AS ingin Menaikkan Tarif Impor Baja dan Aluminium China Tiga Kali Lipat, Kenapa?

18 April 2024 11:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato kenegaraan ketiganya di House Chamber of the US Capitol di Washington, DC, AS, 07 Maret 2024. Foto: SHAWN THEW/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato kenegaraan ketiganya di House Chamber of the US Capitol di Washington, DC, AS, 07 Maret 2024. Foto: SHAWN THEW/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengungkapkan akan menaikkan tarif kepada China 3 kali lipat untuk impor baja dan aluminium menjadi 7,5 persen.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut merupakan upaya untuk memperjelas bahwa peringatan AS baru-baru ini mengenai praktik perdagangan China bukanlah ancaman kosong.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, memperingati telah terjadinya kelebihan pasokan kapasitas industri dari hasil energi baru terbarukan EBT China, salah satunya kendaraan listrik.
AS tidak akan membiarkan terulangnya tahun 2000-an, ketika saat itu barang impor China menghancurkan sekitar 2 juta manufaktur di AS.
Sementara pejabat Tiongkok dan media pemerintah membantah tuduhan kelebihan kapasitas tersebut, dan mengatakan bahwa melimpahnya pasokan produk energi ramah lingkungan adalah hasil dari “inovasi terus-menerus,” bukan subsidi pemerintah.
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali. Foto: Kevin Lamarque/REUTERS
Mengutip Reuters, Kamis (18/4), meningkatnya dorongan Biden untuk menaikkan tarif kepada China ini seakan menyeimbangkan tahun politik atau Pemilu di AS. Hal ini bisa meningkatkan kekhawatiran tentang kekuatan ekonomi AS.
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, Gedung Putih masih berupaya untuk mencairkan hubungan dengan Tiongkok setelah komunikasi yang nyaris terhenti selama beberapa tahun, yang sebagian dipicu oleh penerapan tarif awal terhadap Tiongkok oleh mantan Presiden Donald Trump, yang hampir memicu perang dagang besar-besaran.
“Tarif juga dapat menimbulkan dampak ekonomi yang tidak diinginkan dengan menaikkan tarif AS,” tulis Reuters.
Sehingga biaya produksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan harga konsumen lebih tinggi. Hal ini akan menjadi hasil yang tidak diharapkan ketika Biden sudah berada di tengah perjuangan selama bertahun-tahun untuk menurunkan inflasi yang membandel dan membuktikan kepada para pemilih bahwa agenda ekonominya berhasil.