Asian Agri Minta India Kaji Lagi Kenaikan Tarif Bea Masuk Sawit RI

5 Juni 2018 21:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perkebunan Kelapa Sawit Asian Agri. (Foto: Jafrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perkebunan Kelapa Sawit Asian Agri. (Foto: Jafrianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah menyampaikan keberatan atas langkah India yang menaikkan bea masuk bagi impor minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) sebesar 44% dan turunannya sebesar 54%. Sebab, kenaikan bea masuk impor ini akan memukul pebisnis kelapa sawit asal Indonesia.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun sempat menyinggung masalah ini saat menerima kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi di Istana Merdeka beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal itu, Direktur Corporate Affairs Asian Agri Fadhil Hasan mengatakan, sebagai perusahaan nasional yang banyak mengekspor sawit ke sana, dipastikan akan berdampak cukup serius terhadap Indonesia. Sebab perusahaan milik Sukanto Tanoto ini mengekspor sawit ke sana sebanyak 100 ribu ton per bulannya. Karena itu, dia berharap, pemerintah India bisa mengkaji kembali kenaikan tarif tersebut.
“Kita ingin memintalah pemerintah India bisa mengkaji lagi kebijakan ini. Sama seperti Pak Jokowi yang waktu PM India ke sini juga minta untuk dikaji lagi,” ucapnya saat acara buka puasa bersama Asian Agri di Jakarta, Selasa (5/6).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Fadhil menungkapkan, sebenarnya kebijakan India ini merugikan konsumen di negara mereka sendiri. Alasannya karena harga jual produk yang menggunakan sawit Indonesia jadi lebih tinggi alias mahal. Bukan tidak mungkin hal ini juga akan mendorong inflasi di negeri Taj Mahal tersebut.
Kelapa sawit di kebun Sawindo Kencana. (Foto: Marcia Audita/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kelapa sawit di kebun Sawindo Kencana. (Foto: Marcia Audita/kumparan)
“Padahal tujuan positifnya di India itu bisa meningkatkan produksi minyak nabati yang dari lokal, tapi belum tentu terealisasi karena belum tentu kompetitif dengan diberlakukannya tarif yang tinggi itu,” ucapnya.
Tak hanya Asian Agri, sebelumnya Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan, kenaikan bea masuk CPO tersebut membuat ekspor sawit Indonesia ke India menurun.
Pada April ini, ekspor minyak sawit Indonesia ke India tergerus 15% dari 408,65 ribu ton di Maret menjadi 346,28 ribu ton. Secara year on year, pada caturwulan pertama 2018 ekspor sawit ke India tergerus 24%. Ekspor ke India tercata berkurang 570,89 ribu ton dari 2,37 juta ton di Januari-April 2017 menjadi 1,80 juta ton pada Januari-April 2018.
ADVERTISEMENT
"Krusial untuk penurunan tarif kita, bagi ekspor kita ini krusial. Karena beberapa bulan terakhir sudah terlihat penurunan ekspor dari Indonesia ke India. Karena tarif impor, mulai Maret ke April sudah terlihat. April kerasa banget. Kita prediksi Mei juga turun lagi," kata Togar saat ditemui di Hotel Shangri La, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Togar menambahkan, kenaikan bea masuk untuk CPO ini juga tidak adil karena minyak nabati lainnya seperti minyak bunga matahari dan minyak kedelai tidak dinaikkan bea masuknya.
"Kita dari bisnis juga minta diturunin karena itu kenaikan terakhir hanya CPO dan turunan yang naik. Sementara soybean dan sunflower itu tidak naik. Ini kan tidak salah kenaikan yang ketiga kali. Pertama dan kedua sama-sama naik CPO, sunflower dan soybean. Dulu juga begitu, tapi yang ketiga hanya CPO yang naik," ujarnya.
ADVERTISEMENT