Astra International (ASII) Siapkan Capex Rp 32 Triliun di 2024

23 Maret 2024 18:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Head of Corporate Investor Relations Astra International, Tira Ardianti, di Hotel Pullman, Jakarta. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Head of Corporate Investor Relations Astra International, Tira Ardianti, di Hotel Pullman, Jakarta. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Emiten konglomerasi, PT Astra International Tbk (ASII), menyiapkan belanja modal (capital expenditure) atau capex sekitar Rp 32 triliun di tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Jumlah belanja modal tersebut turun dibandingkan tahun 2023 senilai Rp 45,9 triliun termasuk anggaran investasi. Head of Corporate Investor Relations ASII, Tira Ardianti, mengatakan mayoritas capex digunakan untuk PT United Tractors Tbk (UNTR) selaku anak usaha sektor alat berat dan pertambangan.
“Sekitar Rp 32 triliun capex. Sebagian besar kebanyakan dialokasikan untuk alat berat replacement sekitar 70 persen,” ujar Tira di Jakarta, dikutip Sabtu (23/3).
Tira menyebut pihaknya hanya bisa menginformasikan anggaran capex. Sebab, investasi ke depannya tergantung progres proyek yang saat ini ada di pipeline. Ia enggan merinci apa saja rencana akuisisi Astra nantinya.
“Alat berat proyeksinya akan turun 25 persen, sudah dimengerti sejak tahun lalu karena harga batu bara normalized, sehingga permintaan sempat terjadi dua tahun sebelumnya, wajar itu menurun,” kata Tira.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2023, belanja modal dan investasi Grup Astra meningkat dua kali lipat disebabkan investasi PT United Tractors Tbk (UT) di sektor nikel dan energi terbarukan sebagai bagian dari rencana transisinya.
United Tractors juga mengeluarkan belanja modal yang lebih tinggi untuk penggantian alat berat pasca pandemi sejalan dengan peningkatan aktivitas bisnisnya.
“Grup tetap menunjukkan resiliensi dengan diversifikasi portofolio bisnisnya, meskipun harga komoditas turun dan kondisi perekonomian melemah pada semester kedua. Jika kedua kondisi ini masih berlanjut, kami mengantisipasi terjadinya penurunan siklus pertumbuhan di tahun 2024,” terang Presiden Direktur ASII Djony Bunarto Tjondro dalam rilis resmi.