Asosiasi: Fintech Hadir Agar Masyarakat Mudah Pinjam Uang

6 Maret 2018 14:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Fintech. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Fintech. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH) menyebutkan, berdasarkan temuan studi Asian Development Bank pada 2017, terdapat gap pembiayaan sebesar USD 57 miliar di Indonesia yang belum dapat dipenuhi oleh lembaga keuangan formal.
ADVERTISEMENT
Ketua Kelompok Kerja P2P Lending AFTECH sekaligus CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, data tersebut juga sesuai dengan data yang disampaikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu adanya gap pembiayaan sebesar Rp 988 triliun yang belum mampu dipenuhi oleh perbankan saat ini.
Menurut Reynold, munculnya teknologi finansial (tekfin) merupakan jawaban bagi permasalahan gap pembiayaan di Indonesia.
"Tekfin lahir didorong dari kebutuhan untuk mengisi gap pembiayaan UMKM yang tinggi di Indonesia, yang meski telah diakselerasi dengan sangat baik, belum dapat sepenuhnya dicapai oleh lembaga keuangan lain selama ini," ungkap Reynold di UnionSpace, Jakarta, Selasa (6/3).
Selama ini, UMKM kesulitan menjangkau perbankan karena usia usaha yang masih muda, minimnya data dan ketiadaan agunan. Menurut Reynold, dengan adanya tekfin, UMKM mempunyai kesempatan untuk mendapatkan akses pinjaman tersebut.
ADVERTISEMENT
Reynold menilai, tekfin memiliki potensi yang sangat besar untuk membantu mewujudkan inklusi keuangan sesuai Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) dengan prioritas agenda nasional yaitu membuka akses layanan keuangan kepada 75% penduduk Indonesia yang belum bankable (terjangkau bank).
Adrian Gunadi dan Reynold Wijaya (Foto: Selfy Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Adrian Gunadi dan Reynold Wijaya (Foto: Selfy Momongan/kumparan)
Terlebih saat ini Indonesia berada dalam pertumbuhan yang baik berkat adanya perkembangan teknologi dan pertumbuhan perusahaan rintisan.
Menurut Reynold, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah perusahaan rintisan atau startup tertinggi di kawasan Asia Tenggara, bahkan diperkirakan akan mencapai 13.000 perusahaan rintisan pada 2020 mendatang.
Menurutnya, potensi inilah yang belum banyak disadari oleh masyarakat Indonesia. Sehingga pihaknya berkomitmen untuk menjaga kredibilitas, memastikan praktik yang akuntabel dan terus meningkatkan kapabilitas tata kelola usaha.
ADVERTISEMENT
Tujuannya agar semakin banyak perusahaan tekfin Indonesia berkualitas dan berkembang sesuai standar internasional. Terutama untuk melindungi hak dan kepentingan konsumen terhadap layanan yang terpercaya, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Adanya dukungan untuk perkembangan dan kapabilitas usaha tekfin sama artinya mendukung cita-cita inklusi keuangan, serta terbukanya akses publik dan akselerasi pertumbuhan ekonomi," tutupnya.