Avtur dan Rupiah Bikin AirAsia Indonesia Rugi Rp 907 Miliar di 2018

4 Maret 2019 12:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
AirAsia. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
AirAsia. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) mengalami kerugian (unaudited) senilai Rp 907,30 miliar sepanjang tahun buku 2018. Rugi setelah pajak ini meningkat 95 persen dibandingkan kinerja keuangan tahun 2017 yang mencatat kerugian Rp 465,58 miliar.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laporan keuangan AirAsia Indonesia, Senin (4/3), maskapai berbiaya murah (Low Cost Carrier/LCC) ini terpukul karena tingginya biaya bahan bakar dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Sepanjang 2018, biaya bahan bakar membengkak 53 persen, disusul biaya lain (naik 31 persen), dan biaya perbaikan hingga perawatan pesawat (naik 30 persen). Beban kurs atau rugi kurs juga memicu kenaikan beban hingga 238 persen persen sepanjang 2018.
Sementara itu, pendapatan AirAsia Indonesia meningkat 11 persen yakni dari Rp 3,76 triliun di 2017 menjadi Rp 4,19 triliun di 2018.
CEO AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Direktur Utama AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan mengatakan tahun 2018 merupakan periode yang sangat sulit bagi operasional perusahaan. Banyak peristiwa yang memicu turunnya kinerja keuangan AirAsia Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Dikarenakan rentetan bencana alam sepanjang tahun di Bali, Lombok dan Palu. Bencana-bencana ini berdampak terhadap keyakinan para wisatawan, terutama asing, untuk berkunjung ke Indonesia. Profitabilitas kami juga sangat terdampak oleh meningkatnya biaya operasional, yang didorong oleh peningkatan harga minyak dunia dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS di sepanjang tahun,” kata Dendy dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/3).