
Merespons hal itu, Investor Relations PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel, Lukito Gozali, mengatakan pembatasan tersebut berdampak pada suplai hingga harga nikel secara global.
"Tapi ini tergantung segmen (jenis nikel). Kalau kita bilang, raw materialnya berkurang. Jadi yang perlu di highlight adalah jenis-jenis ore-nya," kata Lukito dalam acara Peluang Nikel 2024 di Mirrae Asset Sekuritas, Kamis (25/4).
Lukito menjelaskan, sejumlah negara yang ada di garis khatulistiwa memiliki nikel ore yang sedikit berbeda. Misalnya, Indonesia dan Filipina yang menggunakan laterite ore yang posisinya berada pada kisaran tiga hingga sepuluh meter ke bawah tanah.
ADVERTISEMENT
Sementara, Kanada dan Rusia menggunakan sulfide ore yang berada ratusan meter di bawah tanah.
"Jadi mereka nambangnya benar-benar kayak nambang emas. Artinya, cost (biaya) yang dikeluarkan lebih besar," ungkapnya.
Selain LME yang merupakan forum perdagangan logam terbesar dan tertua di dunia, Departemen Keuangan AS juga melarang Chicago Mercantile Exchange (CME) menerima produksi aluminium, tembaga, dan nikel baru dari Rusia.
Pengolahan dan pemurnian nikel dengan sistem hidrometalurgi yang merupakan bahan baku batere mobil listrik yang dibangun Harita Group di Halmahera. Foto: Harita Group
Analisis Goldman Sachs menilai dampak larangan logam baru yang diproduksi Rusia itu tidak akan menimbulkan guncangan pasokan-permintaan dalam waktu dekat.
"Produsen Rusia dapat terus menjual logam ke pasar non-Inggris/AS, dan karenanya dari sudut pandang fundamental, penyesuaian peraturan yang berfokus pada nilai tukar ini tidak akan menghasilkan guncangan pasokan-permintaan yang diperlukan," kata bank tersebut.
ADVERTISEMENT
LME yang mengakhiri pasokan logam Rusia, kata bank tersebut, dapat mengurangi kelengketan logam yang saat ini disimpan di bursa dan setidaknya akan memberikan sedikit peningkatan dalam permintaan pasokan non-Rusia.
Namun, sanksi Barat selama dua tahun terakhir telah memicu penumpukan logam Rusia yang tidak diinginkan di LME, sehingga mendistorsi penyebaran di front-end, terutama tembaga.
Analis Goldman Sachs juga memperkirakan fase reflasi dengan perluasan struktural di pasar tembaga dan aluminium. Mereka juga mengantisipasi surplus yang terus berlanjut pada komoditas nikel akan membatasi keberlanjutan kenaikan tersebut.
Sementara itu, seorang pejabat Inggris mengatakan pihaknya memperkirakan gangguan pasar hanya akan terjadi dalam waktu singkat. Pihaknya telah berkonsultasi dengan rekan-rekannya di AS, LME, Bank of England dan Financial Conduct Authority untuk meminimalkan dampaknya.
ADVERTISEMENT